(REVIEW) Gold: Film yang Enggak Berhasil Bersinar!

Cerita: 6,5 | Penokohan: 7 | Visual: 7 | Sound Effect/Scoring: 7 | Nilai Akhir: 6,9/10

Sebelum jadi aktor dengan koleksi Piala Oscar di lemarinya, Matthew McConaughey dikenal sebagai aktor berbakat yang selalu bermain di film-film yang gampang dilupakan (baca: jelek). Penampilannya dalam film Dallas Buyers Club yang membuatnya menang Oscar mengubah segalanya. Belum lagi penampilan singkatnya di Wolf of the Wall Street yang bikin dia menjadi aktor yang punya ciri khas. Sayangnya, siklus kehidupan kayaknya lagi nempel sama McConaughey. Sejak menang Oscar, dia enggak lagi mampu membuat keajaiban dengan membuat film-film "biasa aja" yang dibintanginya menjadi film menarik yang wajib ditonton. Hal itu terbukti dalam film terbarunya, Gold, yang sama sekali enggak kena pengaruh “McConaissance”.

Gold berkisah tentang seorang pengusaha tambang carut marut bernama Kenny Wells (Matthew McConaughey). Enggak mau menyerah dengan keadaan, Wells mengikuti mimpinya untuk mempertaruhkan semuanya untuk mencari tambang emas di pulau Kalimantan, Indonesia. Perjuangan Wells dibantu oleh seorang geologis legendaris bernama Mike Acosta (Edgar Ramirez). Setelah berjuang keras, hingga terkena malaria, Wells akhirnya meraih mimpinya setelah apa yang digalinya bersama Acosta ternyata merupakan tambang emas yang diklaim sebagai yang paling besar di dunia. FYI, kisah film ini terinspirasi dari kasus kontroversial yang sempat bikin dunia pertambangan heboh di tahun 1997, lho.

Dalam Gold sendiri, McConaughey menunjukkan totalitasnya dengan berperan menjadi seorang pengusaha miskin yang botak, lengkap dengan perut buncitnya. Dia dikabarkan menaikkan berat badan hingga 20 kilogram demi film ini. Aktingnya seperti biasa juga maksimal seperti peran-peran McConaughey di film-film terbaiknya.

Sebenarnya bukan cuma McConaughey yang tampil maksimal. Edgar Ramirez dan Bryce Dallas-Howard yang jadi pemeran pacarnya Kenny Wells enggak menampilkan akting yang jelek. Ketiga artis ini punya chemistry yang bagus. Hal ini membuat Gold jadi menarik saat ketiga artis ini saling beradu akting. Hanya saja, Ramirez dan Howard enggak punya jatah tampil sebanyak McConaughey. Makanya, bisa dibilang film ini adalah pertunjukan tunggal bagi seorang Matthew McConaughey. Sayangnya, hal ini cuma berdampak positif buat sang aktor, tapi enggak begitu buat filmnya sendiri. Terlihat jelas apa yang dilakukan McConaughey, yang sebenarnya tampil total dalam Gold, enggak seimbang sama kualitas filmnya secara keseluruhan.

Sejak bagian awal film, terasa jelas kalau Gold enggak dikerjakan secara rapi dan serius. Terdapat cukup banyak lubang dalam skenario yang bikin para penontonnya bertanya-tanya. Lebih buruknya lagi, lo akan duduk manis di bioskop selama 2 jam untuk menyaksikan sebuah cerita yang enggak disusun rapi, lengkap dengan plot ngebosenin. Tapi tenang aja, guys. Lo akan tetap menikmati film ini lewat beberapa twist yang bikin lo enggak bisa melepaskan perhatian lo hingga filmnya habis.

