(REVIEW) The Turning (2020)

The Turning
Genre
  • horor
Actors
  • Brooklynn Prince
  • Finn Wolfhard
  • Mackenzie Davis
Director
  • Floria Sigismondi
Release Date
  • 05 February 2020
Rating
4 / 5

Pada awal 2020, bioskop-bioskop Indonesia disuguhkan dengan sejumlah film dari berbagai macam genre, enggak terkecuali horor. Salah satu film horor yang akan tayang pada Februari ini adalah The Turning yang merupakan adaptasi dari novel karangan Henry James.

Film yang dibuat oleh penulis waralaba The Conjuring serta produser IT (2017) ini memfokuskan ceritanya pada seorang tutor privat yang mengajar di rumah orang kaya. Namun, sejumlah peristiwa aneh dan menyeramkan pun terjadi ketika tutor yang bernama Kate Mandell ini menginap di rumah mewah tersebut. Apakah sang tutor mampu bertahan melawan sejumlah roh jahat yang mengganggunya di rumah keluarga Fairchild tersebut?

Nah, sebelum menonton filmnya, simak dulu ulasan KINCIR mengenai The Turning di bawah ini, yuk!

Plot Berbelit tanpa Ending yang Jelas

Dok. Universal Pictures

Film ini bercerita tentang Kate (Mackenzie Davis) yang dipanggil oleh keluarga Fairchild untuk mengajar anak bungsunya yang bernama Flora. Kate yang memiliki seorang ibu dengan gangguan mental ini pun berangkat ke rumah megah milik keluarga Fairchild dan disambut oleh Ny. Grose yang merupakan pelayan. Dia pun kemudian diperkenalkan oleh kedua anak di kediaman tersebut yang udah ditinggal mati oleh orangtuanya.

Sejak malam pertama menginap di rumah tersebut, Kate kerap mengalami sejumlah kejadian mistis. Mulai dari kemunculan roh wanita di jendela dan cermin kamar mandi hingga penampakan sesosok pria di sebuah lorong. Kabarnya, roh-roh yang muncul tersebut memiliki hubungan dengan kedua pekerja sebelumnya yang pergi dari rumah tersebut.

via GIPHY

Plot di atas tersebut sebenarnya sangat menarik untuk dikembangkan menjadi sebuah film horor yang menegangkan. Sayangnya, eksekusi dari jalan cerita di The Turning terlalu berputar-putar sehingga membuat kalian yang menonton menjadi mengantuk alias membosankan.

Mungkin dengan cerita yang berputar tersebut mereka berharap akan menjelaskan seluruh poin penting dari film ini. Namun, nyatanya akhir dari film ini enggak menjelaskan apapun, termasuk akar permasalahan dari jalan ceritanya. Kalian yang menonton film ini pun akan dibuat bengong dengan bagian ending dari The Turning yang sangat absurd.

Kalaupun memang ending dari film ini sengaja dibuat menggantung untuk mengundang kehadiran sekuel, rasanya cara penyampaiannya tersebut tetap enggak tepat. Hal ini karena masih ada cara lain untuk mengakhiri film ini jika memang ingin dilanjutkan ke film berikutnya.

Daya Tarik Aktris Cilik yang Menghibur

Dok. Universal Pictures

Terlepas dari keabsurdan plotnya, film ini memiliki daya tariknya tersendiri, yaitu aktris cilik Brooklynn Prince yang berperan sebagai Flora Fairchild. Karakteristiknya yang polos dan menggemaskan mampu menghibur penonton film ini di tengah jalan ceritanya yang berbelit-belit.

Sebenarnya, enggak cuma Brooklynn Prince aja yang berakting bagus di film ini. Finn Wolfhard yang sebelumnya dikenal lewat aksinya di serial Stranger Things juga tampil apik sebagai kakak dari Flora yang bernama Miles. Lalu, Mackenzie Davis yang berperan sebagai Kate sang tutor juga mampu menampilkan ekspresi ketakutan yang cukup brilian. Sayangnya, semua ini lagi-lagi ‘ternodai’ oleh alur ceritanya yang enggak jelas.

Horor yang Hanya Bermodalkan Jumpscare

Dok. Universal Pictures

Dalam membangun emosi berupa rasa takut atau ngeri dari penonton, sebuah film horor biasanya mengandalkan unsur jumpscare di dalamnya, enggak terkecuali The Turning. Sayangnya, film yang didistribusikan Universal Pictures ini benar-benar hanya bermodalkan unsur jumpscare aja untuk membuat penontonnya bergidik. Hal ini pun hanya terjadi di paruh awal film, selebihnya para penonton udah mulai bisa menebak momen mana aja yang kemungkinan akan ada jumpscare-nya.

Padahal, selain jumpscare masih banyak unsur lainnya yang bisa membuat sebuah film horor lebih menyeramkan. Salah satunya adalah dengan menggunakan unsur gore yang sebenarnya udah terlihat di dalam trailer ketika mulut Miles dimasuki seekor tarantula. Namun, nyatanya adegan tersebut dipotong dan enggak ada sama sekali di filmnya.

Selain itu, film ini sebenarnya juga bisa membangun rasa ngeri lewat plotnya seandainya enggak terlalu dibuat berbelit. Hal ini udah pernah dilakukan beberapa film genre horor sebelumnya yang lebih mengedepankan pembangunan atmosfer ketakutan di antara penonton ketimbang unsur jumpscare aja.

Scoring Menegangkan Khas Horor yang Enggak Terasa Spesial

Dok. Universal Pictures

Selain jumpscare, unsur yang enggak kalah pentingnya dalam sebuah film horor adalah alunan musiknya, alias scoring. Hal ini bisa dibilang mampu dilakukan oleh The Turning dalam menaikkan suasana kengerian dalam filmnya.

Sayangnya, scoring yang ada di film ini terkesan biasa aja dan enggak terlalu memorable jika dibandingkan dengan film bergenre horor lainnya. Apalagi, musik-musik menegangkan cenderung muncul sebelum ada jumpscare. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan penonton bisa menebak momen-momen jumpscare yang ada di filmnya.

***

Nah, itulah ulasan KINCIR tentang film The Turning. Oh ya, meskipun dibintangi aktris cilik, film ini ditargetkan untuk penonton 17 tahun ke atas karena terdapat beberapa adegan vulgar di dalamnya. Jadi, jangan bawa anak kecil ketika kalian menonton film ini, ya!

Kalian udah bisa menonton film ini mulai 5 Februari dan hanya tersedia di bioskop jaringan CGV. Jangan lupa tulis pendapat kalian soal The Turning di kolom review yang berada di atas dan ikuti terus rekomendasi film lainnya hanya di KINCIR!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.