Mengenang Sean Connery, Legenda Hidup from Zero to Hero

– Bagaimana perjalanan karier Sean Connery hingga jadi aktor disegani dunia?
– Profil Sean Connery di bawah ini juga berisi penghargaan serta kontroversi selama hidup.

Tahun ini kayaknya jadi tahun yang kejam buat umat manusia. Selain keberadaan pandemi virus COVID-19, ada beberapa selebritas berpengaruh yang pada akhirnya harus berpulang, salah satunya Sean Connery. Dia meninggal dunia di kepulauan Bahama pada 31 Oktober 2020 di dalam tidurnya setelah terbaring sakit selama beberapa waktu.

Menjadi sangat dikenal lewat perannya sebagai James Bond, Sean Connery adalah salah satu pemeran asal Skotlandia yang kariernya konsisten bahkan masih produktif di usia tua. Pesona Sean Connery ini memang susah buat ditolak dan hal itu terjadi enggak sekadar karena tampan. Dia juga memiliki gaya gentleman yang begitu eksklusif dan memesona.

Dia adalah kebanggaan Skotlandia. Sunday Herald menyebutnya sebagai The Greatest Living Scot. Dia juga pernah menjadi Sexiest Man Alive pada 1989 dan Sexiest Man of The Century pada 1999.

Ketenaran sebagai aktris A-list enggak dia dapatkan dalam sekejap saja. Di balik hal itu, ada perjuangan bahkan berbagai pekerjaan yang harus dia lalui. Perjalanan hidupnya, meskipun berbeda generasi dengan anak zaman sekarang, tetap bisa dijadikan inspirasi buat mencapai kesuksesan.

Sambil mengenang kepergiannya, simak perjalanan karier Sean Connery yang menginspirasi di bawah ini.

Aktor Serbabisa yang Pernah Menjajal Banyak Profesi

Dari awal, Sean Connery sebenernya enggak pernah bermaksud menjadi aktor. Lahir pada tahun 1930 di Fountainbridge, Edinburgh, Skotlandia, pekerjaan pertama Sean Connery adalah pengantar susu. Enggak lama, dia kemudian bergabung ke Royal Navy, tetapi keluar gara-gara cedera.

Setelah itu, Sean Connery pun balik ke kampung halamannya dan kemudian mengambil banyak pekerjaan, mulai dari sopir truk, buruh, pemain bola semi-profesional, sampai model lukisan buat sebuah sekolah. Semuanya tentu dilakoni untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan, dia pernah ditawarin buat main sepak bola untuk Manchester United –sesuatu yang dia tolak karena lebih suka sama dunia akting.

Kariernya di dunia akting bukanlah aji mumpung. Seperti kebanyakan aktor generasi X, mereka meniti karier dari bawah, bahkan dengan menjadi pekerja informal terlebih dahulu. Maklum, buat masuk ke dunia hiburan, kalian memang harus punya kenalan dan enggak seperti sekarang di mana hanya dengan media sosial aja, kalian bisa menjadi selebritas.

Pekerjaan di belakang layar King’s Theater London adalah awal dari kariernya di dunia hiburan. Dia bekerja di sana semata-mata buat menambah penghasilan. Namun, kemudahannya beradaptasi sama orang lain dan pesonanya bikin dia jadi kenalan sama banyak orang. Dia bahkan kerap menelan naskah-naskah drama dan menghayati cerita di dalamnya.

Pada 1954 merupakan tahun pertama buatnya berlaga di depan kamera. Film pertamanya berjudul Lilacs in the Spring dan dia hanya menjadi figuran tanpa kredit.

Kemudian, dia kembali bermain dalam beberapa film seperti No Road Back, Hell Drivers, dan Action of The Tigers. Di dalam film-film ini, dia mulai memerankan tokoh-tokoh dengan nama. Namun, nama Sean Connery sama sekali enggak ada di dalam poster, menunjukkan kalau perannya ‘enggak penting-penting amat’.

