(REVIEW) The Night Comes for Us (2018)

The Night Comes for Us
Genre
  • Action
  • thriller
Actors
  • Joe Taslim
  • Julie Estelle
  • Shareefa Daanish
Director
Release Date
  • 19 October 2018
Rating
4 / 5

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.

Seiring dengan mulai ditayangkannya film-film Indonesia di Netflix dan tersedianya pilihan subtitle bahasa Indonesia, Netflix juga mulai berani melirik film Indonesia untuk didistribusikan di kanal mereka. Setelah rilis di Fantastic Film Festival di Austin pada 22 September 2018, The Night Comes for Us memang terlihat seperti film yang menjanjikan untuk Netflix. Tak menunggu lama, pada 26 September 2018, Netflix mengumumkan hak pendistribusiannya.

Film garapan Timo Tjahjanto ini sekilas memang terlihat seperti gabungan The Raid, The Raid 2, dan Headshot, dengan lebih banyak adegan gore. Enggak cuma itu, Timo juga mantap banget memainkan angle kamera untuk membangun situasi yang kontras. Coba aja lo lihat dulu cuplikannya di sini!

 

Mesin Pembunuh yang Membelot

Via Istimewa

Film ini dibuka dengan narasi singkat yang menyebutkan soal Six Seas. Mereka adalah delegasi elite yang terdiri atas enam orang misterius yang bertugas menjaga “keamanan” dan “ketertiban” untuk para Triad, mafia Tiongkok. Meski enggak banyak yang bisa diungkapkan dari narasi singkat itu, setelahnya kamera langsung diarahkan ke sebuah pantai menjelang senja. Pemandangan yang indah, namun enggak seindah situasi yang sedang terjadi di sana. Yap, pembantaian sebuah desa.

Saat itulah, Ito (Joe Taslim) mengambil bagian untuk “membunuh” satu-satunya warga desa yang tersisa, seorang anak cewek bernama Reina (Asha Kenyeri Bermudez). Namun, bukannya membunuh anak itu, Ito malah membunuh rekan-rekannya sesama anak buah Triad. Hasilnya, Ito harus menerima dirinya menjadi buronan Triad. Enggak hanya Ito, orang-orang di sekitar Ito pun dalam bahaya.

 

Adegan Kekerasan yang Intens

Via Istimewa

Ya, itu adalah premis yang sederhana untuk konflik sebesar ini. Seorang mesin pembunuh elite yang sudah mengabdi kepada Triad selama bertahun-tahun harus menghadapi serangan bertubi-tubi. Namun, ya, cuma itu aja yang bakal lo temukan di film ini. Serangan demi serangan, pertarungan demi pertarungan. Dari awal sampai akhir, lo bakal disuguhi dengan berbagai cara kematian ala Final Destination yang bikin ngilu.

Buat lo yang enggak suka lihat darah atau kekerasan, jelas film ini bukan buat lo. Apalagi, Netflix ngasih rating film ini 18+ karena kekerasan dan kata-kata kasar yang digunakan. Yah, namanya juga film tentang orang-orang di dalam tubuh mafia. Dunia yang ditampilkan penuh dengan kekerasan. Namun, melihat betapa intensnya berbagai pertarungan yang dihadirkan sejak awal, lo enggak bakal dikasih kesempatan buat menghela napas lega dan mencerna cerita.

Via Istimewa

Seperti yang udah disinggung, film ini nampilin ketegangan pertarungan demi pertarungan yang enggak pernah habis. Ketegangan semakin intens dengan efek suara yang realistis banget. Apalagi, saat ada adegan mematahkan tulang. Ngilu!

Sayangnya, saat ada adegan tembak-menembak, efek darah yang terciprat masih terlihat enggak natural. Namun, adegan pertarungan tangan kosong dan dengan senjata tajamnya (bukan senapan) terlihat jauh lebih natural. Apalagi karena yang bermain adalah para jagoan film aksi Indonesia yang udah mendunia.

