(REVIEW) Peter Rabbit: Visual Antropomorfis dengan Kisah Modern

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.

Cerita: 7 | Penokohan: 7 | Efek Suara/Scoring: 7 | Visual: 7 | Penyutradaraan: 7 | Nilai Akhir: 7/10

Film keluarga enggak hanya ramai di akhir tahun. Ketika musim liburan dipenuhi banyak film buat family time, Peter Rabbit justru ngambil waktu di awal tahun. Bisa jadi pihak distribusi, Sony Pictures, menghindari persaingan dengan film keluarga lainnya. Namun, memang film garapan Will Gluck ini layak jadi perhatian.

Sinopsis: Seekor kelinci nakal bernama Peter Rabbit sering mencuri hasil kebun milik keluarga McGregor. Akibatnya, McGregor sangat membenci Peter Rabbit dan teman-temannya. Namun, McGregor muda menyukai seorang pelukis bernama Bea yang merupakan seorang penyayang binatang. Dia pun berpura-pura menjadi teman kelinci sambil diam-diam mencari cara menyingkirkannya. Peter yang enggak kenal takut pun berulah demi mengagalkan rencana McGregor muda.

Via Istimewa

Buat lo yang suka baca dongeng Petter Rabbit, film ini bisa jadi ajang lo bernostalgia. Peter Rabbit merupakan buku anak-anak karya Beatrix Potter yang terbit pada 1902. Dalam buku tersebut, Peter digambarkan sebagai hewan antropomorfis yang mengenakan jaket jeans biru dan berkelakuan jahil.

Uniknya, film ini merupakan adaptasi bebas dari buku anak-anak tersebut. Ketimbang fokus pada jaket dan sepatunya layaknya dalam dongeng, film ini memilih jalan ceritanya sendiri yang lebih segar. Sayangnya, lo enggak bakal nemuin kehangatan dan cerita adem-ayem layaknya dongeng anak-anak. Lo malah bakal dikasih petualangan yang seru dan penuh aksi.

Via Istimewa

Kalau lo penggemar cerita keluarga kelincinya Potter, lo bakal benci film ini. Jadi, jangan berharap banyak terhadap cerita yang dibawakannya. Sebagai ganti cerita klasik tentang kelinci jahil, sang sutradara bakal menyuguhkan cerita yang lebih modern, konyol, dan penuh dengan ledakan.

Gluck pun cerdas. Dia mengubah cerita dengan sangat baik dan bisa diterima oleh penonton era modern. Meski enggak pernah baca buku dongengnya, lo bakal ngerti dengan jalan ceritanya. Bisa dibilang, film ini layaknya kehidupan lain yang enggak digambarkan Potter dalam bukunya.

Via Istimewa

Lo juga bakal terhibur dengan unsur komedi yang ditampilkan secara solid dan intens. Gluck sukses ngasih kegembiraan dalam filmnya. Saking intens dan halus, lo enggak bakal kelelahan buat ketawa selama satu jam 40 menit di bangku bioskop.

Sebenarnya, film ini memiliki hal-hal yang mengundang kontroversi. Namun, lo enggak bakal nyadar karena penyajiannya yang smooth. FYI, film ini jadi sempat diboikot beberapa daerah. Dilansir Forbes, film animasi tersebut dituding memuat perlakuan menyepelekan, bahkan bisa membahayakan para penderita alergi.

Via Istimewa

Adegan yang dimaksud adalah saat sekumpulan kelinci yang dipimpin Peter menyerang McGregor muda  dengan buah berry. Yap, McGregor muda menderita alergi terhadap buah berry. Dia dijejali buah tersebut ke mulutnya. Tentunya, dia jadi menderita sakit bahkan menusuk kakinya sendiri dengan pena. Bahkan, di awal film, para kelinci juga dianggap mencemooh alergi yang diderita McGregor muda.

Dari segi Penokohan, lo enggak bakal nyangka bahwa film ini ngelibatin aktor dan aktris populer. Film ini menggaet James Corden sebagai pengisi suara karakter Peter. Hadir pula Margot Robbie, Elizabeth Debicki, dan Daisy Ridley untuk mengisi suara kembar tiga, Flopsy, Mopsy, dan Cottontail.

Karena filmnya berunsur komedi, lo enggak bakal nyangka bahwa para sineas tersebut berada di balik karakter kelinci yang lucu. Suara mereka yang penuh totalitas dan penghayatan bikin film makin hidup. Oh, ya, keetrlibatan aktor Domhnall Gleeson juga bikin film ini makin menarik buat lo tonton.

Efek suara yang disuguhkan Dominic Lewis layaknya film-film petualangan dan aksi, penuh musik dan ledakan. Lewis juga sadar dengan penonton anak-anak. Makanya, dia menyeimbangkannya dengan musik-musik lembut yang dibarengi adegan mengharukan.

Via Istimewa

Dari segi visual, garapan Peter Menzies Jr. terlihat natural. Hewan-hewan dalam film ini memang digambarkan selayaknya manusia. Namun, sejatinya mereka masih memiliki sifat-sifat dasar hewan, termasuk kelemahan masing-masing. Enggak hanya kelinci, semua hewan yang dekat dengan manusia bakal turut meramaikan film ini.

Gluck juga enggak benar-benar menghilangkan napas Potter dalam film ini. Pada awal film, kisah Peter Rabbit masih mengadaptasi kisah dalam buku dongengnya. Lo bakal diceritain ulang secara singkat sesuai bukunya lewat lukisan ala Potter.

Via Istimewa

Kepiawaian Gluck mengarahkan para pemain juga baik. Terlepas film ini enggak mirip dengan bukunya, para pemain terlihat menjiwai karakter yang ada. Film ini pun jadi terlihat menggembirakan sekaligus mengharukan. Tentunya, film keluarga ini enggak lepas dari nilai-nilai kehidupan yang sedikit menggampar.

Sebenarnya, cerita film ini enggak terlalu buruk. Namun, rating yang didapat hanya 6,1 versi IMDb saat tulisan ini dibuat. Bisa jadi karena banyak yang nganggap hilangnya napas Potter dari film ini yang menyebabkan alurnya menjadi liar. Namun, bukan berarti film ini enggak layak tonton, justru lo harus tonton film ini karena cerita barunya yang bisa membuka pikiran lo soal hewan-hewan yang hidup di sekitar kita.

Disutradarai oleh Gluck, bersama Rob Lieber yang sama-sama menggarap skenario, film ini direkomendasikan sebagai tontonan keluarga. Terlepas dari kontroversi yang ada, Peter Rabbit enggak perlu dikhawatirkan buat penonton Indonesia.

Peter Rabbit dirilis di Indonesia mulai 23 Februari 2018. Yap, menjelang akhir bulan dan waktu gajian datang, film ini bisa lo jadikan ajang family time. Yuk, tonton dulu cuplikannya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.