(REVIEW) Shazam! (2019)

Shazam!
Genre
  • aksi
  • komedi
  • petualangan
Actors
  • Asher Angel
  • Djimon Hounsou
  • Jack Dylan Grazer
  • Mark Strong
  • Zachary Levi
Director
  • David F. Sanberg
Release Date
  • 02 April 2019
Rating
4.5 / 5

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Shazam! yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.

Bagaimana jadinya ada anak kecil yang terjebak dalam tubuh Superman? Ya, kalian bisa tonton kisahnya di film Shazam! yang mulai tayang di Indonesia pada 2 April 2019. Sebagai informasi, Shazam awalnya bernama Captain Marvel ketika DC menyewa lisensi nama tersebut pada 1972 dan membeli pada 1994. Karena nama Captain Marvel udah jadi milik Marvel, DC terpaksa ganti nama karakter tersebut dengan Shazam.

Menceritakan seorang anak asuh berusia 14 tahun yang menjadi pahlawan super. Kisah asal usulnya mengikuti Billy Batson (Asher Angel) ketika dia bertemu dengan Wizard Shazam (Djimon Hounsou) yang memberikan bocah itu kekuatan untuk menjadi superhero Shazam (Zachary Levi). Dalam film itu, Billy harus berhadapan dengan Dr. Thaddeus Sivana (Mark Strong) yang jahat dan monster Seven Deadly Sins.

 

Kisah Menyenangkan Minim Kegelapan

Banyak anggapan kalau film DC pasti bernuansa gelap. Namun, setelah Wonder Woman (2017) dan Aquaman (2018), banyak yang beranggapan kalau DC mulai “menerangkan diri”. Bukan buruk, tapi jadi dipertanyakan konsistensinya. Hal tersebut pun terjadi pada film Shazam! yang tampil menyenangkan dan bukan tampil sebagai film pahlawan.

Akhirnya, jika nantinya DC akan berinovasi ke arah yang lebih “terang” dan menyenangkan, enggak akan terlepas dari perbandingan terhadap kompetitornya, Marvel. Nah, film Shazam! seakan menjawab anggapan dan prediksi tentang DCEU ke depannya. Bahkan, film ini punya plot yang tampil secara mengejutkan.

Kekuatan cerita dan dialog jadi kelebihan film ini. Bukan bermaksud untuk menyamakan atau membandingkan, film Shazam! seperti versi Deadpool yang ramah anak. Dialog ceplas-ceplos khas remaja yang dibarengi referensi budaya populer, khususnya sinema. Selain itu, aksi yang ditampilkan juga enggak sebanyak film DC sebelumnya. Itu berarti memang film ini ramah untuk remaja.

Di sisi lain, film garapan David F. Sanberg ini tampil sebagai komedi aksi ringan yang lucu dan membumi. Bisa menarik perhatian tentang seorang bocah lelaki dalam tubuh lelaki dewasa super. Belum ada film superhero seperti Shazam!, sejak Spider-Man karya Sam Raimi tentang optimistis, keluarga, dan keajaiban anak-anak dari film superhero untuk zaman modern.

Pemain Baru Tampil Menarik dan Kuat

Harus diakui, Shazam! membawa apa yang semua orang selalu inginkan dari film DC dengan gaya aneh dan masih terasa membumi di dunia nyata. Shazam mungkin bukan karakter yang paling khas dalam hal kostum atau kekuatan, tapi pada tingkat kepribadian, jelas berbeda. Hal itu ditampilkan dengan apik oleh Zachary Levi.

Kocaknya Levi mengingatkan kita pada karakter-karakter yang diperankan Ben Stiller. Dia juga bisa ngasih kejutan dan dialog satir remaja ala Deadpool. Didukung oleh Asher Angel juga melakukan pekerjaan yang baik sebagai Billy Batson. Dia membumikan kisah dengan beban emosional, sedangkan Levi mengangkatnya dengan komedi.

Mark Strong sebagai Dr. Sivana, jadi supervillain DC yang tampil menarik daripada kebanyakan penjahat sekali pakai film superhero lain. Cooper Andrews dan Marta Milans sangat menyenangkan sebagai orang tua asuh Batson, sementara Djimon Hounsou sebagai Wizard Shazam tampil agak kaku.

Namun, senjata rahasia sebenarnya dari film ini adalah saudara dan saudari asuh Batson, termasuk Freddy oleh Jack Dylan Grazer yang dengan mudah tampil sebagai MVP. Terlebih kepekaan komedi dan chemistry-nya dengan Levi adalah jantung yang sebenarnya dari film ini.

 

Visual Kurang Memanjakan, tapi Bisa Bikin Tepuk Tangan

Film Shazam! sebenarnya enggak menjual visual seperti Wonder Woman dan Aquaman. Ya, enggak akan bikin kalian terperangah hanya dengan melihat visual yang memanjakan mata.  David F. Sandberg mungkin tampak seperti pilihan aneh bagi Shazam! karena latar belakang di film-film horor. Akan tetapi, dalam eksekusinya dia benar-benar memaku estetika dan getaran yang dibutuhkan pahlawan ini. Sepotong sinema yang terinspirasi dari buku yang cerah, penuh warna, dan kisah keluarga yang kental.

Scoring oleh Benjamin Wallfisch juga mendukung cerita dengan lagu-lagu klasik heroik yang sama-sama digunakan untuk efek dramatis dan komedi. Efek CGI yang kurang memorable tersebut ditutupi oleh scoring dan kejutan plot, hingga bikin tepuk tangan.

Film DC yang Menyentuh Hati dan Anti-mainstream

Memang, kebanyakan film superhero pasti memasukkan unsur keluarga. Tinggal dilihat, apakah unsur tersebut punya porsi yang bikin penonton terharu atau enggak. Sedangkan film Shazam!, unsur keluarganya lebih kental dari film DC lainnya, bahkan hampir mendekati unsur keluarga di film-film Disney.

Lewat karakternya, Shazam tampil sebagai salah satu superhero anti-mainstream. Dia nunjukkin bahwa menjadi pahlawan enggak perlu ngumpet, meski Billy berlindung di balik jubah Shazam. Bahkan, jiwa anak-anaknya menuntut dirinya untuk eksis di mana pun, termasuk media sosial.

Bukan bermaksud untuk melebihkan, film Shazam! tampil sebagai film superhero keluarga cerah dan penuh warna, baik secara visual maupun emosional. Banyak adegan-adegan yang bikin mata membelalak karena aksi maupun kejutan hingga akhir film.

***

Kalian bisa nonton film Shazam! mulai 2 April 2019 di bioskop. Jangan buru-buru keluar studio, ya, karena ada adegan post-credit. Sambil nungguin adegan post-credit, jangan lupa kumpulin sampah yang kalian hasilkan dan dilarang merekam, ya, karena itu termasuk tindakan yang bisa dipidanakan.

Kalau udah nonton, kasih ulasan kalian di kolom review yang ada di atas artikel ini, ya. Tungguin ulasan dan informasi tentang film dan game hanya di KINCIR.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.