(REVIEW) Peppermint: Rasa Lain dari John Wick

Peppermint
Genre
  • Action
  • drama
Actors
  • Annie Ilonzeh
  • Cailey Fleming
  • Eddie Shin
  • Jeff Hephner
  • Jennifer Garner
  • John Gallagher Jr.
  • John Ortiz
  • Juan Pablo Raba
Director
  • Pierre Morel
Release Date
  • 07 September 2018
Rating
3.5 / 5

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.

Cerita: 7,5 | Penokohan: 8 | Visual: 7,5 | Sound Effect/Scoring: 7 | Penyutradaraan: 7 | Nilai Akhir: 7,4/10

Apa jadinya kalau seorang ibu rumah tangga harus kehilangan suami dan anak satu-satunya? Sedih udah pasti, biasanya setelah itu biasanya sang ibu akan dilanda stres. Tapi ini enggak berlaku buat Riley North (Jennifer Gardner). Dirasuki dendam kesumat, sosok ibu satu anak ini langsung berubah 180 derajat.

Di adegan awal, lo langsung disuguhi pertarungan sengit di dalam mobil antara North dengan seorang sindikat mafia asal meksiko. Laga pertarungan diakhiri dengan tembakan ke arah kepala sang mafia oleh North. Dari sini udah digambarkan karakter Riley North yang sadis, dia enggak segan-segan membunuh tanpa penyesalan. Ini yang memancing rasa penasaran penonton, apa sebenarnya yang terjadi terhadap dia.

Selang berapa lama, penonton akan di ajak untuk menyaksikan kisah flashback ketika Riley North masih menjadi ibu di keluarga yang normal. Di hari ulang tahun anaknya, North dan sang suami, Chris (Jeff Hephner) mengunjungi sebuah taman karnaval. Tak ada yang sadar, kalau hari yang bahagia ini harus berakhir tragis. Setelah memesan es krim Peppermint, Riley beserta Chris dan Carly (Cailey Flaming) diberondong senapan otomatis oleh komplotan mafia yang diketuai oleh Diego Garcia (Juan Pablo Raba). Satu hal menarik, rasa es krim tadi menjadi satu-satunya korelasi antara judul film ini dengan cerita yang diusung.

Lepas alami kejadian tragis, Riley mengalami koma dan baru terbangun satu bulan berselang. Berniat  mencari keadilan, Ibu satu anak ini kembali harus kecewa karena pengadilan memutuskan untuk membebaskan para tersangka penembakan keluarganya. Ketika hendak dibawa ke rumah sakit jiwa karena diduga menderita gangguan mental, North melarikan diri dan misi balas dendam pun dimulai.

Lima tahun berselang, aksi balas dendam mulai dilangsungkan. Satu persatu komplotan mafia yang bertanggung jawab atas kematian keluarga North pun berjatuhan. Ibu rumah tangga yang dulunya hidup biasa, sekarang menjelma menjadi pahlawan vigilante yang dirasuki dendam membara.

Di film Peppermint ini, lo akan merasa ada sedikit kemiripan antara Riley North dengan karakter The Bride di Kill Bill (2003-2004). Dua karakter ini sama-sama mengusung misi dendam dan kehilangan orang tercinta. Selain itu, sepak terjang sang protagonis dalam menghabisi komplotan mafia memiliki kesamaan dengan aksi Keanu Reeves sebagai pembunuh profesional di John Wick (2014).

Penuh dengan aksi menegangkan. Manuver Riley dalam mengintai dan menghabisi komplotan mafia menjadi tontonan yang sangat menarik. Adegan gunfight dipadukan dengan pertarungan jarak dekat yang seru, akan menjadi menu utama yang tersaji. Impresi yang muncul di benak adalah bagaimana bisa, seorang wanita yang dulunya lemah, sekarang berubah menjadi pembunuh mematikan. Apa yang sebenarnya yang dilakukan oleh Riley selama lima tahun. Ini hal menarik yang sayangnya enggak di eksplorasi lebih dalam pada naskah buatan Chad St. John.

Peppermint disutradarai oleh Pierre Morel, yang terkenal sebagai pengarah di film District B13 (2004), Taken (2008) dan From Paris with Love (2010). Pria Prancis kelahiran tahun 1964 ini udah enggak asing dalam mengarahkan film action. Walau penuh dengan aksi adu tembak yang brutal, Morel kurang memberikan visual elegan yang sangat kental terasa di John Wick, yang memiliki koreografi action memesona.

Secara visual, keseruan yang ada di dalam Peppermint akan sangat bisa lo nikmati. Ditambah scoring menegangkan, pengalaman lo menonton akan menjadi semakin mengasyikkan.

Untuk kisah yang dibangun, cuma ada satu plot yang diusung Peppermint, yaitu aksi balas dendam seorang ibu. Enggak ada kedalaman cerita yang dibangun. Kelebihannya, jalan cerita menjadi lebih mudah dipahami oleh penonton. Untuk twist yang coba dibangun pun, terlalu mudah untuk ditebak.

Satu hal yang patut diapresiasi adalah totalitas akting dari Jennifer Garner. Dalam setiap aksinya, dia tetap bisa menarik simpati penonton dari awal hingga akhir. Enggak cuma itu, komitmen Garner untuk menjalani latihan keras demi menjalani peran sebagai seorang Riley North patut diacungi jempol. Dengan usia hampir setengah abad, tentu enggak mudah untuk menjalani adegan kekerasan yang menuntut fisik prima.

Walaupun seakan sudah membuat sifat manusianya demi melancarkan aksi balas dendam, dalam kenyataannya, naluri keibuan Riley masih tersisa. Dalam sebuah adegan yang melibatkan seorang anak kecil dan ayahnya yang pemabuk, Riley “menasihati” si ayah dengan menodongkan pistol ke dalam mulutnya.

Sebagai konklusi, Peppermint menghadirkan tontonan segar yang bisa bikin lo ikut bersimpati kepada sang jagoan. Enggak peduli udah berapa orang yang tewas di tangannya, lo bakalan terus mendukung Riley dalam melancarkan aksi balas dendam.

Peppermint akan tayang sebentar lagi di seluruh bioskop di Indonesia. Jangan sampai ketinggalan, ya. Setelah nonton, segera kasih komentar lo di kolom ulasan pada bagian atas artikel ini, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.