(REVIEW) Abracadabra (2020)

Abracadabra
Genre
  • drama
  • fantasi
Actors
  • Lukman Sardi
  • Poppy Sovia
  • Reza Rahadian
  • Salvita Decorte
Director
  • Faozan Rizal
Release Date
  • 09 January 2020
Rating
3 / 5

*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran film Abracadabra yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.

Di awal tahun ini kalian bakal disuguhkan dengan banyak judul film Indonesia yang menarik dan keren. Nah, ada satu judul yang bakal meramaikan bioskop Indonesia, yaitu Abracadabra. Film yang satu ini mengangkat genre fantasi yang jarang sekali ditemukan dalam perfilman Indonesia.

Bisa dikatakan Abracadabra mendobrak industri perfilman Indonesia. Apalagi, saat trailernya rilis, banyak yang berekspektasi tinggi pada film yang tayang mulai 9 Januari ini.

Disutradarai oleh Faozan Rizal dan diproduseri oleh Ifa Isfansyah, Abracadabra berkisah tentang Lukman (Reza Rahadian), seorang grandmaster yang sudah enggak percaya lagi dengan keajaiban. Berencana mundur dari dunia sulap, Lukman mempersiapkan trik mudah dari kotak kayu ayahnya.

Kerumitan mulai terjadi ketika seorang anak laki-laki yang masuk ke kotak kayu itu dan menghilang. Berhasilkah Lukman menemukan anak tersebut dan temukan fakta atas misteri kotak kayu?

Nah, kalau kalian tertarik untuk nonton film ini, simak dulu review film Abracadabra dari KINCIR di bawah ini, ya.

Dobrakan dan Keberanian Faozan Rizal

Dok. Fourcolours Films

Diproduksi oleh Fourcolours Films, Abracadabra memiliki cerita yang berbeda dengan film-film Indonesia pada umumnya. Faozan Rizal selaku sutradara mengangkat cerita pesulap yang segar dan “menyenangkan”.

Segar karena genre film ini jadi salah satu keragaman yang jarang sekali kita temui dalam perfilman Indonesia. Terutama soal dunia fantasi yang diciptakan Faozan. Bukan hanya warna film baru, juga imajinasi baru.

Sesuai dengan misi Faozan, dirinya membuat film Abracadabra terinspirasi dari lagunya Kill The DJ berjudul “Ngalor-ngidul”. Lagu yang diputar saat credit title muncul ini menjawab keseluruhan film.

Dok. Fourcolours Films

Sisi hiburannya, film Abracadabra punya caranya sendiri. Kalian akan merasa terhibur bukan saat menontonnya, tapi saat filmnya selesai dan lampu bioskop dinyalakan. Yap, sesuai dengan misi sang sutradara bahwa film Abracadabra dibuat untuk merayakan kebingungan. Setiap kebingungan enggak perlu dipikirkan, mending ditertawakan.

Film Abracadabra enggak perlu ditonton untuk dipikir kontinuitas alurnya. Layaknya lukisan, film ini seperti lukisan abstrak yang penuh warna dan punya harga mahal, bahkan hanya dikoleksi oleh para miliarder.

Dok. Fourcolours Films

Sayangnya, Faozan enggak konsisten dalam menampilkan ke-absurd-an cerita. Banyak pembengkokan adegan yang enggak relevan. Salah satu contohnya, ketika Faozan membentuk dunia baru yang terlihat dari nama-nama daerahnya, seperti Pantai Biasa, Pantai Rahasia, Jalan Kelereng. Namun, tiba-tiba terucap nama Soekarno, Paris, dan China. Nama-nama yang kita kenal tersebut bikin yang awalnya percaya, jadi bingung saking patahnya.

Film ini jadi dobrakan, bahwa ternyata ada film “ajaib” yang masuk ke jaringan bioskop. Memudahkan pencinta film untuk menontonnya, karena enggak perlu nunggu ada festival film atau komunitas yang mengadakannya.

