(REVIEW) Hereditary: Horor Berseni Pengundang Depresi

Hereditary
Genre
  • drama
  • horor
  • misteri
Actors
  • Alex Wolff
  • Gabriel Byrne
  • Milly Shapiro
  • Toni Collette
Director
  • Ari Ester
Release Date
  • 27 June 2018
Rating
4.5 / 5

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.

Cerita: 8 | Penokohan: 9 | Visual: 9 | Sound Effect/Scoring: 10 | Penyutradaraan: 9 | Nilai Akhir: 9/10

Film horor seakan enggak pernah mati. Bahkan, selalu hadir sepanjang tahun. Para sineas pun enggak ada bosennya bikin film horor. Saking banyaknya film horor, penonton jadi makin tahu film seperti apa yang seharusnya ditonton. Hingga, hadirlah tayangan horor berseni yang anti-mainstream. Yap, film Hereditary.

Debutnya di Festival Film Sundance 2018 berhasil bikin film Hereditary jadi tontonan wajib pencinta horor. Bahkan, digadang-gadang jadi film horor terbaik tahun ini. Hal terbaik dalam film ini adalah bukan keseramannya, tapi kengeriannya.

Sinopsis: Annie Graham, seorang seniman miniatur, mengalami teror demi teror bersama suaminya, Steve, dan kedua anaknya Peter dan Charlie. Anehnya, teror mencekam yang keluarga Anne dapatkan baru terjadi setelah kematian ibunda Anne. Mereka mendapat warisan kutukan dari sang nenek.

Film ini menceritakan sesuai yang tergambar di judulnya. “Hereditary” yang berarti “warisan” ini soal kutukan keluarga yang diturunkan ke anak cucu. Jalan ceritanya sederhana dan sulit ketebak. Ditambah, sang sutradara, Ari Aster, enggak menceritakan dengan buru-buru. Jadi, hingga setengah jalan film, lo terus disuguhkan premis-premis.

Bukan berarti lo bisa ngerti jalan ceritanya sejak awal film. Hereditary justru penuh teka-teki. Mulai dari teka-teki teror yang menimpa keluarga tersebut, hingga teka-teki ketika lo mencari sumber kengeriannya. Namanya juga film festival, segalanya penuh semiotika yang punya makna ganda.

Buat lo yang suka nonton film untuk sekadar cari tahu bagus atau enggaknya jalan cerita, film ini bukan jadi pilihan. Namun, kalau lo suka nonton film horor untuk ngasih pengalaman baru, film ini wajib lo tonton. Alasannya, film ini enggak banyak ngasih jumpscare. Sebaliknya, film ini penuh suasana teror dan suara-suara mengganggu yang bisa bikin lo depresi sepanjang adegan.

Sayangnya, ada sedikit adegan yang mengganggu di akhir cerita. Mungkin karena adegan tersebut mengandung sesuatu yang enggak umum dilakukan di Indonesia. Alih-alih menyempurnakan cerita, justru bikin lo sedikit kecewa. Karena, tanpa adegan tersebut, film ini udah terasa, kok, horornya!

Enggak banyak pemain dalam film ini. Terhitung, hanya ada enam pemain yang menjadi bagian cerita. Selebihnya hanya sebagai cameo yang sekali muncul lalu dilupakan.

Dibintangi oleh Toni Collette sebagai Annie Graham yang berhasil ngasih ketakutan mendalam soal teka-teki teror. Gabriel Byrne sebagai Steve Graham, suami Annie yang jadi “air” dari nuansa horor. Alex Wolff sebagai Peter Graham yang bikin lo sebel sekaligus kasihan.

Enggak lupa, ada Milly Shapiro sebagai Charlie Graham yang udah ngasih suasana ngeri sejak di cuplikan. Ada juga Ann Dowd sebagai Joan yang kehadirannya ngasih kejutan di akhir film. Terakhir, Mallory Betchel sebagai Bridget yang sedikit menyegarkan film.

Meski bukan termasuk deretan aktor dan aktris populer, mereka membuktikan kualitas aktingnya lewat film yang ditakuti “para pengharap pemenang Oscar”. Yap, enggak bisa dimungkiri kalau mereka bisa jadi calon-calon penghuni nominasi Oscar tahun depan.

Soal visual, film Hereditary udah membangun suasana ngeri penuh teka-teki sejak awal filmnya. Nuansa dan tone yang gelap sepanjang film menandakan bahwa Hereditary bukan horor yang setengah-setengah. Bahkan, adegan di siang hari pun bukan jadi napas lega buat lo.

Pawel Pogorzelski, sang sinematografer bisa dibilang cerdas untuk menghasilkan film yang penuh teror ini. Bersama Grace Yun, yang duduk di kursi desain produksi dianggap jadi kolaborasi paket lengkap. Sekali lagi, Aster berhasil memilih kru-kru yang berkualitas.

Gerakan kamera yang bagus bikin lo benar-benar merasa menjadi bagian dari keluarga Graham. Meskipun ini film horor, tenang aja, enggak ada sosok hantu yang menakutkan di dalam film ini. Sebagai gantinya, pergerakan kamera yang seirama dengan suara-suara bikin lo nebak-nebak pada adegan berikutnya. Ditambah lagi penata rias di film Hereditary juga bisa menyulap wajah-wajah menjadi pucat dan ketakutan.

Nah, kalau ngomongin efek suara, Hereditary bisa dibilang jadi juaranya. Colin Stetson pantas banjir penghargaan. Scoring yang ditampilkannya berhasil ngasih efek psikologi penonton. Suara hening, bisikan, dan nada-nada yang disuguhkan bikin perasaan lo enggak karuan. Kalau dibandingin dengan karya Marco Beltrami di A Quiet Place (2018), Stetson masih unggul.

Sutradara Ari Aster berhasil bikin film horor berseni dengan cerita sederhana dan enggak terburu-buru. Karyanya ini enggak menampik bahwa dirinya memberikan tren baru dalam gaya film horor. Dia berhasil mengarahkan para pemain, bahkan bisa mengantarkan mereka ke panggung Oscar.

Enggak hanya pemain, kerja samanya dengan Pawel Pogorzelski dan Colin Stetson berhasil ngasih treatment depresi dalam film psikologi-horornya. Soal makna, film ini menampilkannya dengan tersirat: apa pun yang lo lakukan akan mendapat ganjaran.

Lo bisa ajak temen-temen lo pencinta film horor buat nonton Hereditary. Eits, film ini dikhususkan buat penonton berusia di atas 17 tahun, loh. Jadi, buat lo yang belum cukup umur, mending mundur aja. Soalnya, enggak ada yang bisa bertanggung jawab kalau kejiwaan lo bermasalah pas nonton film ini. Hereditary udah bisa lo nikmatin mulai 27 Juni 2018 hanya di bioskop CGV dan Cinemaxx!

Kalau udah nonton, lo bisa kasih pendapat soal film ini di kolom review. Jangan lupa, kasih rating versi lo di bagian atas artikel ini, ya! Sebelum nonton, simak cuplikannya di bawah ini, yuk!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.