7 Hal yang Bikin Orang Merasa Relate saat Nonton Film Tilik

– Bagaimana film Tilik menggambarkan budaya masyarakat Indonesia?
– Apa saja yang bikin penonton dekat dengan para karakter?

Film pendek berjudul Tilik masih viral di media sosial. Karya Ravacana Films yang bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan DIY ini angkat budaya tilik alias menjenguk. Filmnya tentang rombongan ibu-ibu kampung yang hendak pergi menjenguk Bu Lurah di rumah sakit.

Film berdurasi setengah jam itu seolah menggambarkan sesuatu yang lumrah dan tanpa dibuat-buat di lingkungan masyarakat Indonesia. Banyak adegan dan celotehan yang bikin orang relate nonton film Tilik. Apa saja? Simak rangkumannya.

1. Semangat Menjenguk

Via Ravacana Films

Masyarakat Indonesia dikenal punya rasa simpati, gotong royong, dan punya rasa kekeluargaan yang tinggi. Apalagi di daerah pedesaan, kalau dalam lingkungannya ada yang sakit atau tertimpa musibah, tak segan untuk segera menjenguknya. Meski jauh tempatnya, susah aksesnya, tetap dilakoni.

Hal itu juga yang dilakoni oleh ibu-ibu dalam film Tilik. Bahkan budaya ini kita temui sampai film selesai. Sebenarnya bukan hanya di pedesaan, di perkotaan juga kita bisa menemui gerombolan ibu-ibu di rumah sakit yang menjenguk temannya.

2. Ghibah Di Mana pun dan Kapan pun

Via Ravacana Films

Konteksnya mungkin cenderung negatif, tapi memang film ini menampilkan apa yang biasa kita lihat di sekitar. Ibu-ibu ketika sudah bergerombol dan ngobrol, pasti ada momen mereka membicarakan seseorang. Bu Tejo dan kawan-kawan bisa kita temui di sekeliling.

Masuk ke lingkaran komunitas dan membicarakan seseorang memang nirfaedah. Yang bikin relate sebenarnya perilaku bergunjing yang bisa dilakukan kapan pun dan di mana pun. Tak hanya di atas truk seperti ibu-ibu dalam film Tilik, tapi juga di tempat-tempat lain. Sebab itu ketika filmnya rilis, banyak yang merasa para ibu-ibu itu bisa ditemui di sekeliling kita.

3. Ibu-ibu Selalu Benar

Via Ravacana Films

Harus diakui, sulit saat harus berdebat dengan ibu-ibu. Sekuat apa pun argumen kita, sulit untuk membuat mereka mengakuinya. Dalam film Tilik, hal itu juga dipraktekan ketika ibu-ibu satu truk ini berhasil membuat polisi luluh dan mengalah.

Padahal yang dilakukan oleh pak polisi menilang truk Gotrek ini benar: enggak boleh truk membawa manusia di bagian baknya. Namun, sekali lagi the power of emak-emak menjadi pembeda. Argumen sekuat apa pun yang polisi katakan, dipatahkan mereka.

4. Mudah Percaya Segala Hal dari Internet

Via Ravacana Films

Merebaknya informasi di Internet memang jadi dua mata pisau. Bisa menjadi hal baik, bisa juga jadi hal buruk. Timbulnya hoaks jadi salah satu hal buruknya. Celakanya, banyak orang yang termakan hoaks dan menyebarkannya mentah-mentah.

Di film Tilik ini, kita melihat betapa sumber informasi Bu Tejo lebih banyak dari internet dengan kredibilitas informasi yang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bu Tejo lugas menyebarkannya pada teman-temannya. Terlepas di akhir film Tilik kita melihat yang diucapkan Bu Tejo ada benarnya, menyebarkan informasi dari internet tanpa kroscek mendalam bukan sesuatu yang patut ditanamkan.

5. ‘Telinga Panas’ karena Belum Menikah

Via Ravacana Films

Berapa banyak anak muda di Indonesia yang tiap ketemu keluarga besar pasti yang ditanya “kapan nikah?”. Kadang malah topik belum menikahnya seseorang bisa jadi bahan pergunjingan di lingkungan. Seolah seseorang yang teman-teman seumurannya sudah nikah, diwajibkan harus menikah juga.

Seseorang yang belum menikah jadi topik yang selalu hangat untuk diperbincangkan. Di film Tilik, Bu Tejo sempat menyinggung Dian yang menurutnya sudah masuk waktunya menikah, tapi belum juga melepas masa lajang. Mendengar kalimat Bu Tejo yang satu ini memang bikin banyak jomlo tersenyum.

6. Kampanye-kampanye Terselubung

Via Ravacana Films

Kadang jika seseorang mau mencalonkan diri jadi pemimpin, tak perlu menunjukkan terang-terangan pada publik. Konsep soft selling calon pemimpin ini juga diadopsi dengan baik oleh Bu Tejo. Kita semua tahu bahwa suaminya Bu Tejo ini ingin jadi lurah. Terlihat pula bahwa Bu Tejo merasa pantas jadi istri seorang lurah.

Namun, semua itu dia tampilkan tipis-tipis. Seolah, dia tidak terlalu menggebu mengejar jabatan. Apalagi dengan kampanye terselubung dengan kasih uang tambahan buat Gotrek. Bu Tejo memang cukup menguasai caranya merebut hati publik.

7. Merekam Kejadian dengan Handphone

Via Ravacana Films

Ada satu momen yang mungkin tak begitu disadari oleh penonton, yakni ketika truk diberhentikan polisi, ibu-ibu satu truk pun menentangnya. Mereka saut-sautan menyela argumen polisi. Nah, kalau di lihat, ada satu ibu yang sibuk merekam menggunakan handphone.

Di tengah situasi yang panas, si ibu enggak mau ketinggalan momen. Dia merekam pakai kamera depan ponselnya. Hal yang mungkin udah jadi sesuatu yang lumrah di Indonesia saat ini: Dikit-dikit rekam, dikit-dikit unggah ke media sosial.

Bonus: Akan Selalu Ada yang Berpikiran Positif

Via Ravacana Films

Meski banyak hal yang bikin geregetan, dalam satu lingkungan biasanya akan selalu ada yang tampil untuk menetralkan suasana. Mencoba mikir positif dan enggak terbawa obrolan seperti Yu Ning yang jadi antitesis dari Bu Tejo.

Dia yang selalu bikin adem suasana. Beruntungnya, orang-orang seperti Yu Ning masih banyak di Indonesia.Dia jadi penengah dari pergunjingan di sekitar. Jadi, sama halnya melihat Bu Tejo, melihat Yu Ning juga membuat kita melihat sisi lain masyarakat.

***

Film Tilik ini memang jadi kejutan. Skenario dan eksekusi yang apik bikin kita terhibur sekaligus merenung. Untuk kamu yang udah nonton film Tilik, apa yang menurutmu paling berkesan dan relate dengan kehidupanmu?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.