The Science of Fictions Ambil Bagian di Festival Film Tokyo 2019

Indonesia harus berbangga karena semakin banyak karya sineas dalam negeri yang mendapat apresiasi positif dari dunia internasional. Kali ini giliran film drama karya Yosep Anggi Noen yang berjudul The Science of Fictions (Hiruk-Pikuk si Al-Kisah) tayang di Tokyo International Film Festival (TIFF) 2019.

Dalam gelaran tersebut, Anggi Noen berbagi pengalaman mengenai latar belakang dan ketertarikannya menggarap film tersebut. Seperti latar Kota Yogyakarta yang dipilih sebagai tempat pengambilan gambar film ini.

Anggi Noen memilih kota kelahirannya tersebut karena penuh dengan kompleksitas dan bisa dinikmati dari berbagai sudut kota. Hal tersebut juga menjadi salah satu inspirasi untuk membentuk karakter Siman, pemeran utama di film ini.

“Saya rasa Yogyakarta cocok untuk menjadi latar film. Banyak kompleksitas di daerah ini. Di satu sisi, bisa melihat budaya yang menarik, seperti mitos tentang Ratu Pantai Selatan hingga pemandangan alam yang indah. Namun, di sisi lain juga bisa melihat kehidupan masyarakat yang memiliki ekonomi rendah, sehingga muncul tempat prostitusi di beberapa tempat,” ungkap Anggi di TIFF 2019 (1/11).

Membuat film dengan tema unik juga memiliki kendala yang bahkan lebih besar. Faktanya, produksi film The Science of Fictions (Hiruk Pikuk si Al-kisah) ini membutuhkan waktu sekitar tujuh tahun.

Via Dok. KINCIR

“Kesulitannya adalah lamanya penulisan naskah untuk film ini. Saya dan Anggi sampai sempat menghasilkan film lain sambil mencari ide untuk mengembangkan cerita The Science of Fictions. Sulitnya mendapatkan pendanaan juga menjadi salah satu kendala untuk menyelesaikan proyek ini,” ucap Yulia Evina, produser.

Film The Science of Fictions ini bercerita tentang Siman, seorang petani yang dipotong lidahnya karena menyaksikan proses syuting pendaratan di Bulan yang dibuat oleh kru asing. Memiliki dua periode waktu dalam satu film, yaitu periode 60-an yang ditandai saat warna film menjadi hitam-putih dan periode masa kini saat warna film kembali normal.

Via Dok. KINCIR

Dari The Science of Fictions, para generasi muda bisa belajar untuk enggak mudah menyerah dalam menggapai apa yang kalian inginkan. Meskipun memakan waktu yang enggak singkat dan sempat kekurangan dana, film ini akhirnya mampu mencapai festival film tingkat internasional.

Kalian tertarik enggak buat nonton film ini? Yuk, kasih pendapat kalian di kolom komentar. Buat yang masih ingin tahu berita terbaru seputar film jangan lupa untuk pantengin terus KINCIR.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.