(REVIEW) Makmum (2019)

Makmum
Genre
  • horor
Actors
  • Adilla Fitri
  • Ali Syakieb
  • Bianca Hello
  • Tissa Biani
Director
  • Hadrah Daeng Ratu
Release Date
  • 15 August 2019
Rating
5 / 5

Euforia penonton menunggu film pendek Makmum diangkat ke layar lebar memang telah memuncak. Film pendeknya yang digarap Riza Pahlevi ini telah memenangkan kategori khusus untuk “Best Horror” dalam Festival Film Pendek HelloFest 2016.

Digarap oleh Hadrah Daeng Ratu, MD Pictures juga menggandeng aktris senior Jajang C. Noer, Ali Syakieb, dan Titi Kamal yang disebut-sebut mendapatkan pengalaman pertama bermain film horor dalam film ini.

Rini (Titi Kamal), alumni sebuah asrama putri yang kembali ke asramanya karena permintaan mantan kepala asrama, Bu Kinanti (Jajang C. Noer). Sementara, Ali Syakieb menjadi guru agama yang diminta bantuan oleh Rini saat situasi di asrama semakin di luar kendali. Di sisi lain, ada juga Nurul (Tissa Bianni), Nisa (Bianca Hello), dan Putri (Adila Fitri), tiga penghuni asrama yang terus-terusan diteror oleh hantu “makmum”.

 

Awalnya Cukup Menjanjikan

Dalam film Makmum, kalian bakal disuguhi kisah Nurul, Nisa, dan Putri yang tinggal di asrama putri. Saat sedang akan melaksanakan salat malam, Nurul merasa ada yang mengikuti sebagai makmum di belakangnya. Meski begitu, enggak ada siapa-siapa di sana dan ternyata malah Putri ditemukan kesurupan.

Garis besar Makmum ini terlihat cukup menjanjikan dan menyediakan banyak tepat untuk berkembang. Pengembangan pun enggak cuma dari segi cerita, tetapi juga karakter yang seharusnya bisa jadi senjata utama yang bikin Makmum lebih berkesan.

Sayangnya, hal itu cuma bertahan sekitar 30 menit pertama. Ya, saat disuguhkan aura gelap asrama dan hantu misterius yang membayangi para penghuni asrama.

Selanjutnya, ketika karakter Rini mulai dihadirkan, kalian bakal menyadari bahwa film ini adalah tentang Rini. Hal ini wajar sebenarnya, apalagi mengingat Rini pun sejak awal udah dipastikan jadi pemeran utama.

Sayangnya lagi, hal ini juga yang merusak unsur misteri film ini sehingga kalian bakal bisa menebak misteri besar tentang sosok hantu makmum di asrama enggak lama setelah kemunculan Rini.

Perkembangan Cerita yang Lambat

Meski kalian kira-kira bisa menebak misteri dalam film ini sejak pertengahan film, perkembangan cerita selanjutnya bisa dibilang lambat. Rini kembali ke asrama karena diundang oleh Bu Kinanti yang ingin mengungkapkan rahasia yang selama ini dibungkamnya.

Akan tetapi, bahkan setelah semua kejadian kesurupan dan hal-hal aneh lainnya di asrama itu, Bu Kinanti enggak lantas memberitahukan yang rahasia yang disimpannya kepada Rini.

Ya, barangkali pengungkapan misterinya memang disiapkan buat momen yang lebih dramatis (dan memang ada yang lebih dramatis). Namun, hal itu malah bikin ceritanya enggak jalan ke mana-mana.

Karena itu juga, enggak ada kesempatan buat para karakternya berkembang seiring cerita. Kayak lagi mendikte, karakter Nurul, Nisa, dan Putri, misalnya, dirasa cukup dijelaskan lewat deskripsi dari Pak Slamet (Arief Didu), penjaga asrama yang menjemput Rini.

Anehnya, cuma karakter Rosa yang digambarkan cukup kuat di sini: penjaga asrama yang galak, kejam, dan tegas. Penyebab karakter Rosa jadi kayak gitu pun lagi-lagi cukup dirangkum melalui penjelasan Pak Slamet.

Semua maklum, cerita pun berjalan ke arah yang sebetulnya udah jelas, tapi malah jadi dipanjang-panjangkan. Rosa berkali-kali terlihat kejam, berkali-kali juga Rini terlihat baik, seakan kontras ini dibentuk buat menjadikan Rosa sebagai antagonis tandingan. Hal ini lagi-lagi terkesan dipaksakan sehingga malah bikin fokus cerita teralihkan.

