Pahlawan Nasional yang Wajib Dibuat Filmya

Film bisa ngangkat banyak hal, mulai dari tema-tema umum kayak percintaan sampai kisah hidup seorang tokoh yang inspiratif. Kalau soal film tentang tokoh inspiratif, di Indonesia udah ada banyak banget film tentang para pahlawan yang berjuang demi Tanah Air tercinta. Misalnya aja, pada 2010 Hanung Bramantyo pernah bikin film tentang K. H. Ahmad Dahlan dengan judul Sang Pencerah. Dia juga pernah bikin film Soekarno: Indonesia Merdeka tentang persiden pertama kita. Film tentang Cut Nyak Dien juga pernah dibuat pada 1988 oleh Eros Djarot dengan judul Tjoet Nja’ Dhien. Yang paling baru, Hanung bikin film tentang salah satu tokoh pelopor emansipasi perempuan di Indonesia, Kartini.

Ngangkat kisah tokoh-tokoh kece yang inspiratif bisa jadi bahan pembelajaran buat meneladani kebaikan dan sifat-sifat positif mereka. Selain itu, membuat film biopik tentang para pahlawan Indonesia juga bisa jadi salah satu cara menghargai dan mengenang jasa mereka. Asal unsur fiksi atau drama yang diberikan enggak terlalu melenceng jauh dari kenyataan, film biopik tersebut bakal jadi kece banget.

Nah, sekarang, Viki bakal rekomendasiin nama-nama pahlawan Indonesia yang mungkin enggak terlalu dikenal banyak orang, tapi patut dikenang. Langsung simak di bawah ini, ya.

 

1. Pierre Tendean

Via Istimewa

Siapa yang setiap hari lewatin Jalan Kapten Tendean, tapi enggak tahu kayak gimana sosoknya dan siapa dia sebenarnya? Kapten Czi. (Anumerta) Pierre Andreas Tendean adalah salah satu korban peristiwa G-30/S yang dikenang sampai saat ini sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia. Kenapa Viki pilih mendiang Kapten Tendean sebagai salah satu sosok pahlawan yang patut dibuatin filmnya?

Pierre Tendean lahir di Jakarta dan merupakan anak dari pasangan Dr. A. L. Tendean, seorang dokter berdarah Minahasa, dengan Maria Elisabeth Cornet, perempuan berdarah Indonesia-Perancis. Sejak kecil, Pierre ingin menjadi tentara meski ayahnya mau dia jadi dokter. Karena tekadnya yang bulat, Pierre pun berhasil menjadi tentara pada 1958 dan lulus pada 1962. Sebelum peristiwa 1965, Pierre sempat bekerja di bagian intelijen dan jadi mata-mata saat terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia. Barulah pada April 1965, Pierre naik pangkat dan ditugasin jadi ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution.

Pierre adalah sosok yang begitu dicintai di keluarganya. Pierre juga prajurit yang pemberani karena menyenangi tugas yang menantang sebagai intelijen. Bahkan dia berani ngaku sebagai Jenderal Nasution demi nyelamatin atasannya itu. Pierre punya wajah ganteng, tapi sama sekali bukan cowok playboy. Seumur hidupnya, dia cuma menjatuhkan hatinya kepada Rukmini, seorang gadis dari Medan. Kisah cintanya dengan Rukmini juga dijamin bakal bikin anak muda zaman sekarang kelepek-kelepek sekaligus banjir air mata.

 

2. Sayuti Melik

Via Istimewa

Selain Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta, salah satu tokoh yang berperan dalam proses pembacaan Naskah Proklamasi adalah Sayuti Melik. Mungkin, sebelumnya lo mendengar namanya cuma sebagai pengetik Naskah Prokmalamsi. Namun, perannya enggak bisa digambarkan dengan kata cuma, loh! Mohammad Ibnu Sayuti alias Sayuti Melik udah berperan banyak melalui tulisan-tulisannya yang kritis dan pemikiran-pemikirannya yang menentang penindasan kolonial Belanda dan tentara Jepang.