Eksplorasi Tokoh Seadanya

Dok. Fourcolours Films

Meskipun memiliki cerita yang menarik, tokoh-tokoh di Abracadabra kurang dieksplor lebih dalam. Film ini hanya menceritakan perjalanan Lukman mencari jawaban misteri dari kotaknya. Cerita yang ringan, singkat, dan padat ini layaknya menonton satu episode SpongeBob Squarepants. Kita butuh tahu lebih banyak tentang karakter lain, di mana semuanya hanya ada di imajinasi Faozan Rizal.

Padahal, jika para karakter di-bending untuk memainkan karakter yang belum pernah ada sebelumnya, bisa memungkinkan. Nyatanya enggak dilakukan. Contohnya, saat latar belakang tokoh kepala polisi (Butet Kertaradjasa) yang gagal jadi pesulap belum terjelaskan.

Dok. Fourcolours Films

Lalu, nasib para tokoh asosiasi sulap yang masih menimbulkan pertanyaan, hubungan Sofnila (Salvita Decorte) dengan ayah Lukman masih jadi misteri. Pasalnya, Sofnila merupakan asisten sulap dari ayahnya yang masuk kedalam kotak kayu, menghilang, dan muncul begitu saja.

Namun soal akting, semuanya tampilkan totalitas. Reza Rahadian sebagai Lukman yang lagi-lagi berhasil karena perannya dan pesonanya jadi pesulap. Penampilan tokoh Savitri (Jajang C. Noer) dan Ashima (Dewi Irawan) juga enggak terlupakan. Kemudian, si peramal kembar, Veronika Krasnadewi dan Valerie Krasnadewi, juga tampil memuaskan. Ditambah, Ence Bagus yang berhasil jadi scene-stealer di tengah kebingungan yang melanda.

Jika film ini bertujuan untuk menimbulkan perdebatan di antara penonton, udah pasti berhasil. Banyak kebingungan yang enggak terjawab dan patut dilupakan bersama-sama.

Visual Penuh Warna dengan Nuansa Magis

Dok. Fourcolours Films

Kepiawaian Faozan Rizal bukan hanya bikin filmnya “ajaib”, tapi juga bisa bikin dunia imajinasi yang indah dan memanjakan mata. Mengingat sebelumnya, Faozan adalah sinematografer andal dari banyak film, contohnya Ayat-ayat Cinta (2008), Perahu Kertas (2012), dan Sultan Agung (2018).

Desain produksi dan kostum pemain bisa disulapnya jadi estetik. Visual yang ada bikin kita percaya bahwa hanya film Abracadabra yang bisa menampilkan cerita dan set se-niat ini.

Warna-warna yang hanya bisa kita temui dalam filter Instagram dan shot-shot cantiknya bikin kita enggak bosan menatap layar meski dilingkupi kebingungan atas ceritanya. Adegan yang gelap sekalipun bisa jadi cantik.

Dok. Fourcolours Films

Begitu juga dengan scoring-nya, kita bisa dengar segala suara gemerincing lonceng, suara langkah, suara jam dinding yang semuanya membawa kita masuk ke dunia tersebut. Suara tersebut juga bikin kita percaya bahwa sulap itu nyata.

Penasaran, ke mana film ini di ajak keliling dunia oleh Ifa Isfansyah.

***

Film ke-4 Faozan Rizal ini diperuntukkan untuk penonton semua umur dan segmented. Film ini tayang mulai 9 Januari 2020 di bioskop. Oh ya, jika kalian merasa tertipu saat menonton film ini, biarkan saja. Layaknya saat menonton sulap yang enggak bisa dipikir secara logika, tapi kita juga menikmatinya, maka satu-satunya pilihan adalah let it go.

Kalau udah nonton, bagikan pendapat kalian di kolom review yang ada di awal artikel ini, ya. Terus ikuti ulasan film lainnya hanya di KINCIR!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.