 

Karakter yang Kurang Istimewa

Karakter Rini jadi enggak istimewa, khususnya karena Titi Kamal juga enggak bisa kelihatan “takut” sepanjang film. Ini memang film horor pertama Titi Kamal, tapi debut ini enggak bisa jadi jalan pintas buat menambah portofolio aktingnya.

Yang paling mengganggu, karakter Pak Ganda (Ali  Syakieb), seorang guru agama sekaligus ustaz, pun enggak bisa minimal kelihatan kayak ustaz. Mungkin Daeng Ratu pun enggak mau susah payah mengarahkan para pemainnya, minimal buat membaca ayat kursi dengan pelafalan yang meyakinkan.

Untungnya, meski dengan peran minor, Jajang C. Noer bisa total menggambarkan ketakutan dan kekhawatirannya, bahkan tanpa suara. Permainan mimik ini yang sayangnya enggak bisa dilihat dari Titi Kamal dan Ali Syakieb.

Sebaliknya, justru para aktris muda kayak Tissa Bianni, Bianca Hello, dan Adila Fitri-lah yang berhasil menghidupkan suasana dengan baik.

Saat takut, senang, dan sedih, mereka bisa menyatu dengan situasi apa pun yang ditawarkan dalam film. Hasilnya, kengerian yang seharusnya justru lebih bisa didapatkan saat karakter merekalah yang jadi sorotan. Mereka bisa dibilang malah lebih bersinar dibandingkan Titi Kamal dan Ali Syakieb.

Sosok hantu makmum pun sayangnya juga jadi sampingan yang mudah dilupakan, enggak bisa jadi kayak Ibu dalam Pengabdi Setan (2017) atau sosok kuntilanaknya Karina Suwandi yang memang berkarakter.

Jump Scare Monoton

Jump scare memang salah satu unsur dalam film horor yang cukup tricky. Soalnya, komposisinya harus pas karena formula jump scare pada dasarnya itu-itu aja.

Nah, sayangnya, hal yang bisa kalian temukan dalam Makmum ini hanyalah jump scare standar yang monoton. Tanpa melihat komposisi penempatannya, jump scare yang ada cuma bakal bikin kalian kaget karena teriakan yang memang keras banget.

Sebetulnya, jump scare dimainkan dengan baik saat awal film. Lagi-lagi, hal ini enggak bertahan lama. Perpindahan scene yang terasa enggak halus juga ngaruh banget buat mempersiapkan jumpscare ini.

Soalnya, dalam Makmum, agaknya ada kebiasaan buat memulai detik-detik jump scare dengan adegan baru. Ini standar dan umum banget, makanya film ini enggak cukup ngeri karena kalian pun jadi bisa berekspektasi tentang apa yang bakal muncul setelahnya.

 

Plagiarisme yang Eksplisit

Hal ini jadi nilai minus terbesar, sih, buat film ini. Entah disengaja atau enggak, ada satu adegan yang luar biasa mirip dengan adegan dalam The Nun (2018). Enggak tahu ada apa sama MD Entertainment dan The Nun (setelah Kutuk dianggap mirip The Nun) yang tentunya bukan kabar baik. Film Makmum bahkan dengan terang-terangan meniru adegan yang cukup ikonis dari The Nun.

Kecurigaan memang udah ada sejak awal, sih, karena ada adegan dengan pergerakan kamera yang enggak teratur dan sudut pengambilan gambar yang enggak simetris.

Hal ini sebetulnya bisa jadi nilai plus kalau aja enggak ada adegan mirip The Nun di dalamnya yang memang disiapkan dengan permainan kamera kayak yang dari awal disajikan.

Kalian ingat, enggak, sih, adegan saat Suster Irene berhadapan dengan Valak di lorong, kemudian kamera mulai berputar dan angin kencang berembus, bikin Suster Irene ketarik ke arah Valak.

Yap, adegan itu juga yang direka ulang dalam Makmum yang sayangnya malah enggak bikin ngeri sama sekali. Puncaknya, “pertarungan” antara ustaz dan hantu makmumnya malah jadi antiklimaks.

***

Makmum mulai tayang di bioskop mulai 15 Agustus 2019. Buat kalian yang butuh hiburan praktis dan enggak perlu mikir, film ini bisa jadi makanan pembuka.

Akan tetapi, kalau kalian punya ekspektasi tinggi mengingat film ini diadaptasi dari film pendek yang sukses raih banyak penghargaan, baiknya kalian simpan ekspektasi kalian biar enggak kecewa.

Kalian bisa jadikan film ini sebagai tontonan akhir pekan. Kalau udah nonton, bagikan pendapat kalian di kolom review yang ada di awal artikel ini, ya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.