(REVIEW) Slender Man: Kegagalan Menampilkan Kengerian Dunia Maya

Slender Man
Genre
  • horor
  • misteri
  • thriller
Actors
  • Alex Fitzalan
  • Annalise Basso
  • Javier Botet
  • Jaz Sinclair
  • Joey King
  • Julia Goldani Telles
  • Taylor Richardson
Director
  • Sylvain White
Release Date
  • 10 August 2018
Rating
3 / 5

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.

Cerita: 6 | Penokohan: 6 | Visual: 7 | Sound Effect/Scoring: 6 | Penyutradaraan: 6 | Nilai Akhir: 6,2/10

Jelang Halloween, udah jadi tradisi bahwa bakal banyak banget film horor yang dirilis. Salah satu yang paling ditunggu banget tahun ini tentu adalah spin-off The Conjuring, The Nun, yang diperkirakan rilis bulan depan. Sebelum itu, buat pemanasan, ada Slender Man yang udah tayang sejak 10 Agustus kemarin.

Sama kayak tokoh dalam film-film horor kebanyakan, Slender Man hanyalah karakter rekaan yang saking populernya sampai-sampai dikira beneran ada. Padahal, sebetulnya Slender Man merupakan fenomena internet Creepy Pasta ciptaan Eric Knudsen yang disebar di forum “Something Awful” dalam sebuah kontes foto pada 2009.

Nah, Knudsen menciptakan karakter pria tanpa wajah yang tinggi dan kurus dengan setelan jas yang dia sematkan ke foto gerombolan anak-anak. Ditambah pula caption bahwa itu adalah foto terakhir mereka sebelum menghilang dan yang fotoin juga sekarang enggak diketahui keberadaannya. Foto itu pun jadi fenomena.

Via Istimewa

Bertahun-tahun setelah jadi viral, ada banyak banget versi lain dari Slender Man, mulai dari cerita-cerita tambahan, video game, sampai web series. Semuanya mungkin bisa bikin lo percaya bahwa Slender Man beneran ada. Enggak mengherankan, pada 2014 juga ada kasus percobaan pembunuhan remaja cewek yang dilakukan demi ngebuktiin keberadaan Slender Man!

Nah, dilihat dari berbagai latar belakang tersebut, wajar banget kalau filmnya ini seharusnya lebih banyak ngasih titik terang ke bagaimana “legenda” Slender Man bisa menyebar. Alih-alih ngasih latar belakang yang segelap The Ring (2002), Slender Man malah ngasih alasan “kentang” yang bikin cerita dalam film ini jadi enggak berharga buat diangkat.

Sebetulnya, baru mengangkat fenomena yang populer pada 2009 sampai sekitar 2014 memang terkesan basi dan terlambat saat ini. Segala antusiasme dan rasa penasaran terkait Slender Man yang dirasakan pada masa itu udah memudar. Padahal, itu bisa jadi nilai tambah buat film ini. Makanya, kalau enggak didukung dengan cerita yang kuat, udah pasti film ini bakal jadi film yang gampang dilupakan. Nyatanya, film garapan Sylvain White ini enggak dimulai dengan pengantar yang menjanjikan.

Sekelompok remaja menghabiskan pesta menginap mereka dengan menonton video yang diduga dapat memanggil Slender Man. Slender Man merupakan sebuah entitas—kalau bukan hantu—yang menjadi legenda karena kasus menghilangnya anak-anak yang dikaitkan dengan keberadaannya. Bisa lo tebak, setelah nonton video itu, mereka mulai ngalamin hal-hal aneh, sampai tiba-tiba salah seorang dari mereka menghilang tanpa jejak. Setelah berbagai kejadian aneh tersebut, barulah mereka sadar bahwa teman mereka yang hilang adalah korban Slender Man.

