(REVIEW) The Curse of The Weeping Woman (2019)

The Curse of the Weeping Woman
Genre
  • misteri
  • thriller
Actors
  • Linda Cardellini
  • Patricia Velasquez
  • Raymond Cruz
Director
  • Michael Chaves
Release Date
  • 17 April 2019
Rating
3 / 5

*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran film The Curse of  the Weeping Woman yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.

Produksi New Line Cinema dan produser James Wan, The Curse of the Weeping Woman mengangkat legenda Amerika Latin yang ikonis ke dalam kehidupan yang menakutkan dalam film horor. Film ini juga menandai debut sutradara Michael Chaves, pembuat film inovatif di belakang film pendek berjudul The Maiden (2016).

Berlatar Los Angeles 1973, film ini mengisahkan Anna Tate-Garcia (Linda Cardellini), seorang pekerja sosial dan janda tunggal yang berjuang untuk menyeimbangkan peran sebagai orang tua sambil mengobati rasa kehilangan suaminya.

Sebagai wanita yang skeptis terhadap hal supranatural, Anna telah berurusan dengan  banyak kasus berkedok hantu dan mitos dalam pekerjaannya. Wanita ini biasanya menemukan kasus kejahatan yang bersembunyi di baliknya. Ketika dipanggil untuk menangani kasus dengan masalah child abuse, justru Anna sedang menjemput petaka. Bagaimana cara dia terhindar dari petaka tersebut?

 

Lemahnya Penyajian Cerita

Via Penyajian Cerita Kurang Menarik

Di awal film, penonton sudah disajikan dengan adegan yang menegangkan tentang latar belakang The Weeping Woman atau La Llorona. Meskipun identitasnya akan terungkap di bagian 3/4 film. Dibuka dengan adegan padang rumput di Mexico 1673 dan memperlihatkan sebuah keluarga bahagia. Sekuens beralih ke blackout, kemudian salah satu anak dari keluarga tadi mencari ibunya. Sekuens berikutnya mengajak penonton ke Los Angeles 1973 yang menjadi inti cerita.

Sutradara menyajikan penonton dengan kehidupan keluarga Anna Garcia, mulai dari pekerjaannya sehari-hari sampai kehidupan dengan anak-anaknya yang masih kecil. Anna diceritakan sebagai seorang workaholic yang memendam rasa sedih akibat kematian suaminya. Keluarga Garcia akhirnya memberi makna tentang keutuhan keluarga kepada penonton film ini.

The Curse of The Weeping Woman membangun rasa takut penonton dari kasus yang ditangani Anna. Emosi penonton sedikit dipermainkan dengan rasa takut akan hantu dan orang yang memiliki masalah kejiwaan. Hal serupa juga pernah kita lihat di The Conjuring (2016). Kombinasi keduanya berjalan baik karena sutradara ingin memperlihatkan bagaimana perjuangan sebuah keluarga menghadapi teror mencekam yang mereka hadapi.

Karena kisah film ini diangkat dari urban legend masyarakat Mexico, The Curse of The Weeping Woman juga melibatkan karakter yang diceritakan berasal dari wilayah tersebut untuk memperkuat cerita. Meskipun ramai dengan jump scare untuk menakuti penonton, kisah latar belakang La Llorona kurang ngena. Padahal seharusnya penonton bisa disajikan kisah urban legend tersebut dengan lebih lebih mantap. Meskipun begitu film ini justru memiliki kaitan dengan Annabelle (2014).

Karakter Menyajikan Kisah yang Menarik

Linda Cardellini sebagai Anna-Tate Garcia mampu membawakan peran sebagai single parent yang disibukkan dengan rutinitas dan menujukkan jati dirinya sebagai seorang wanita yang skeptis terhadap hal gaib. Peristiwa besar yang dialaminya di film ini mengubah keimanannya untuk selamanya.

Sebagai bagian dari semesta The Conjuring, film ini juga menghadirkan sosok paranormal yaitu Rafael Olvera yang diperankan oleh Raymond Cruz. Karakter ini begitu menarik karena mampu mengangkat mitos La Llorona menjadi lebih hidup, apalagi dengan menghadirkan beberapa ritual dan jimat yang menjadi kepercayaan masyarakat Mexico.

Sosok Patricia Alvarez yang diperankan oleh Patricia Velasquez berhasil membuat penonton merinding dengan kepribadiannya yang freak dan menyeramkan. Tragedi yang dialami Alvarez  justru membawanya masuk lebih dalam ke plot film ini.

Karakter La Llorona yang diperankan oleh Marisol Ramirez begitu menyeramkan di awal-awal kemunculannya. Jika dilihat saksama, wajah La Llorona terlihat seperti  Valak. Porsi Ramirez justru kurang menonjol karena perannya lebih banyak menakuti penonton ketimbang menyajikan dialog tentang latar belakang karakternya.

 

Visual dan Scoring Sangat Mencekam

Seperti karya James Wan pada umumnya, film ini mengandung banyak jump scare yang disajikan kepada penonton. Permainan visual begitu apik, contohnya ketika film ini menghasilkan adegan lorong yang menyeramkan serta suasana sore hari yang begitu creepy.  

Joseph Bishara berhasil menciptakan musik yang begitu dark. Komposer ini memang dikenal dengan karyanya di film-film horor. Lewat Bishara, sekuens yang disajikan ke penonton begitu mengagetkan dan mampu memainkan emosi. 

***

Kalau kalian suka film horor, kalian bisa ajak teman kalian buat nonton film yang tayang mulai 17 April 2019 di bioskop. Pastikan kalian enggak ngajak adik atau ponakan yang belum berusia 17 tahun karena banyak adegan yang terlalu menyeramkan buat anak-anak.

Kalau udah nonton, balik lagi ke laman ini untuk kasih review versi kalian, ya. Tunggu review film selanjutnya hanya di KINCIR.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.