(REVIEW) The Invisible Man (2020)

The Invisible Man
Genre
  • horor
Actors
  • Elisabeth Moss
  • Harriet Dyer
  • Oliver Jackson-Cohen
Director
  • Leigh Whannell
Release Date
  • 26 February 2020
Rating
4 / 5

*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran film The Invisible Man yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.

Pada Maret 2020, kalian bakal disuguhkan dengan banyak judul film horor Hollywood yang menarik. Nah, ada satu judul yang bakal membuat kalian menjerit selama menontonya, yaitu The Invisible Man. Film satu ini merupakan film yang diadaptasi dari novel karya HG Wells dengan judul serupa sekaligus remake dari film garapan James Whale.

Bisa dikatakan film ini bakal berbeda dari versi orisinalnya. Soalnya, film garapan Leigh Whannell ini mengungkap asal muasal dari si manusia kasat mata. Namun, The Invisible Man versi Whannell bukan bagian dari Dark Universe seperti The Mummy (2017). Sebelum nonton, simak ulasan KINCIR di bawah ini.

Alur Cerita yang berbeda dari Film Orisinalnya

Dok. Universal Pictures

Film The Invisible Man bercerita tentang Cecilia Kass (Elisabeth Moss) yang terjebak dalam hubungan pernikahan enggak harmonis dengan Adrian (Oliver Jackson), seorang ilmuwan pintar dan kaya raya. Cecilia selama ini selalu menjadi korban kekerasan dari suaminya.

Saat Adrian dikabarkan bunuh diri, Cecilia enggak percaya. Dirinya merasa Adrian masih hidup dan selalu berada di sekitarnya. Bahkan, Cecilia selalu diteror secara bertubi-tubi oleh makhluk tak kasat mata.

Dok. Universal Pictures

Plot yang di atas jelas berbeda dari film orisinalnya yang digarap oleh James Whale. Perbedaannya, Leigh Whannell selaku sutradara, film ini lebih memfokuskan sosok Cecilia daripada manusia kasat mata. Selain itu, Whannell juga menyelipkan bumbu modern dalam cerita yang biasa kalian temukan di film fiksi ilmiah dengan teknologi optikal. Hasilnya, cerita film ini mudah diterima dan masuk akal ketimbang versi orisinalnya.

Seakan Whannell mengajak penonton menjadi sosok Cecilia sepanjang film ini. Apalagi, banyak adegan-adegan penuh ketegangan dan baku hantam yang mencuri perhatian. Hal ini memperlihatkan kejeniusan Whannell dalam menggarap film-film horor.

Durasi Panjang yang Sedikit Membosankan

Dok. Universal Pictures

Memiliki cerita yang segar dan menarik, film yang diadaptasi dari novel karya HG Wells dengan judul serupa ini juga enggak lari dari novelnya. Film ini juga memiliki durasi yang panjang, yakni 2 jam 5 menit. Durasi yang lebih dari rata-rata ini menciptakan plot panjang yang membosankan bagi kalian yang suka horor intens.

Membangun plot dari karakter utamanya wajar saja bila film The Invisible Man memakan durasi. Hal ini juga membuat para penonton kebingungan. Selain itu, ada beberapa bagian memiliki nuansa yang sama seperti di film Hollow Man (2000). Untungnya, intensitas ketegangan cukup terjaga dengan baik.

Akting Memukau dari Elisabeth Moss

Dok. Universal Pictures

Akting Elisabeth Moss sebagai Cecillia Kass tampil apik. Aktris peraih penghargaan Golden Globe Award ini mampu memperlihatkan emosi serta kegilaan Cecillia terhadap teror “manusia kasat mata” ke dalam film The Invisible Man.

Selain itu, Moss juga berhasil menampilkan ekspresi trauma, tersiksa, dan hancurnya sosok Cecilia. Apalagi, saat dia hampir bunuh diri dengan menyayat urat nadinya menggunakan pulpen, perasaan putus asa bakal kalian ikut rasakan. Enggak heran jika dia mendapat peran utama dalam film ini. Kemunculannya dalam film The Invisible Man membuktikan jika Moss bukan aktris yang sembarangan.

Dok. Universal Pictures

Di luar akting memukau dari Moss, pembawaan para pemain pendukung pun cukup membuat cerita film ini terasa semakin mencekam. Seperti ekspresi Storm Reid sebagai Sydney Lanier ketika dia diteror oleh si manusia kasat mata.

Lalu, ada Aldis Hodge sebagai James Lanier. Emosi yang dirasakan oleh James berhasil ditampilkan dengan apik. Lewat beberapa dialog emosional yang menghibur sekaligus menggelitik, aktor berusia 33 tahun ini sukses memberikan warna unik di film ini. Sayangnya, porsi karakter ini enggak terlalu banyak.

Suasana dan Scoring yang Bikin Jantung Berdebar

Dok. Universal Pictures

Selain akting sempurna dari Elisabeth Moss, dua lagi hal yang membuat film ini semakin mencekam, yaitu suasana dan scoring-nya. Suasana mencekam udah bisa dirasakan dari awal film, yaitu saat Cecillia berusaha kabur dari rumah dengan berjalan pelan-pelan, mematikan CCTV, hingga selalu melihat ke belakang.

Lalu, scoring film ini cukup impresif. Soalnya, Leigh Whannell tahu betul kapan harus menyelipkan kejutan lewat suara. Hal ini membuat para penonton benar-benar kaget saat adegan jump scare yang disajikan sepanjang film ini.

Meskipun ada beberapa momen yang terkesan memaksa. Suara-suara yang dihadirkan dalam film ini dibuat untuk mendramatisir beberapa momen penting yang disuguhkan ke hadapan penonton.

Terlepas dari suasana dan scoring yang bikin jantung berdebar-debar, shot-shot dalam film ini dieksekusi dengan matang. Yap, aksi kejar-kejaran yang meregang nyawa sampai adegan baku hantam yang disuguhkan terlihat secara apik. Selain itu, dari segi visual film ini berhasil menampilkan efek-efek yang buat kita parno sendiri.

***

Film The Invisible Man sudah tayang sejak 26 Februari. Langsung aja kalian saksikan teror manusia kasat mata dan nikmati nuansa horor yang disajikan. Oh ya, film ini diperuntukan penonton berusia 17 tahun ke atas.

Nah, kalau kalian udah nonton film The Invisible Man, jangan lupa berikan ulasan kalian di kolom review di atas. Jangan lupa pantengin terus KINCIR untuk mendapatkan ulasan film lainnya, ya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.