Via Istimewa

Klise? Jelas. Udah bukan zamannya lagi lo kena kutukan setelah nonton video yang harusnya bisa aja enggak lo tonton. Namun, terlepas dari itu, kalau aja ada karakter menarik yang bisa ngebawa suasana sepanjang film, tentu hal itu bakal bisa dikesampingkan. Sayangnya, karakter empat cewek remaja yang diperanin oleh Joey King, Annalise Basso, Jaz Sinclair, dan Julia Goldani Telles bukanlah karakter yang bikin lo berempati.

Awalnya, film ini terlihat pengen bikin Hallie (Julia Goldani Telles) jadi that heroin yang paling berani di antara teman-temannya dan paling terakhir pula bertahan. Namun, karakter Hallie malah ngebosenin banget dan kalah bersinar dibanding Wren (Joey King). Belum lagi ada beberapa adegan yang enggak logis dan ditampilin cuma demi jumpscare. Yah, lo tahulah. Masa iya lo enggak nyalain lampu pas mau ngecek apakah ada orang menyelinap masuk rumah lo?

Via Istimewa

Dari semua itu, yang paling mengganggu adalah plot yang maksa. Oke, para remaja mungkin pernah dalam masa bandel-bandelnya sampai segala yang dilarang malah dilakukan. Lo pun pasti pernah kayak begitu. Namun, saat teman-teman lo udah mulai kena dampak dari video itu dan lo masih aja menampik kenyataan, itu konyol, sih.

Dalam durasi sesingkat 93 menit, ada banyak banget yang enggak ditampilin sebagaimana mestinya. Mimpi-mimpi yang dilihat Hallie jadi enggak berarti buat film ini karena enggak nampilin kengerian apa pun. Warna visualnya yang gelap kehijau-hijauan pun enggak membangun suasana kelam yang seharusnya ada.

Via Istimewa

Lo juga bakal ngerasa skeptis saat di pertengahan film Hallie malah kencan sama cowok yang udah lama ditaksirnya. Padahal, seorang temannya resmi dinyatakan hilang dan seorang lagi enggak diketahui kabarnya. Apakah hal ini bikin Hallie terlihat dingin? Enggak sama sekali. Bisa dibilang, adegan ini bahkan enggak berkontribusi sama sekali buat perkembangan karakter dan cerita. Adegan ini dibuat cuma supaya setelahnya lo bisa ngelihat ada memar di tangan Tom (Alex Fitzalan) yang udah pasti adalah karena Tom nonton video buat manggil Slender Man. Setelahnya, karakter ini dilupakan begitu aja karena Hailee sibuk sama adiknya yang kejang-kejang karena panick attack.

Jumpscare yang ditampilin pun enggak istimewa karena cuma ngandelin scoring yang juga enggak seberapa. Soalnya, ceritanya sendiri udah bikin lo skeptis sampai-sampai apa pun yang muncul dalam film itu enggak bakal bikin lo jantungan. Dibanding The Crooked Man-nya The Conjuring 2 (2016), Slender Man malah jadi sosok yang terkesan konyol. Kalah ngerilah pokoknya! Udah begitu, beberapa adegan gore yang ada di cuplikan enggak muncul dalam film.

Via Istimewa

Terkait hal ini, situs Bloody Disgusting  udah ngejelasin bahwa Sony motong banyak banget adegan sadis demi mempertahankan rating PG-13. Bahkan, situs ini juga mengklaim bahwa Slender Man bukanlah film yang lengkap karena naskah yang udah dikerjain David Birke direvisi lagi saat proses produksi masih berjalan. Meski enggak jelas seberapa banyak bagian yang dipotong, tetap aja hal itu enggak bisa dijadiin alasan. Soalnya, cerita yang kuat dan editing yang baik ikut mendukung sebuah film jadi menarik.

Kalau lo mau nonton film horor yang enggak bikin lo deg-degan tapi malah bikin lo pusing mikirin jalan ceritanya, Slender Man adalah tontonan yang tepat. Film ini juga cocok dijadiin film pengantar tidur. Kalau lo berhasil nonton tanpa tertidur di pertengahan film, silakan kasih pendapat dan penilaian lo di bagian atas artikel ini, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.