5 Episode Black Mirror yang Teknologi di Dalamnya Mendekati Kenyataan

Kalau lo langganan Netflix, mungkin lo udah enggak asing lagi sama serial Black Mirror. Pertama kali dirilis pada 2011, serial ini jadi fenomenal dan berhasil mendulang perhatian masyarakat serta kritikus karena ide yang unik dan penuh satire. Terinspirasi dari layar kaca pada ponsel yang berwarna hitam, setiap episode Black Mirror mengusung tema teknologi terbarukan yang kebanyakan membawa pengaruh negatif dan menghilangkan sisi kemanusiaan kita.

Yap, serial bertema teknologi ternyata enggak melulu identik dengan kesan futuristis bernuansa cerah. Saat ngelihat Black Mirror, lo akan nemuin sisi gelap teknologi modern pada kehidupan manusia. Apalagi, tema-tema dari setiap episode seolah menyindir fenomena yang memang hadir di tengah masyarakat kita.

Apakah lo tahu bahwa beberapa episode di kehidupan distopia Black Mirror benar-benar udah atau akan terjadi di kehidupan kita? Fakta ini memang bikin kita bergidik ngeri. Namun, harus diakui bahwa  manusia enggak akan pernah puas dalam memperbarui teknologi. Nah, episode mana ajakah dalam Black Mirror yang agaknya bakal jadi nyata? Siap-siap jadi paranoid terhadap teknologi di sekitar kita!

 

1. “White Bear” (Season 2, 2013)

Via Istimewa

Nasib tokoh Victoria Skillane betul-betul menyedihkan. Dia terbangun dalam kondisi kebingungan, enggak tahu siapa dirinya. Orang-orang yang dia temui di sepanjang jalan, alih-alih ngebantuin, justru ngelihat dia dengan pandangan menghakimi. Penderitaan itu masih ditambah lagi dengan beberapa orang bersenjata yang ngejar-ngejar dia.

Kalau lo jadi tokoh yang ketemu sama Victoria dalam cerita tersebut, pastinya lo akan membantu dia dan enggak ngebiarin dia tersesat sendirian. Namun, mungkin lo jadi ngurungin niat setelah tahu bahwa Victoria sesungguhnya adalah orang yang membantu pacarnya melakukan penculikan, perekaman, dan pembunuhan anak kecil. Ingatannya dihilangkan agar dia menjalani simulasi semacam itu, setiap hari, sampai masa hukumannya habis. Usai menjalani hukumannya, dia dimasukkan ke sebuah kapsul dan dipertontonkan kepada masyarakat yang marah di White Bear Justice Park.

Kalau kita ngelihat kondisi masyarakat saat ini, enggak sedikit orang yang memilih main hakim sendiri. Alih-alih ngerasa iba dan mikirin latar belakang si pelaku, banyak orang malah berlomba-lomba menghujat. Bahkan, meski si pelaku udah bertobat, kesalahannya bakal dikenang sepanjang masa. Persis kayak Victoria yang tetep dihakimi meski udah hilang ingatan. Makanya, enggak berlebihan kalau White Bear Justice Park bakalan jadi kenyataan. Toh, masyarakat kita udah punya “modal” buat itu: menghakimi tanpa ngasih kesempatan untuk berubah.

Sementara itu, dari kacamata teknologi, bukan enggak mungkin ingatan seseorang dihapus dengan sengaja. Dilansir Vice, seorang ilmuwan syaraf dari Harvard bernama Steve Ramirez mengklaim bahwa dirinya bersama tim udah berhasil menghilangkan serta memanipulasi ingatan dari tikus. Memang, sih, percobaan ini belum bisa dilakuin ke manusia karena masalah etika. Namun, siapa tahu beberapa tahun ke depan hal ini dianggap wajar?

 

2. “Nosedive” (Season 3, 2016)

Via Istimewa

Episode ini menceritakan keadaan saat manusia dinilai menggunakan sistem rating. Yap, layaknya aplikasi di AppStore atau PlayStore. Pertimbangan orang-orang saat memasang sebuah aplikasi adalah rating aplikasi tersebut. Nah, apa jadinya kalau hal yang sama berlaku buat manusia? Lo bisa lihat jawabannya di episode ini.