 

Karakterisasi yang Nanggung

Via Istimewa

Sampai sepertiga pertama film, baru lo bakal tahu bahwa konflik “saudara” antara Ito dan Arian sebetulnya adalah masalah utama yang diangkat. Namun, sejak awal lo enggak dikasih gambaran yang jelas soal hubungan para cowok ini selain mereka sama-sama jago berantem. Jadi, lo juga enggak bakal ngerasa terikat banget dengan masalah pribadi mereka. Ikatan emosional keduanya malah enggak berasa.

The Night Comes for Us terlalu lama menyimpan penjelasan penting yang sebetulnya bisa membangun hubungan emosional para karakternya. Kenapa Ito bela-belain menyelamatkan Reina? Kenapa pertemuan pertama Ito dengan Bobby (Zack Lee) diwarnai amarah? Seberapa ambisiusnya Arian sampai dibenci sama Fatih (Abimana Aryasatya)? Semuanya terasa dibangun setengah-setengah.

Via Istimewa

Dalam film ini, Julie Estelle sekali lagi tampil gahar dengan kemunculan yang dramatis dan setelan ala agen rahasianya. Di luar dugaan, Dian Sastro bisa juga jadi cewek jagoan bernama Alma, bersama dengan Hannah Al Rashid yang berperan sebagai Elena, anggota dari salah satu tim khusus Triad bernama Lotus. Namun, keberadaan mereka berdua ini cuma sebagai pelengkap musuh biar misi bunuh diri Ito dan kawan-kawan ini bikin depresi saking sulitnya.

Selain itu, mungkin karena memang mengincar pasar internasional, Timo berani menghadirkan karakter Alma dan Elena yang digambarkan sebagai pasangan lesbian meskipun keduanya bukan orang Indonesia. Alma menggambarkan dirinya adalah orang Tiongkok, sedangkan Elena—meski bisa berbahasa Indonesia—sempat berbahasa Perancis sehingga mengisyaratkan asal karakter ini.

 

Visual Kelam dengan Rasa Berbeda

Via Istimewa

Dibanding film-film Timo lainnya, kayak Killers (2014) dan Headshot (2016), warna The Night Comes or Us ini memang enggak terlalu gelap. Namun, mengingat banyaknya adegan gore di dalamnya, film ini bisa jadi film aksi terkelam Timo sepanjang karier perfilmannya. Kalau aja diimbangi dengan plot yang asyik—bukan cuma perpindahan antara pertarungan yang satu dan pertarungan lainnya—dan penokohan karakter yang tergali dalam, film ini pasti bisa ngasih pengalaman yang beda secara maksimal.

Setelah Sebelum Iblis Menjemput (2018), terasa banget gaya pengambilan adegan dan pergerakan kamera Timo jadi lebih dinamis. Adegan pertarungan di dalam mil polisi, misalnya, pergerakannya cepat banget, tapi enggak bikin pusing dan malah bikin lo deg-degan. Barangkali Timo juga bereksperimen di film ini. Makanya, kita patut memberi ruang untuk lebih banyak eksperimen lainnya.

Via Istimewa

***

Yang jelas, kalau lo bisa nikmatin The Raid dan Headshot, lo bakal mudah nerima film ini. Meski bisa dibilang lambat pada awalnya, film ini usai dengan cukup memuaskan. Meninggalkan tanda tanya dan membiarkan lo menebak nasib karakternya, Timo membuat The Night Comes for Us enggak kehilangan ketegangannya sampai akhir.

Kalau penasaran, langsung aja lo tonton film ini di Netflix. Hindari mencari bajakannya, ya. Meski film ini enggak tayang di bioskop, dengan menonton film di kanal resminya, lo udah ngasih dukungan yang berarti buat para sineas Tanah Air.

Kalau lo udah nonton, silakan kasih penilaian dan pendapat lo sendiri di kolom ulasan pada bagian atas artikel ini!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.