(REVIEW) The Perfect Husband: Romansa Edukasi Keluarga

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.

Cerita: 7 | Penokohan: 7 | Efek Suara/Scoring: 6 | Visual: 6 | Penyutradaraan: 7 | Nilai Akhir: 6,6/10

Screenplay kembali menyapa penikmat film Indonesia dengan merilis film The Perfect Husband. Film yang diadaptasi dari novel karya Indah Riyana tersebut menampilkan cerita segar dibanding film-film produksi Screenplay sebelumnya.

Sinopsis: Ayla, gadis cantik kelas 3 SMA, sedang menikmati masa remaja dan kisah cintanya dengan Ando, seorang vokalis band rock. Ayla sangat terkejut ketika muncul seorang pilot muda bernama Arsen yang mengaku sebagai calon suaminya. Ayla jelas murka karena baginya alasan sang bokap menjodohkannya dengan Arsen enggak masuk akal. Di luar dugaan Ayla, Arsen ternyata enggak gampang digoyahkan. Arsen tetap sabar menghadapinya, bahkan mulai punya nilai plus di mata Ayla.

Menampilkan cerita yang segar, film drama komedi ini menawarkan cerita zaman kekinian dengan unsur jadul. Meski cerita yang dihadirkan seputar romansa remaja dan segala dinamikanya, The Perfect Husband memiliki premis bertema perjodohan. Yap, zaman sekarang seakan perjodohan dianggap bahasan yang jadul.

Berbeda dengan film produksi Screenplay sebelumnya yang menampilkan kisah layaknya FTV, film ini justru lebih banyak nilai edukasi. Film ini juga punya premis cerita yang segar, sayangnya seakan enggak sesuai dengan judulnya. Kalau ngelihat cuplikannya, lo bakal mikir bahwa film ini seputar romansa Ayla dan Arsen.

Memang, kisah Ayla dan Arsen memiliki porsi yang cukup banyak. Namun, sorotan yang lebih ngena justru kisah keluarga Ayla dan segala perjodohannya. Konflik keluarga antara ayah dan anak ceweknya punya plot yang lebih padat dan pas.

Malah, tampaknya judul film ini lebih cocok jadi The Perfect Father. Soalnya, jalan cerita soal suami sempurna layaknya judul The Perfect Husband hanya tersirat di akhir cerita. Bisa dibilang, topik ini jadi konklusi posisi pemeran utama. Klimaks film ini justru pada hubungan Ayla dan bokapnya.

Dengan twist plot yang bikin lo mesti susah payah nahan air mata, film ini makin terbukti enggak sesuai dengan judulnya. Soalnya, film ini lebih mengisahkan kecintaan sang bokap pada anaknya. Makna yang tersirat dalam film ini juga tentang edukasi remaja dalam keluarga alias unsur parenting.

Lo bisa lihat sang sutradara, Rudy Aryanto, menggarap dengan hati-hati. Seakan, dia enggak mau kehilangan unsur keluarga beserta nilai-nilai kesopanannya. Digarap cukup baik, film ini seakan pengen ngasih value yang positif dibanding bikin penonton baper soal romansa remajanya.

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh RUDI ARYANTO (@rudiaryanto79) pada

Simak juga tanggapan sang Sutradara The Perfect Husband Bicara soal Perfilman Indonesia.

Secara visual, film ini enggak terlalu istimewa. Masih dengan khas Screenplay, bedanya lebih menekankan pada ekspresi para pemeran. Soalnya, film-film sebelumnya, Screenplay lebih menekankan pada latar yang memukau.

Begitu pun dengan efek suara dalam The Perfect Husband yang kerap ngasih musik-musik pendukung adegan. Lagu tema alias soundtrack-nya hampir bikin terngiang-ngiang. Kalau pas adegan sedih, lo bakal langsung ngerespons, “Yah, kasihan,” saking tragisnya.

Kocaknya, ada hal yang pasti bikin lo ketawa agak ngenyek. Di akhir film, ada efek CGI yang masih kasar. Ditambah, ada adegan yang enggak mungkin dilakukan orang biasa alias harus dilakukan seorang profesional. Namun, hal itu jadi plus-minus film garapan Screenplay ini.

Akting dari para pemain juga makin menunjukkan kualitasnya. Belum bisa dibilang mencapai totalitas, tapi akting mereka enggak buruk, kok. Pertama, Amanda Rawles yang berperan sebagai Ayla bisa menjadi karakter yang urakan namun tetap hormat kepada orangtua.

Via Instagram

Kedua, ada Dimas Anggara sebagai Arsen yang bisa memerankan sosok cowok dewasa. Aktingnya lebih bagus dibanding film sebelumnya. Meskipun enggak sedikit yang bosen lihat Dimas di layar lebar buatan Screenplay, penggemarnya malah makin banyak. Bisa dibilang, sosok Dimas dalam film ini seakan mendekati sosok Fahri dalam Ayat-Ayat Cinta: ganteng, kaya raya, sabar.

Baca juga 7 Cara Jadi Cowok Idaman ala Fahri.

Ketiga, sosok ayah yang diperankan oleh Slamet Rahardjo yang seperti biasa keren. Bener-bener bikin lo ngerasain kasih sayang sang ayah dengan segala konflik batin yang disimpannya. Tampaknya, makin jarang pemain film yang bisa mengungkapkan segala dinamika batinnya lewat ekspresi wajah.

Kepoin juga, Bikin Seru Momen Santai Keluarga dengan 5 Serial TV Ini.

Lalu, ada Maya Wulan yang masih dengan karakter antagonisnya. Aktingnya bisa bikin lo sebel sekaligus ngakak. Masih dengan karakter yang dimilikinya dalam beberapa tayangan di TV. Apalagi, dia dipasangkan dengan aktor legendaris, Dolly Martin. Keduanya kerap mengundang tawa karena karakter yang bertolak belakang.

Sementara itu, pemeran pendukung seperti Maxime Bouttier masih seperti biasanya. Cocok jadi cowok bandel dengan segala kegantengan dan kekayaan yang dimilikinya. Selain itu, film ini juga menampilkan comeback-nya Bunga Zainal yang udah lama vakum dari industri film Indonesia.

Secara keseluruhan, filim ini penuh unsur parenting yang cocok ditonton remaja Indonesia. Boleh bandel, tapi harus sopan dengan orangtua. Hal tersebut tepat diangkat jadi salah satu unsur The Perfect Husband. Soalnya, nilai kesopanan tersebut udah berguguran dalam potret remaja masa kini.

Lo bisa ajak film ini bareng keluarga lo. Namun, ingat. Lo enggak boleh ngajak adik lo yang berusia di bawah 13 tahun. Film ini udah tayang di bioskop Indonesia sejak 12 April 2018.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.