Lacey, seorang cewek dengan rating 4,3, mau naikin rating-nya jadi 4,5. Semakin tinggi rating seseorang, semakin banyak kemudahan hidup yang dia dapat. Sayangnya, hal ini bikin Lacey jadi orang yang enggak tulus dan nemuin kenyataan bahwa orang lain pun enggak tulus ke dia, termasuk temannya sendiri. Yap, manusia berbuat baik cuma supaya rating-nya tinggi. Mereka hanya mau bergaul sama orang-orang dengan rating setara agar rating mereka makin tinggi. Kelas sosial semakin jelas sekatnya dengan peraturan ini.

Seburuk apa pun dampak yang mau disampaikan oleh Black Mirror, nyatanya udah ada niatan sebuah negara buat mengaplikasikan hal ini. Yap, dilansir Wired, Tiongkok akan memberlakukan sistem rating bernama Social Credit pada 2020. Lewat sistem ini, pemerintah akan mendata segala aktivitas dan pertemanan dalam hidup warganya kemudian mengelompokkannya ke penilaian negatif-positif.

Lewat sistem ini, enggak cuma privasi kita yang “terjarah”. Hal tersebut juga bisa jadi penilaian bagi lo saat akan melamar kerja, masuk sekolah, bahkan menyewa rumah. Orang lain pun bisa ngelihat “nilai” lo. Menurut pemerintah Tiongkok, hal ini bertujuan agar masyarakat tahu apakah seseorang bisa dipercaya atau enggak. Relakah kalau hidup lo dinilai oleh orang banyak, apalagi dengan standar yang ditentuin pemerintah?

 

3. “Arkangel” (Season 4, 2017)

Via Istimewa

Jadi orangtua memang enggak gampang. Salah-salah, rasa sayang lo ke anak justru bisa membunuh kebebasannya. Seperti itulah yang terjadi pada Marie dan Sara di episode “Arkangel”.

Marie mengalami trauma karena sempat kehilangan anak. Selama beberapa saat ketika Sara, sang anak, masih kecil, Marie memasang teknologi chip di dalam tubuh anaknya. Hal ini justru membuat Sara merasa dikekang dan Marie jadi semakin gila kendali.

Dilihat dari konsep cerita, “Arkangel” memang udah bukan barang baru. Ada puluhan juta orangtua di dunia ini yang terlalu mengekang anak-anak mereka alias over-protective. Namun, kalau dilihat dari sisi teknologi, chip yang ditanamkan dalam tubuh manusia memang belum pernah diterapkan secara luas.

Pada 2016 lalu, dilansir Liputan6.com, seorang pengunjung pameran teknologi Internationale Funkausstellung Berlin (IFA) di Jerman menjadi relawan penanaman microchip. Disisipkan di antara jempol dan telunjuknya, chip supermungil itu berfungsi sebatas untuk membuka kunci ponsel atau pintu dari jarak jauh. Memang, sih, beda banget sama microchip di “Arkangel”. Namun, bukan enggak mungkin nantinya teknologi ini berkembang buat mendeteksi aktivitas manusia.

 

4. “The Waldo Moment” (Season 2, 2013)

Via Istimewa

Apa pendapat lo tentang karakter kartun di atas? Mungkin lo bakal nganggap bahwa tokoh ini punya mata yang usil sekaligus lucu. Apalagi, badannya yang berwarna warna biru mengingatkan kita pada anjing Blue dalam Blue's Clues. Namun, setelah lo nonton cerita tentang dia dalam Black Mirror, niscaya bayang-bayang itu bakalan hilang.

Nah, kenalin. Karakter ini bernama Waldo. Dia menjadi ikon paling penting dalam episode “The Waldo Moment”. Sesungguhnya, Waldo hanyalah tokoh buatan. Namun, konsep di balik Waldo inilah yang menarik sekaligus bikin geger.