Sejujurnya sih, Viki enggak mencari informasi soal kasus yang menjadi inspirasi film ini. Makanya Viki baru baca setelah menonton. Ternyata Gold enggak benar-benar mengadaptasi kisah nyata tersebut secara keseluruhan. Patrick Massett and John Zinman sebagai penulis skenario melakukan cukup banyak modifikasi. Makanya nanti lo akan menemukan banyak ketidaksesuaian antara film serta kisah aslinya. Hal-hal yang diubah itu meliputi banyak hal, mulai nama asli karakter, tempat, serta mengubah periode tahun menjadi tahun 1988.

BTW, dari banyak hal yang dimodifikasi, ada satu hal yang tetap sesuai dengan kisah aslinya. Yup, hal itu adalah penggunaan latar negara kita tercinta, Indonesia, lebih tepatnya Kalimantan. Enggak jelas apa alasan untuk tetap melakukan hal ini. Mungkin saja karena film ini mengincar pasar penonton Indonesia. Makanya Viki penasaran banget bagaimana film ini menggambarkan suasana serta kondisi negara kita pada tahun 1988.

Sayangnya, keputusan untuk tetap menggunakan Indonesia dalam cerita jadi hal yang paling zonk dan gagal total dalam film ini. Meskipun diceritakan kalau Wells dan Acosta menambang emas di Kalimantan, nyatanya kelihatan jelas kalau film ini enggak syuting di Indonesia. Dalam skenario, diceritakan kalau Wells bertemu Acosta di sebuah hotel di Jakarta.

Kocaknya, suasana dan pemandangan yang digambarkan dalam film benar-benar enggak sesuai sama gambaran kota Jakarta. Sedikit bocoran, dalam adegan meeting antara Wells dan Acosta di hotel, terlihat Wells datang menggunakan angkutan perahu sungai. Yup, beneran guys. Ada perahu, ada hotel dengan dermaga di pinggiran sungai. Viki juga mau deh, kalau Jakarta beneran begitu!

Enggak cuma fakta latar yang meleset, film ini juga ahistoris, alias enggak sesuai sama sejarah. Dalam cutscene awal, lo akan melihat penampakan armada taksi BlueBird yang biasa lo lihat di zaman sekarang. Seharusnya jelas banget kalau film ini menggunakan latar periode tahun 1998, bukan tahun 2010-an.

Sebenarnya masih bisa diterima sih, kalau sebuah film milih untuk sedikit menjurus ke fiksi atau mendramatisir cerita. Namun, yang jadi masalah adalah fakta kalau film ini terinspirasi dari kisah nyata. Memang sih, dalam Gold ceritanya banyak yang dimodifikasi. Tetap aja rasanya enggak bakal sekacau ini kalau sutradara Stephan Gaghan lebih bijak untuk syuting di Jakarta.

Gold memang penuh kejutan. Baik dari skenarionya, maupun kegagalannya untuk menyesuaikan fakta. Tapi, enggak ada yang lebih mengejutkan saat Viki sadar kalau film ini mendapat nominasi Golden Globe Award. Yup, Gold mendapat nominasi Best Original Song lewat lagu berjudul "Gold". Lagu ini memang pantas mendapatkan nominasi. Tapi enggak begitu buat editing suara/musik secara keseluruhan. Ada beberapa suara/musik yang terdengar enggak pas, repetitif, dan monoton. Hal ini tentunya disayangkan, mengingat Gold udah punya lagu yang jadi nominator Golden Globe Award.

Secara keseluruhan, Gold bukanlah film yang akan memuaskan mata, pikiran, maupun telinga lo. Ada banyak banget hal yang bikin film ini kalah jauh dengan film-film dengan kisah yang mirip, seperti Wall of the Wall Street atau American Hustle. Bahkan, penampilan gemilang dari seorang aktor pemenang Oscar pun enggak mampu membuat film ini jadi sekelas film-film yang Viki sebutkan tadi. Jadi, jangan berharap banyak kalau lo memang benar-benar ingin menonton Gold. Viki jamin, lo bakal menikmati film ini kalau lo enggak berekspektasi lebih.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.