Meskipun sudah mulai bermain film, tetapi hal itu enggak cukup buat memenuhi kebutuhannya. Dia pun sempat bekerja sebagai baby sitter buat anak jurnalis Peter Noble.

Dia juga kerap tampil di beberapa acara televisi dan aktif di teater Oxford. Pekerjaannya sebagai baby sitter juga mengantarkannya buat bertemu sama temen-temen Peter Noble, yang kebanyakan adalah selebritas.

Pada 1958, dia akhirnya mendapat peran cukup besar di dalam film Another Time, Another Place. Dalam pembuatan film ini, kabarnya Sean Connery deket sama Lana Turner, pemeran utama cewek. Sayangnya, Turner udah punya pacar dan kekasihnya itu merupakan gangster bernama Johnny Stompanato.

Persis kayak adegan di film-film mafia, Stompanato yang cemburu mendatangi lokasi syuting dan mengacungkan pistol kepada Connery –yang kemudian dilawan oleh aktor tersebut. Hal tersebut diceritakan dalam buku otobiografi bertajuk Lana: The Public and Private Lives of Miss Turner.

Meski Stompanato ditangkap, tetapi Sean Connery harus ‘bersembunyi’ selama beberapa waktu buat menghindari ancaman dari bos Stompanato, yang notabene adalah mafia Mickey Cohen.

Pada 1959, dia kembali bermain di dalam film bertajuk Darby O’Gill and the Little People-nya Walt Disney. Namun, dia bener-bener mulai dikenal secara internasional pada saat membintangi James Bond, Dr. No (1962). Peran sebagai James Bond itu masih berlangsung sampai 1983.

Harus diakui bahwa franchise James Bond adalah yang mengangkat namanya, tetapi Sean Connery sendiri enggak suka sama karakter Bond. Dia bahkan sempat mengatakan hal yang cukup pedas, “Saya udah muak banget sama hal-hal berbau Bond ini.”

Ian Fleming, pembuat karakter Bond, awalnya enggak terlalu suka sama Sean Connery sebagai Bond. Menurutnya, postur Connery enggak sesuai dengan James Bond yang dia pikirkan dan dia juga bukan orang Inggris.

Untungnya, istri produser sangat suka dengan Sean Connery dan menganggapnya cocok memainkan peran Bond. Sesuai dengan prediksi istri produser, James Bond memang bener-bener laris.

Meskipun pemeran Bond silih berganti, lantaran Sean Connery adalah pemeran Bond pertama, dia selalu dikaitkan dengan tokoh tersebut, bahkan dianggap sebagai versi original. Pemeran Bond berikutnya selalu dibandingkan dengan dirinya.

Cemerlang di Dekade 1980-an sampai 1990-an

Sejak perannya sebagai James Bond, Sean Connery mendapatkan banyak peran penting, seperti misalnya sebagai pria Irlandia-Amerika bernama Jim Malone dalam The Untouchables (1987), sebuah film fiksi yang terinspirasi dari kisah nyata Elliot Ness dalam memberantas kerajaan mafia Al Capone.

Dia juga menjadi Henry Jones, Jr, ayah dari Indiana Jones sang arkeolog legendaris. Dalam trilogi Jack Ryan pertama, The Hunt for Red October (1990), aktingnya sebagai Kapten Marko Ramius yang membelot dari Uni Soviet juga dipuji.

Perannya sebagai partner Elliot Ness dalam The Untouchables membuatnya langsung memenangkan Oscar dalam kategori “Pemeran Pendukung Pria Terbaik”. Lebih baik lagi, dia mendapatkan piala BAFTA sebagai “Aktor Terbaik” dalam The Name of the Rose (1986), sebuah film thriller pembunuhan abad pertengahan.