Bukan sembarang karakter animasi, Waldo dibuat sebagai tokoh kartun yang hobinya mengkritik para politisi secara pedas. Lebih ekstrem lagi, produser di balik Waldo memaksa pengisi suara Waldo agar Waldo bisa maju jadi calon anggota parlemen dan melakukan semacam kampanye hitam ke politisi-politisi lainnya. Keadaan pun jadi kacau. Masyarakat bertubi-tubi menyerang politisi lain karena ikut-ikutan Waldo.

Di kehidupan nyata, baik dilihat dari sisi teknologi maupun secara maknawi, “The Waldo Moment” udah ada dan bakalan ada. Secara maknawi, Waldo merepresentasikan kondisi masyarakat yang doyan ikut-ikutan tukang kompor. Misalnya aja akun Instagram anonim. Enggak sedikit orang yang suka banget ngikutin pendapat mereka tentang orang lain, salah atau pun benar.

Dalam bidang teknologi, Apple pernah menyediakan fitur Animojis di iPhone X. Konsepnya mirip sama Waldo. Animojis mengubah raut dan gerak bibir pengguna iPhone X menjadi avatar yang bisa beranimasi layaknya Waldo. Lo bisa lihat beritanya di sini.

$1000 Black Mirror pic.twitter.com/7MH8XXDWUL

— SwiftOnSecurity (@SwiftOnSecurity) September 12, 2017

Hmm, 10 tahun ke depan, bakalan ada momentum Waldo kayak di Black Mirror, enggak, ya? Semoga aja enggak ada, deh! Abis, tanpa Waldo aja, kita udah sering menerima kampanye hitam waktu pemilu.

 

5. “Fifteen Millions Merits” (Season 1, 2011)

Via Istimewa

Dibandingkan episode-episode yang udah dibahas di atas, episode ini nyajiin semesta distopia yang terlihat futuristis dengan latar tempat yang dipenuhi kotak-kotak elektronik bak videotron di jalanan. Yap, “Fifteen Millions Merits” sendiri berkisah tentang dunia yang penuh dengan kotak-kotak berdinding layar tersebut. Mungkin lo bakal mengira ruang yang dipakai dalam episode ini sebagai ruang yang canggih dan kekinian. Nyatanya, dinding layar merupakan hal yang sangat memuakkan mengingat manusia harus beraktivitas di sana setiap waktu.

Setiap orang memiliki ruangan masing-masing. Orang menengah ke bawah hidup dalam ruangan  berdinding layar yang sempit. Sedangkan, orang yang lebih kaya bisa membeli ruangan yang lebih luas dengan pemandangan dalam layar yang lebih natural. Setiap hari, orang-orang harus bersepeda untuk menghasilkan energi yang nantinya akan ditukar dengan Merits, mata uang yang digunakan untuk membeli segala keperluan dan hiburan.

Layaknya para penduduk di ruang utopis tersebut, kita harus bekerja keras setiap hari untuk mendapatkan penghasilan. Lalu, penghasilan kita dihabiskan buat berbagai kebutuhan dan hiburan. Kemudian, kita kerja keras lagi, mengulang siklus yang ada.

Dari sisi teknologi, tenaga manusia udah bisa dikonversi jadi energi untuk mengisi ulang daya baterai. Dilansir Oddity Central, perusahaan teknologi Eropa bernama Digital Trends mengeluarkan power bank dayanya yang berasal dari energi manusia. Untuk mengisi ulang daya, lo tinggal mengenakan kabelnya di pergelangan tangan lo dan terisilah power bank tersebut.

***

Black Mirror merupakan serial berisi distopia-distopia yang penuh hiperbola dengan tujuan menyindir kebergantungan manusia pada teknologi. Lo bisa lihat sendiri bahwa dalam keseharian, masyarakat semakin menuhankan teknologi tanpa menyeimbangkannya dengan kehidupan sosial. Makanya, bukan enggak mungkin segala hal yang terjadi dalam Black Mirror bisa jadi kenyataan, entah dalam waktu dekat atau beberapa puluh tahun lagi. Ngeri, ya?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.