Kucumbu Tubuh Indahku, Film Kontroversial yang Potensial di Oscar

Beberapa orang terkadang masih memandang sebelah mata dunia perfilman Indonesia, apalagi kalau dibandingkan sama Hollywood. Namun, sebagai masyarakat Indonesia, kita harusnya patut berbangga karena sekarang ini sudah banyak film Indonesia yang berkualitas.

Dan hal yang lebih baik lagi adalah film-film yang berkualitas itu bukan cuma genre horor saja, tetapi juga merambah ke genre lain. Salah satu film dengan genre yang unik di Indonesia adalah film dengan judul Kucumbu Tubuh Indahku.

Lalu, apa yang menyebabkan film ini dapat banyak penghargaan, termasuk FFI 2019 dan nominasi Oscar 2020? Yuk, simak di bawah ini!


Kucumbu Tubuh Indahku, Film Indah yang Kontroversial

Memulai buat menonton film-film Garin Nugroho terkadang bikin hati deg-degan. Bukannya apa-apa, film-film besutan sutradara asal Yogyakarta tersebut walaupun terkenal berkualitas, tetapi seringkali dibalut dengan adegan-adegan dan juga elemen-elemen lain yang rumit. Menontonnya harus pakai konsentrasi dan tentu saja, rasa.

Nah, Kucumbu Tubuh Indahku ini juga merupakan film yang disutradarai oleh Garin Nugroho. Jadi udah kebayang, dong, bakal kayak bagaimana film ini? Cantik, sih, tetapi berat.

Hmm, nyatanya, dibandingkan film Garin yang lain, film Kucumbu Tubuh Indahku enggak terlalu ribet, kok. Penyampaian pesannya cukup jelas, adegan demi adegan berjalan dengan teratur, dan begitu juga penokohan.

Kucumbu Tubuh Indahku bercerita tentang seorang pria bernama Juno yang dari kecil sudah mengalami berbagai macam trauma. Bapaknya pergi tanpa kabar, bulik alias tantenya selalu menghukum kalau dia malas belajar, dan hal yang sama juga berlaku pada sang guru di sekolah.

Juno bahkan pernah melihat guru tarinya, membacok selingkuhan sang istri karena emosi. Ya, semua hal itu udah jelas bikin persepsi Juno sama hidup jadi pahit. Namun, gurunya-lah yang bakal cukup punya peran signifikan dalam masa depannya: menjadi penari Lengger Lanang.

Menurut sang guru, tubuh Juno itu lentur dan apik, cocok buat jadi penari Lengger Lanang. Inilah yang membawanya pada profesi tersebut. Lengger Lanang merupakan sebuah tarian khas Banyumas. Yang unik dari tarian tersebut adalah dandanan para penarinya adalah dandanan wanita, tetapi para penarinya adalah pria.

Lengger berasal dari gabungan dua kata, yakni leng atau lubang (merepresentasikan perempuan) dan ger atau jengger ayam (merepresentasikan pria). Dalam tarian Lengger Lanang, dua gender itu seolah melebur.

Namun, film yang pertama kali tayang di Festival Film Venesia ini enggak cuma sekadar tentang tarian itu. Dia erat kaitannya sama politik di masa itu yang bener-bener menjadikan kaum yang minoritas (termasuk mereka dengan orientasi seksual berbeda dari orang umum), sebagai kambing hitam. Belum lagi ditambah dengan kebingungan dalam diri Juno.

Juno terhimpit di antara trauma masa lalu, profesi sebagai penari, orientasi seksualnya sebagai pencinta sesama lelaki, dan tentu saja anggapan masyarakat terkait hal tersebut. Belum selesai berdamai dengan diri sendiri, orang di sekitarnya malah menambah ricuh.

Kekuatan Kucumbu Tubuh Indahku

Kalau mau bicara soal kekuatan film ke-19 Garin Nugroho, mungkin yang pertama adalah dari ide yang diusung. Idenya berani dan unik. Enggak semua orang tahu bahwa tarian pria yang berdandan ala perempuan ini memang salah satu budaya di Indonesia. Selain itu, ide LGBTQA adalah ide yang bakal kontroversial banget. Nah, itu sudah jadi salah satu alasan kenapa film ini cukup viral.

Yang kedua, tentu elemen di dalam film. Viral aja enggak cukup buat bikin film jadi berkualitas. Garin Nugroho memang pintar membuat film yang kuat akan simbol-simbol.