Berkat hal-hal tersebut, namanya jadi lekat sama film bergenre aksi, di mana dia hampir selalu ambil bagian sebagai jagoan. Dia pun mendapatkan gelar ksatria menjadi Sir Sean Connery dari kerajaan Britania Raya pada 2000 atas dedikasinya di dunia film.

Kontroversi-kontroversi Sean Connery

Meskipun namanya sangat harum dan legendaris di dunia perfilman Hollywood dan jadi pria tampan kesukaan wanita pada masanya, Sean Connery enggak lepas dari kontroversi, salah satunya kontroversi tentang kehidupan cinta.

Tak cuma pernah dianggap mengganggu pacar mafia, Sean Connery juga lekat sama isu kekerasan dalam rumah tangga. Diane Cilento, dalam autobiografinya pada 2006, mengatakan bahwa 11 tahun pernikahan bersama Sean Connery adalah tekanan bagi fisik dan batinnya.

Connery kerap melakukan kekerasan fisik dan berkata kasar. Menurut Cilento, hal tersebut disebabkan oleh kecemburuan Connery terhadap karier cemerlang Cilento. Pria itu berharap istrinya menjadi ibu rumah tangga saja.

Pernyataan ini seolah sejalan sama wawancara Connery bersama Barbara Walters pada 1987. “Bukan hal yang seburuk itu kok memukul wanita. Tergantung kondisi dan kalau dia layak mendapatkannya.”, ujar Sean Connery.

Pada akhirnya, dia menikah lagi dengan pelukis Maroko-Prancis, Micheline Roquebrune. Akan tetapi, dia pernah ada affair dengan penyanyi Lynsey de Paul pada 1980. Meski begitu, pernikahan itu tetap langgeng sampai kematiannya.

Kenapa Sean Connery Enggak Main Film Lagi?

Tahun terakhir saat dia menjadi produktif di Hollywood adalah pada 2003. Saat itu, dia membintangi sebuah film fantasi yang berisi jagoan-jagoan aneh dengan judul The League of Extraordinary Man. Meskipun film itu asyik buat ditonton, dia panen kritik pedas.

Setelahnya, dia hanya pernah mengisi suara film animasi Skotlandia berjudul Sir Billi pada 2012 dan beberapa acara televisi. Menghilangnya pria ini dari layar bioskop dan kaca bukan karena dia sudah enggak laku lagi.

Dalam sebuah wawancara, dia mengatakan bahwa dunia film zaman sekarang enggak bermutu. Dia menyebut beberapa aktor seperti George Clooney dan Sean Penn sebagai orang-orang idealis yang lebih mementingkan kualitas, kemudian membandingkan mereka dengan 'orang bodoh' di dunia perfilman zaman now yang hanya mementingkan uang.

Sean Connery pernah mengatakan bahwa yang bisa membuatnya mau tampil lagi di depan layar hanyalah “tawaran mafia yang enggak bisa ku tolak (merujuk pada adegan penawaran Don Corleone dalam film The Godfather)”. Namun, Michael Caine, sahabat dan aktor lawas, mengatakan bahwa apapun tawarannya, Connery enggak mau kembali karena pada dasarnya, dia enggak mau berakting sebagai pria tua dan bukannya sebagai 'pria muda' alias jagoan yang menarik banyak perhatian.

***

Terlepas dari beberapa kontroversinya, kiprah Sean Connery di dunia hiburan emang inspiratif banget. Dia adalah bukti bahwa kesuksesan dan ketenaran itu harus didapatkan dengan perjuangan, maka keduanya bisa lebih langgeng. Enggak kayak beberapa orang zaman sekarang yang bisa tenar hanya karena bikin kontroversi di Instagram, Twitter, dan TikTok.

Selain itu, dia juga bisa mendobrak stereotip bahwa orang Skotlandia itu lebih payah daripada orang Inggris. Dia selalu bangga sama tempat lahirnya dan itu membawanya buat jadi aktor yang disegani, bahkan di Inggris sekali pun.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.