(REVIEW) Dilan 1990: Romansa Kisah SMA yang Nyaris Sempurna

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.

Cerita: 8 | Penokohan: 7 | Visual: 8 | Sound Effect/Scoring: 7 | Penyutradaraan: 7 | Nilai Akhir: 7,4/10

Dilan, karakter utama dari novel Pidi Baiq yang berjudul Dilan 1990 (2014), Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1991 (2015), dan Milea: Suara dari Dilan (2016), tengah digandrungi kaum hawa karena rayuan khasnya yang bisa bikin senyum-senyum sendiri. Dia digambarin sebagai bad boy yang romantis. Sosok cowok idaman ini pun akhirnya terwujud bukan cuma dalam angan-angan pembaca novel. Soalnya, kisah novel Dilan diadaptasi ke sebuah film yang digarap oleh Fajar Bustomi.

Awalnya, pemilihan Iqbaal Ramadhan sebagai pemeran Dilan cukup banyak menimbulkan kontroversi. Enggak sedikit netizen ngerasa bahwa sosok Iqbaal terlalu “baik” buat meranin bad boy kayak Dilan. Ditambah, banyak keraguan dari para pembaca novel Dilan 1990 mengenai film adaptasi ini. Bahkan, dari cuplikan filmnya aja, dialog rayuan yang disampaikan Iqbaal di film dinilai sangat datar dan mengecewakan.

Yap, memang enggak adil kalau menilai sebuah film cuma dari cuplikannya. Padahal, sebagai film adaptasi, Dilan 1990 bisa dibilang cukup berbeda. Biasanya, film adaptasi enggak nampilin keseluruhan kisah dalam novel. Namun, seakan-akan enggak mau mengecewakan penggemar novelnya, film ini nyajiin visualisasi dari seluruh adegan krusial dalam novel meski durasi tetap jadi hal yang diperhitungkan.

Sinopsis: Dilan (Iqbaal Ramadhan) begitu gencar mendekati Milea (Vanesha Priscillia), teman sekolahnya. Milea sendiri udah punya pacar, Beni (Brandon Salim), meski berbeda kota. Namun, ini enggak bikin Dilan gentar. Dia pun mengeluarkan senjata andalannya: rayuan-rayuan manis yang berbisa.

Via Istimewa

Kalau lo udah baca novelnya, mungkin punya bayangan sendiri bagaimana sosok Dilan dari penggambaran Pidi Baiq. Sang penulis novel sendiri pernah mengatakan bahwa sosok asli Dilan akan tetap dijaga baik-baik. Film ini pun membuktikannya.

Iqbaal yang awalnya sempat diragukan berhasil mematahkan keraguan tersebut. Soalnya, Iqbaal mampu menghidupkan karakter Dilan yang dikenal sebagai berandalan romantis. Mulai dari ekspresi nakal, tatapan tajam, hingga jiwa romantis Dilan, semua aspek utama dari seorang Dilan bisa dihayati oleh Iqbaal.

Via Istimewa

Iqbaal juga bisa membangun chemistry yang pas dengan Vanesha. Bahkan, para pemeran lainnya juga terlihat memiliki chemistry yang baik antara satu dengan yang lainnya. Namun, bukan berarti semua ini enggak ada kekurangan. Nyatanya, meski semua terlihat baik-baik aja, lo bakal terganggu sama rayuan-rayuan Dilan yang rasanya kurang pas. Bukannya bikin hati meleleh, beberapa rayuan ini justru terlihat receh.

Memang, sih, sebuah film yang diangkat dari novel enggak bakal maksimal mewakili novel tersebut. Kepala sang sutradara tentunya enggak cukup mampu menampung imajinasi para pembaca dengan penafsiran masing-masing. Meski film ini berusaha maksimal nampilin seluruh adegan penting dalam novel, unsur-unsur yang sifatnya enggak konkret malah enggak tergarap dengan baik. Misalnya rayuan-rayuan nanggung tadi.

Via Istimewa

Yap, film ini bakal lebih manjain mata ketimbang batin lo. Apalagi, kisah romansa antara Dilan dan Milea ini berlatar sama dengan yang ditulis dalam novel, yaitu Kota Bandung era 1990-an. Lokasi-lokasi yang digunakan dalam film ini di antaranya adalah kawasan Cibeunying dan Cilaki yang dinamai Jalan Milea dalam novel aslinya. Ada juga Jalan Natuna, Jalan Kancra, SMAN 20 Bandung, dan kawasan Asia-Afrika. Lo bakal ngerasa diajak jalan-jalan di Bandung tempo dulu.

Satu hal lagi. Kalau mengharapkan ending yang jelas, lo enggak akan terpuaskan. Di penghujung film, tampak tulisan “Sampai Jumpa di Dilan 1991”. Bisa aja, ngikutin novelnya, film ini bakal dibikin sebagai trilogi. Namun, apakah memang layak film ini dibikinin sekuel-sekuelnya?

Via Istimewa

Dilan 1990 bakal bisa lo saksikan di bioskop-bioskop Indonesia mulai 25 Januari mendatang. Kalau mau tahu jawaban dari pertanyaan di atas, lo enggak boleh ngelewatin film ini. Meski enggak baca novelnya, film ini tetap bakal bisa lo pahami. Apalagi, selain romansa kisah SMA, Dilan 1990 juga nampilin cerita mengenai keluarga sehingga semua kalangan bisa menikmatinya. Nah, coba aja lo nonton sendirian biar lo bisa praktikin rayuan-rayuan Dilan buat ngedeketin gebetan lo.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.