Banyak adegan yang enggak ditampilkan secara gamblang. Seperti waktu guru Juno membacok selingkuhan sang istri. Enggak ada adegan gore. Yang ada hanya suara bacokan, tirai, dan tanda-tanda lain yang bikin hati kita seolah ‘tergelitik’, tetapi enggak bikin jijik.

Tentu masih banyak adegan yang bikin film ini jadi memesona. Yap, enggak mengherankan bahwa Kucumbu Tubuh Indahku ini memenangkan Piala Citra 2019.

Selain itu, film ini niat banget buat menampilkan konflik batin penari Lengger Lanang. Bahkan, inspirasi dan koreografinya pun bersumber dari Rianto, seorang penari Lengger Lanang Banyumasan. Rianto, yang menikah sama perempuan Jepang, mengatakan bahwa perihal gender, semuanya melebur dalam lengger. Gerakan Lengger yang mengarah ke dalam adalah energi maskulin. Sementara itu, yang mengarah ke luar merupakan energi feminin.

Rianto kecil dulu ditiup doa oleh penari lengger, saat terkena penyakit kulit. Dipercayai bahwa roh lengger itulah yang masuk ke dalam dirinya. Membuatnya punya bakat lengger tanpa harus berusaha keras. Keelokan itu juga dibawa dalam tokoh Juno. Juno enggak perlu harus berlatih keras, seolah roh lengger itu udah menetap di sana.

Kontroversi yang Melingkupi

Bukan cuma di Internet, di dunia nyata aja, film Kucumbu Tubuh Indahku sempat mendapatkan penolakan. Penolakan itu terjadi pada November lalu pada acara nobar di Gedung Dewan Kesenian Lampung yang dibubarkan paksa oleh Front Pembela Islam.

Sekretaris daerah kota Palembang bahkan mau mengajukan kepada KPI larangan penyiaran film itu di kota Palembang, karena dianggap mempromosikan perilaku menyimpang. Total, ada sembilan kota dan kabupaten dari lima provinsi yang melarang film ini tayang. Selain Palembang dan Lampung, ada Pekanbaru, Depok, Garut, Pontianak, Kubu Raya (Kalimantan Barat), dan Semarang.

Sang sutradara amat kecewa sama hal itu. Cuma, dia juga kecewa sama pemerintah. Menurut Garin, pemerintah hanya mengusung pluralisme di mulut saja. Sementara itu, tindakannya enggak segencar yang dikatakan. Bahkan, hal ini sempat disinggung saat pidato kemenangan di FFI 2019 soal kemerdekaan dan penghakiman massal terhadap karya seni.

Selain berhasil memenangkan Piala Citra, film berdurasi 106 menit ini mendapatkan beberapa penghargaan internasional seperti “Best Film” pada Festival Des 3 Continents (Perancis), Bisato D’oro Award Venice Independent Film Critic (Italia) dan Cultural Diversity Award under The Patronage of UNESCO di Asia Pasific Screen Awards (Australia).

Kucumbu Tubuh Indahku juga berhak mewakili Indonesia ke ajang Oscar 2020 di Dolby Theater untuk kategori “International Feature Film” (dulunya Best Feature Film). Persaingannya cukup ketat. Apalagi, lawan salah satunya adalah Parasite (2019).

Saat ngomongin soal kesempatan, kalau dilihat dari penggarapan dan tema, film ini punya hal itu. Lima film yang unggul di Oscar 2019 bercerita tentang kegelisahan, cinta, pergolakan politik, dan juga orang-orang terbuang. Dan, pemenangnya adalah Roma (2018), film Meksiko yang berkisah tentang asisten rumah tangga yang bekerja di tengah prahara keluarga majikan, belum ditambah dengan pergolakan politik Meksiko 1970-an.

Dok. KINCIR

Namun, harus diingat kalau menebak pemenang Oscar sama aja kayak mencari jarum di tengah ribuan benih jagung. Oscar memang punya standar, tetapi 'keberpihakan temanya' selalu berbeda-beda setiap waktu. Walaupun tema kaum marjinal adalah salah satu tema favorit.

***

Nah, apakah kalian optimistis sama film ini? Kalaupun enggak menang di Oscar, Kucumbu Tubuh Indahku sudah membuktikan diri sebagai film yang berkualitas enggak cuma di Tanar Air, tapi juga membawa Indonesia berkeliling dunia.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.