(REVIEW) Black Panther: Persembahan Superior Marvel

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.

Cerita: 8 | Penokohan: 8 | Efek Suara/Scoring: 8 | Visual: 8 | Penyutradaraan: 8 | Nilai Akhir: 8/10

Marvel nampaknya makin giat nunjukkin “taringnya” sejak awal 2018. Setelah memborbardir dunia hiburan dengan cuplikan film-filmnya yang bakal tayang pada tahun ini, kini Marvel ngedobrak imej superhero yang kerap Amerika-sentris. Lewat film Black Panther, Marvel pun secara enggak langsung ngasih standar film superhero yang superior.

Black Panther ngebawa sebuah cerita baru yang belum pernah dieksplorasi oleh Marvel sepanjang 10 tahun penayangan Marvel Cinematic Universe. Sebuah daerah fiksional di Afrika bernama Wakanda menjadi latar utama dari film ini. Tentunya, tempat tersebut juga digadang punya pemandangan eksotis.

Sinopsis: Anak seorang Raja, T’Challa, berhak mewarisi takhta sang bokap dan menjadi raja baru di tanah Wakanda. Namun, T’Challa langsung dihadapkan dengan berbagai masalah pelik yang menguji kecintaannya terhadap negerinya tersebut, mulai dari vibranium hingga masalah takhta.

Via Istimewa

Digarap oleh Ryan Coogler sebagai sutradara, film ini bikin cerita bagaikan ensemble dari Coogler yang nampilin suasana hitam namun warna-warni. Terlepas apakah ceritanya sesuai dengan komik aslinya, cerita ringannya bikin siapapun yang menonton bakal jatuh cinta.

Film Marvel pertama yang ngangkat budaya Afro-Amerika ini ngasih sesuatu yang baru dengan cara sederhana. Enggak hanya mempertahankan film khas Marvel, tapi juga ngasih formula dalam beberapa hal penting, seperti kebertahanan villain hingga pertarungan akhir yang emosional. Meski, beberapa dialog tersirat unsur politik.

Keberadaan Wakanda dengan segala maha teknologinya seakan jadi simbol bahwa sumber daya alam di dunia masih ada di pedalaman yang enggak semua orang bisa mengambilnya. Tenang aja, buat lo yang enggak tau tentang Wakanda, lo bakal dikasih tau, kok, asal mulanya kenapa jadi negara yang kaya vibranium.

Bikin film ini kaya karena ngangkat kebudayaan dari suku-suku di Afrika secara detail. Mulai dari khas pakaian, nilai-nilai sosial, hingga tradisi yang berhasil nunjukin bahwa masyarakat Afrika pedalaman itu menjunjung tinggi nilai adat. Enggak hanya itu, kepribadian dan hubungan antar sesamanya kerap ditunjukkan bersama jiwa nasionalisnya.

Via Istimewa

Film ini diisi oleh pemain-pemain asal Amerika berkulit hitam seperti Chadwick Boseman, Michael B. Jordan, Lupita Nyong’o, Danai Gurira, Daniel Kaluuya, Letitia Wright, Winston Duke, dan Sterling Brown. Menariknya, kehadiran mereka berhasil ngedobrak film superhero yang biasanya ditampilkan oleh pemain Amerika berkulit putih.

Kalau diperhatiin, Black Panther jadi film Marvel pertama yang menggunakan pemeran cewek terbanyak. Menjunjung tinggi keberadaan cewek bahwa kekuatan mereka enggak bisa diremehkan. Sepertinya, kata-kata “cowok hebat terdapat cewek kuat di belakangnya” tepat buat gambarin Black Panther yang memang udah hebat, ditambah kuat dengan ksatria ceweknya.

Via Istimewa

Efek suara yang ditampilkan enggak jauh beda dengan film buatan Marvel lainnya. Ditambah lagi dengan lagu dan irama khas Wakanda dengan nuansa Afrika yang benar-benar kental bakal bikin lo merinding. Bisa jadi bakalan nambah memukau kalau lo nonton film ini versi IMAX atau 3D.

Walaupun bernuansa Afrika, film ini penuh warna akan pemandangan alam Wakanda dan suasana hangat masyarakat Wakanda. Dilengkapi dengan kain-kain Wakanda yang penuh motif unik benar-benar bikin film Marvel ini lebih mewah dan cerah. Peranan Ruth E. Charter sebagai desainer kostum dinilai berhasil.

Via Istimewa

Desain produksi dari film ini bisa dibilang berbeda dengan film-film MCU lainnya. Penggambaran Wakanda sebagai sebuah daerah berteknologi canggih bisa bikin mata lo terkagum-kagum. Begitu juga dengan penggambaran T’Challa yang enggak selalu nunjukin dirinya superhero patut diacungi jempol. Lo bakal disuguhi kesederhanaan sang pahlawan sesungguhnya.

Ryan Coogler berhasil menyelaraskan kemajuan teknologi Wakanda dengan pemandangan alam indah khas dari Afrika. Black Panther pun mampu memuaskan hasrat para penggemar Marvel di seluruh dunia. Skenario hebat dari Coogler dan Joe Robert Cole mengangkat hal ini melampaui batas-batas yang biasa.

Film ini diprediksi punya peranan kuat sebelum Marvel memasuki pertempuran besar mereka selanjutnya, yaitu Avengers: Infinity War. Namun, terlihat film Black Panther ini hanya sebagai film yang ngenalin Wakanda dan pasukan hebat yang melindunginya sebelum kedatangan Thanos.

Kolaborasi dengan Walt Disney Studios Motion Pictures ini diperkirakan bakal dapet banyak review positif. Terutama mengenai bagaimana sosok superhero Black Panther yang bisa mempengaruhi anak-anak dan remaja Afro-Amerika sebagai panutan  mereka. Mengingat selama ini kita selalu diperkenalkan dengan superhero berkulit putih. Kini, anak-anak punya superhero baru yang memiliki kesamaan dengan mereka.

 

On February 16, the King arrives. Comment below if you already have your tickets! ???? #BlackPanther

Sebuah kiriman dibagikan oleh Marvel Entertainment (@marvel) pada

Film Black Panther juga ngasih kesan emosional yang dalam. Serta menggambarkan bagaimana eratnya sebuah ikatan keluarga dan suku yang memberikan kita identitas diri. Sayangnya, film penuh nilai adat ini hanya diperuntukan untuk penonton usia di atas 17 tahun.

Film yang siap tayang 14 Februari ini merupakan entri ke-18 di jagat sinema Marvel alias Marvel Cinematic Universe. Setelahnya, Black Panther bakal muncul kembali dalam Avengers: Infinity War pada Mei 2018. Yuk, ajakin temen-temen lo yang ngaku penggemar Marvel. Jangan buru-buru keluar  bioskop ya! Soalnya ada dua adegan post-credit yang siap menunggu mereka penggemar sejati Marvel!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.