5 Pola Klise dalam Serial TV Kriminal

Suka nonton serial kriminal atau serial pembunuhan? Kayak CSI, Bones, Castle, atau yang paling hit, Sherlock. Serial-serial ini memang seru banget. Selain enggak ada ruang buat menye-menye, kita jadi penasaran sekaligus nambah pengetahuan, enggak cuma terkait ilmu forensik tapi juga psikologi dan masalah sosial.

Meski begitu, enggak bisa dimungkiri kalau hampir semua serial pembunuhan punya hal-hal yang sama dalam plot mereka. Pola-pola ini justru bikin beberapa episode jadi terlihat klise. Nah, buat lo yang merupakan crime-geek, lo pasti udah pernah nemuin hal-hal ini saat nonton serial TV bertema kriminal.

 

1. Tokoh Utama Selalu Selamat

Via Istimewa

Lo takut, enggak, sama bom, senapan, atau granat? Manusia biasa kayak kita yang belum mau mati pastilah takut. Namun, hal-hal semacam itu enggak bikin tokoh utama serial pembunuhan gentar. Soalnya, tiap hari mereka berurusan sama penjahat keji yang bermodalkan semua peranti itu.

Enggak cuma keberanian luar biasa yang dianugerahin Tuhan buat mereka, tapi juga umur yang panjang. Mau kena peluru penembak jitu atau ledakan granat, paling-paling, mereka cuma koma atau hilang ingatan. Kayak yang terjadi sama tokoh Mac Taylor di CSI New York. Orang lain, sih, kemungkinan besar, 98,6 % mati kalau ditembak sama musuh sampai kayak gini. Namun, karena Mac Taylor adalah tokoh utama, kemungkinan 1,4% itu jadi nyata bagi dia.

Via Istimewa

Sayangnya, hal yang sama enggak terjadi pada Mary Watson di serial Sherlock. Ya, Viki kira dia bakal bisa selamat setelah ditembak di akuarium. Nyatanya, di episode-episode selanjutnya, Mary cuma hidup dalam ingatan John Watson aja.

Via Istimewa

 

2. Psikopat Susah Ditangkap

Via Istimewa

Saking hebatnya tokoh utama (biasanya polisi/detektif) dalam serial kriminal, mereka bisa dengan mudahnya nemuin bukti yang menghubungkan pelaku dengan kejahatan yang diperbuat. Sepandai-pandainya penjahat menghapus jejak, tetap aja ketahuan. Akhirnya, mereka enggak bisa ngelak dari dakwaan di persidangan.

Hal ini enggak berlaku bagi psikopat. Psikopat dalam serial pembunuhan biasanya susah banget buat ditangkap. Mereka ngelakuin kejahatan dengan rapi dan bahkan bisa memanipulasi barang bukti. Misalnya aja Jerry Tyson alias Triple Killer di serial Castle. Serial ini bercerita tentang seorang polisi bernama Kate Beckett dan suaminya, Richard Castle, seorang penulis kisah misteri yang selalu memecahkan kasus pembunuhan.

Via Istimewa

Jerry Tyson bisa dengan mudahnya mencuri DNA dia di loker barang bukti dan bikin dia susah buat ditangkap. Bayangin aja. Butuh dua season cuma buat nangkap dia!

Ada pula Sqweegel, pembunuh dalam serial CSI. Sebagai psikopat, dia selalu beraksi dengan baju lateks. Korbannya adalah orang-orang besar nan munafik. Dia susah banget ditangkap, loh. Meskipun udah terkena tembakan, Sqweegel selalu bisa ngambil langkah seribu.

Via Istimewa

Dengan kehadiran para psikopat, serial-serial tersebut jadi lebih seru, sih. Kita pun jadi penasaran. Namun, kalau kecerdasan para psikopat ini udah di luar akal sehat, penonton malah bisa jadi capek, ‘kan?

 

3. Pelakunya Adalah Orang yang Terlihat Baik

Via Istimewa

Kalau di dunia nyata, penjahat bisa jadi apa aja dan siapa aja: bisa aja geng motor depan kompleks, tetangga sebelah yang misterius, bahkan aparat penegak hukum yang nakal. Namun, sering kali, tersangka utama dalam serial kriminal adalah mereka yang awalnya terlihat lemah dan tulus. Orang yang kelihatannya kasar dan pemberontak biasanya justru orang yang enggak bersalah dan dijebak doang.

