(REVIEW) Alita: Battle Angel (2019)

Alita: Battle Angel
Genre
  • aksi
  • petualangan
  • Romantis
Actors
  • Christoph Waltz
  • Ed Skrein
  • Jennifer Connelly
Director
  • Robert Rodriguez
Release Date
  • 05 February 2019
Rating
4.5 / 5

*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat lo, ya.

Rencana dua tahun lalu, adaptasi live action dari manga Yukito Kishiro akhirnya menyentuh layar lebar. Film Alita: Battle Angel berhasil ditulis dan diproduksi oleh James Cameron. Disutradarai oleh Robert Rodriguez, film ini merupakan tayangan cyberpunk yang berpusat pada seorang cyborg amnesia bernama Alita dan petualangannya di abad ke-26.

Menceritakan Alita (Rosa Salazar), robot yang dilahirkan kembali berkat kemampuan Dr. Ido (Christoph Waltz), seorang dokter yang menyadari potensi Alita. Tinggal di Iron City, Ido mencoba untuk melindunginya dari masa lalunya misterius. Sedangkan, teman barunya, Hugo (Keean Johnson) justru membantu mendapatkan kembali ingatannya yang hilang.

Karena kemampuan jurus Panzer Kunts dan tubuh cyborg-nya yang punya teknologi canggih, Alita jadi incaran. Dia pun berhasil menemukan serpihan ingatan masa lalunya dan ingat misinya untuk membunuh orang di balik kejahatan di kota tersebut. Berhasilkah Alita bertemu dengan orang di balik kejahatan tersebut?

 

Kisah Pasca-Apokaliptik yang Klise Bisa Dimaafkan

Terlepas dari lamanya produksi, banyak orang agak pesimis tentang film ini. Bahkan mengesampingkan fakta bahwa adaptasi anime bentuk live action secara historis mengerikan. Apalagi, produksi yang diperpanjang dan tanggal rilis yang diundur beberapa kali, memberikan kesan bahwa Fox belum yakin dengan film Alita: Battle Angel.

Secara keseluruhan, urutan aksi yang dipamerkan film Alita: Battle Angel sangat mendebarkan. Memadukan efek praktis dan digital untuk menciptakan aksi dari Rodriguez selama bertahun-tahun. Apalagi, gaya bertarung Panzer Kunst, IP dari manganya menjadi hidup dengan cara yang mendebarkan dan mengikat.

Salah satu keterampilan mendongeng yang paling kuat dari Rodriguez adalah kemampuannya untuk menciptakan ketegangan dalam rangkaian aksi. Dia hati-hati dalam merangkai adegan aksi. Bisa dibilang, salah satu yang terbaik di seluruh film adalah perkelahian di bar. Disitulah Rodriguez di performa terbaiknya.

Efek 3-D yang diimplementasikan dalam urutan aksi ini juga cukup menakjubkan. Adegan Motorball dalam film ini lebih dari sekadar harga tiket masuk IMAX 3-D. Bisa dibilang, adegan tersebut berfungsi sebagai urutan yang paling mencengangkan di seluruh film, baik dalam konstruksi maupun dalam pelaksanaannya. Mungkin, adegan itu jadi satu setpiece besar Rodriguez yang pernah dibuatnya.

Kinerja Para Karakter Saling Melengkapi

Kinerja menakjubkan dari Rosa Salazar menanamkan karakter Alita dengan ketulusan hati. Sebagai cyborg amnesia, Salazar jadi poin penting secara visual maupun cerita sepanjang film. Bahkan, penonton bisa aja salah fokus karena mengagumi Alita dibandingkan dunia di sekitarnya yang juga menarik. Apalagi, permainan emosi dan reaksi Salazar yang kuat sebagai Alita. 

Christoph Waltz dan Jennifer Connelly mendapatkan peran yang paling substansial, bermain sebagai Dr. Ido dan Dr. Chiren. Waltz dapat melampaui peran sebagai ayah dan mentor yang mengharukan, sehingga membuatnya menjadi pemain yang enggak terlupakan dalam film. Connelly berhasil jadi Chiren, menjadikannya sebagai salah satu karakter film yang menarik dan menawan.

Mahershala Ali, Jackie Earl Haley, dan Ed Skrein bisa memainkan berbagai karakter antagonis sepanjang film. Ali membawa intensitas yang sepi dan tenang ke Vector yang jahat, sementara Haley dan Skrein sebagai penjahat yang lebih patuh. Secara garis besar, beberapa akting cemerlang tampil tak terduga.

 

Pernikahan Nyaris Sempurna dari Efek Praktis dan Digital

Efek CGI di film Alita: Battle Angel adalah yang terbaik yang ditawarkan film ini. Sinematografi secara konsisten indah, ketukan aksi yang mengejutkan, dan itu jadi puncak yang cukup memuaskan bagi Alita. Dia menjadi kekuatan kreatif Rodriguez. Apalagi, James Cameron enggak asing dengan menciptakan dunia sci-fi 3-D yang imersif dan meyakinkan. Dia pasti udah ngasih pengetahuan tersebut kepada Rodriguez.

Koreografi, pementasan, dan aksi dilakukan dengan luar biasa. Beberapa kurang sempurna, sehingga ada adegan yang terasa lambat. Seolah-olah ada jeda antara aksi dan reaksi para karakter yang pakai CGI. Namun, itu semua enggak terlalu bermasalah kalau kalian nonton dengan efek 3-D.

Pemandangan Iron City dan Zalem yang selalu menjulang yang menggantung menghadirkan dinamika yang benar-benar memikat sejak awal. Secara visual dan tematis, gagasan soal aristokrat kelas atas yang bisa membuang sampah kapan pun mereka mau ke bawah, jadi konsep yang cemerlang di pasca-Apokaliptik. Film ini memainkan dinamika Zalem dan Iron City sebagai pengganti yang efektif untuk penggambaran Surga dan Bumi.

Sama seperti Alita yang dijatuhkan ke tempat pembuangan dan dipaksa untuk mencari tahu masa lalunya, kita juga terjerumus ke dalam alam semesta dari kisah ini dengan petunjuk baik tentang apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi.

Kalau kalian merasa kecewa ketika kalian menginginkan lebih di akhir cerita, itu berarti Rodriguez berhasil mengantarkan Alita jadi awal waralabanya. Film Alita: Battle Angel akan jadi awal dari trilogi yang akan dibuatnya. Namun, belum dikonfirmasi soal kelanjutan ceritanya. 

Buat kalian yang mau nonton, film Alita: Battle Angel udah bisa ditonton mulai 5 Februari 2019 di bioskop. Inget, nontonnya versi 3-D, ya! Biar petualangan Alita kerasa dan enggak sia-sia. Setelah nonton, jangan lupa untuk kasih ulasan versi kalian di sini, ya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.