Pria kelahiran Sleman, 22 November 1908 ini menuangkan berbagai pemikiran kritisnya terhadap Belanda dalam tulisan di koran Pesat yang dia terbitin bersama istrinya, Tri Murti. Masa mudanya cukup banyak dihabisin di dalam penjara karena pemikiran kritisnya dan keberaniannya menyampaikan pendapat. Hal inilah yang bikin Sayuti jadi salah seorang anggota golongan muda yang bersikeras memaksa Bung Karno dan Bung Hatta membacakan Teks Proklamasi secepatnya. Berkat usulan Sayuti agar teks proklamasi ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta, para golongan muda pun setuju dengan rancangan teks yang sudah dibuat. Atas perintah Bung Karno, Sayuti pun mengetikkan Teks Proklamasi setelah sebelumnya bersama-sama menyaksikan perundingan Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Subardjo dalam menyusun rancangan teks.

Setelah kemerdekaan, Sayuti terus aktif dalam bidang politik. Mulai dari jadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) hingga jadi anggota DPR/MPR pada masa Order Baru, mewakili salah salah satu partai berdasarkan hasil Pemilu 1971. Sayuti adalah sosok cendekiawan yang pandai berpolitik. Pemikirannya yang tajam dan kritis sayang banget kalau cuma disimpan buat kalangan terbatas.

 

3. Tan Malaka

Via Istimewa

Sosok Tan Malaka mungkin jarang banget kedengaran. Soalnya, selama masa pemerintahan Orde Baru, nama Tan Malaka dihapus dari daftar pahlawan nasional? Kenapa? Penyebab salah satunya adalah karena dia adalah salah satu pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI). Eits, jangan tegang dulu dengar kata PKI, ya, guys. Tan Malaka ini adalah orang asli Sumatera Barat bernama Ibrahim yang mendapat gelar “Datuk Tan Malaka”. Pemikirannya memang cenderung sosialis, tapi paham sosialis dan komunis yang dianutnya sama sekali beda sama yang radikal macam Moeso. Tan Malaka punya keinginan buat ngegandeng kekuatan Islam dalam melakukan revolusi. Dia sadar bahwa revolusi yang diinginkannya untuk negeri tercinta enggak bakal berhasil tanpa pengaruh Islam.

Menurut sejarawan dari Universitas Indonesia, Mohammad Iskandar, Tan Malaka adalah pejuang yang kesepian dan tokoh yang misterius. Dia sering berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain dan kerap kali berganti nama. Semasa hidupnya, Tan Malaka menghabiskan waktu 20 tahun (1922—1942) untuk bersembunyi dari kejaran Belanda. Dalam pelariannya, dia menyamar menjadi siapa saja. Untungnya, Tan Malaka fasih berbicara dalam beberapa bahasa, seperti Belanda, Inggris, Rusia, dan Filipina, sehingga pelariannya selama 20 tahun berjalan cukup sukses.

Tan Malaka meninggal karena ditembak oleh Soekotjo di Kediri pada 21 Februari 1949. Fakta ini baru diketahui pada 1990 oleh Harry Poetze, seorang peneliti sekaligus penulis buku asal Belanda yang berkutat selama 40 tahun meneliti kebenaran di balik sosok Tan Malaka. Sekarang, setelah buku-buku mengenai Tan Malaka yang ditulis oleh Harry beredar, mengangkat kisah lengkap Tan Malaka ke dalam sebuah film bukan hal yang mustahil. Biar generasi sekarang pada tahu bahwa ada pahlawan nasional yang memiliki peran besar terhadap revolusi, namanya Tan Malaka.

***

Sosok-sosok di atas memang enggak terlalu banyak dibahas di buku sejarah. Namun, bukan berarti mereka enggak penting sampai-sampai bisa lo lupain perannya begitu aja. Selama ini, tokoh yang diangkat ke layar lebar adalah tokoh-tokoh populer yang udah lo kenal. Padahal, masih banyak pahlawan nasional lainnya dengan latar belakang yang berbeda dan kisah yang berbeda-beda pula. Semoga aja sineas Tanah Air mau nyorot pahlawan nasional yang mungkin enggak begitu populer tapi berperan besar buat negara.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.