Christopher Pelant misalnya. Tokoh dalam serial Bones ini udah enggak pantas disebut sebagai makhluk hidup lagi. Usai membunuh, dia akan memutilasi tubuh korban-korbannya dan meletakkan virus di tubuh mereka. Jadi, saat jenazah dipindai, virus tersebut masuk ke komputer forensik dan ngerusak segala data di sana. Awalnya, sih, enggak ada yang nyangka kalau dia jahat. Soalnya, siapa yang bisa kira wajah polos dan lugu ini ternyata brutal?

Via Istimewa

Hal semacam ini fungsinya, sih, jadi plot twist supaya cerita jadi lebih seru dan enggak gampang ketebak. Cuma, karena keseringan terjadi, lama-lama malah bikin kita sering curiga sama orang-orang baik.

 

4. Mobil SUV Hitam = Mobil Penculik

Via Istimewa

Kalau lo demen nonton serial pembunuhan, mulai dari yang dasar kayak Law and Order sampai yang campuran komedi romantis kayak The Mentalist, niscaya ada satu mobil yang pasti ada dalam salah satu episode: SUV hitam. Bukan karena lega dan enak buat mudik, tapi karena mobil ini selalu dipakai buat menculik orang!

Kenapa, ya, citra mobil ini jadi buruk di serial pembunuhan? Soalnya, mobil ini, selain warnanya enggak mencolok, ukurannya besar dan kacanya gelap. Enak buat nyelundupin orang dan dinaikin lebih dari empat penjahat. Mobil ini juga jadi pilihan buat melakukan transaksi rahasia. Namun, kalau di dunia nyata lo nemuin taksi daring dengan SUV hitam, jangan nuduh-nuduh kalau di dalamnya ada orang disekap, ya.

 

5. Momen Menyelamatkan Diri yang Genting

Via Istimewa

Kalau tokoh utama yang baik hati dan kuat disakitin penjahat, kita pasti panik juga. Kita takut dia cacat bahkan mati. Soalnya, selain keberadaan sang tokoh yang udah lekat di hati, serial ini jadi enggak seru lagi. Kejahatan pun jadi pihak yang menang. Jadi, bagaimanapun juga, tokoh utama mesti selamat!

Untungnya, jagoan kita selalu cekatan. Kalau enggak, ya, mungkin dia cuma jadi figuran aja. Namun, karena waktu semakin sempit, kayaknya, enggak mungkin lagi buat dia menyelamatkan diri. Ini pun bikin kita deg-degan.

Via Istimewa

Yah, tenang aja. Kayak yang udah disebut di poin nomor satu, Tuhan ngasih umur panjang buat tokoh utama serial kriminal. Saat penjahat siap narik pelatuk pistol yang ditodongin ke kepala atau nikam leher dengan pisau, polisi atau rekannya si protagonis ini datang. Ketegangan pun berubah jadi kelegaan. Pola kayak begini bisa lo lihat di banyak serial kriminal, mulai dari Castle sampai Sherlock.

Hal kayak gini dilakuin supaya penonton tetap ngerasain ketegangan. Kira-kira kayak apa, ya, kalau diibaratin? Kayak habis sidang skripsi kali, ya. Awalnya, kita ngerasa syok “dibantai” habis-habisan. Namun, pas kita dinyatain lulus, hati langsung plong. Bedanya, ketegangan nonton jagoan terancam itu bisa aja bikin nagih. Beda hal sama skripsian. Memangnya, ada yang mau ngulang?

***

Elemen-elemen di atas cenderung ada di setiap serial kriminal, apa pun jalan ceritanya. Namun, justru semua ini jadi bagian cerita yang dicari-cari sama penggemar. Yap, meski nawarin sesuatu yang unik dan berbeda, serial TV apa pun pasti ngikutin selera penonton. Kalau lo, enggak suka atau malah enggak bisa lepas dari hal-hal yang klise dalam sebuah serial TV?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.