(REVIEW) Lorong (2019)

lorong
Genre
  • horor
Actors
  • Prisia Nasution
  • Teuku Rifnu Wikana
  • Winky Wiryawan
Director
  • Hestu Saputra
Release Date
  • 12 September 2019
Rating
5 / 5

*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.

Multivision Plus melahirkan karya horor-thriller yang berjudul Lorong yang tayang sejak 12 September. Disutradarai oleh Hestu Saputra (Hujan Bulan Juni), dibintangi oleh aktor yang juga merupakan seorang DJ, Winky Wiryawan yang bersanding dengan aktris serbabisa, Prisia Nasution.

Menceritakan kejanggalan sebuah rumah sakit tempat Mayang (Prisia Nasution) melahirkan. Misteri yang terjadi pada Mayang dan Reza (Winky Wiryawan) ini berhubungan dengan keberadaan bayi mereka.

KINCIR kali ini mau mengulas tentang pengalaman apa saja yang akan kalian dapatkan ketika menonton film satu ini. Yuk, simak!

Teror Hantu di Rumah Sakit

Dari awal film ini dimulai sampai akhir, lokasi yang akan kalian lihat adalah sebuah rumah sakit. Bercerita tentang Mayang (Prisia Nasution) seorang pasien yang melahirkan di rumah sakit tersebut. Saat proses melahirkan, Mayang tidak sadarkan diri.

Saat terbangun, Mayang diberitahu bahwa bayinya sudah meninggal. Mayang tidak bisa terima kenyataan yang ada dan tetap mencari bayinya.

Suasana depresi seorang ibu yang kehilangan bayinya akan kalian rasakan disini. Hal janggal muncul saat ada hantu yang suka mengikuti Mayang.

Alur yang Monoton

Kalian pernah enggak, sih, nonton film yang menyebabkan kantuk dari awal? Yap, inilah yang cenderung dirasakan waktu nonton film ini. Alur ceritanya dibawa agak membingungkan dan lambat di awal film dan bikin bosan.

Dibawa semakin lama, film Lorong mulai membangun suasananya. Hantu penasaran yang suka muncul, cukup menyeramkan, meski kurang maksimal. Akan tetapi, buat yang enggak suka film horor, sih, bakalan terus-terusan kaget setiap hantu penasaran ini muncul.

Suasana semakin mendukung saat Mayang, bersembunyi dari para staf yang mencoba mengejar dan mengurungnya di kamar. Darah yang keluar dari luka operasi Mayang yang belum kering, cukup membuat kalian akan ikut merasakan perjuangan ibu yang rela sakit demi anaknya.

Sayangnya, membawa genre horor-thriller, justru kesan thriller-nya kurang terasa, malah lebih banyak dramanya. Untungnya, ada plot twist yang cukup menyelamatkan, meski lagi-lagi tentang sekte.

Suasana dan Scoring Bikin Boring

Bayangin, film horor dengan latar rumah sakit, pasti yang kebayang adalah rumah sakit yang tua dengan tone warna agak suram. Namun, karena ide cerita diambil di kota besar, rumah sakit dalam film Lorong ini kurang terasa horornya.

Efek mencekam di film ini hanya diperoleh dari pembawaan depresi yang dirasakan oleh Mayang dan hujan yang sering terjadi. Hujan mampu memberikan dukungan efek suram dan sendu. Saat ritual pengorbanan bayi yang seharusnya menegangkan pun, suasananya enggak terbangun dengan baik.

Scoring film Lorong di beberapa adegan berhasil lengkapi suasana jump scare. Sayang, tipikal jump scare yang ada enggak ada tujuan yang menuntun ke alur cerita agar jelas.

Terlepas dari scoring yang bikin boring, film Lorong punya satu lagu yang sering diputar di beberapa adegan dan lumayan menyeramkan. Mengingatkan pada film Pengabdi Setan (2017).

Chemistry Kurang Asyik

Comeback Winky Wiryawan ke layar lebar dibuka dengan baik, walaupun alur cerita dalam film Lorong enggak terlalu jelas. Reza bisa diperankan Winky dengan apik. Dia menjadi seorang suami yang family-man. Saat kerasukan, pendalaman karakter Winky cukup terasa.

Disandingkan dengan Prisia Nasution, dia menjadi seorang istri dan calon ibu yang hampir kehilangan buah hatinya. Prisia berhasil menggambarkan bagaimana rasa depresi hingga hampir gila.

Apalagi saat dia hampir bunuh diri dengan melompat dari atas gedung rumah sakit, perasaan putus asa dan enggak tahu harus berbuat apa lagi akan ikut kalian rasakan.

Dalam Lorong, pembawaan para pemain pendukung malah yang membuat cerita ini terasa awkward. Selain Teuku Rifnu Wikana yang masih memberi sedikit humor yang menghibur, pemeran pendukung lainnya terlihat kurang pendalaman karakternya.

Secara keseluruhan, sebenarnya film Lorong memiliki potensi untuk menjadi film horor yang apik, karena memiliki ide cerita yang sedang digemari penonton. Sangat disayangkan eksekusinya enggak berjalan dengan maksimal.

***

Film besutan Hestu Saputra ini memilik kategori usia 13+, jadi buat kalian jangan lupa untuk nonton film sesuai kategori usia kalian, ya!

Buat yang penasaran sama film horor Lorong atau mau mendukung perfilman Indonesia, kalian bisa datang ke bioskop terdekat, karena film ini sudah tayang dari tanggal 12 September 2019. Kalau sudah nonton, yuk kasih ulasan film ini di kolom penilaian bagian atas artikel KINCIR ini, ya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.