6 Alasan Kenapa Sinetron Jadul Perlu Diulang Lagi

Kalo dulu sinetron Indonesia bersaing sama telenovela, saat ini sinetron Indonesia mungkin lagi dalam masa bersaing sama sinetron India, Turki, dan Korea. Kalo sama sinetron India, Viki rasa sebetulnya dramanya 11-12. Tapi, kalo sama sinetron Turki, dari segi pemainnya yang emang pada dasarnya canti-kcantik dan ganteng-ganteng plus ceritanya yang cukup kompleks, sinetron Indonesia sebetulnya bisa jadi kalah saing. Apalagi kalo disejajarkan dengan drama Korea. Akan tetapi, bukan berarti sepi peminat. Saat ini, sinetron Indonesia yang didominasi pemain-pemain ABG berparas rupawan tetap jadi favorit beberapa kalangan, khususnya anak muda.

Enggak percaya? Ya lo lihat aja stasiun televisi sekarang yang sinetronnya isinya remaja-remaja yang cepet gede yang mukanya blasteran ini dan itu. Yah, maklumlah. Zaman sekarang kalo mukanya enggak blasteran, minimal orientallah, bakalan susah terkenalnya. Makanya Bagus, sih, lo jadi bisa cuci mata ngelihat para pemain yang masih muda dan ngegemesin.

Melihat popularitas sinetron Indonesia di kalangan anak muda, apakah hal tersebut bisa dikatakan sebagai kesuksesan? Lalu, kenapa banyak stasiun TV yang menayangkan ulang sinetron-sinetron jadulnya? Salah satu alasannya mungkin untuk memanfaatkan akses yang ada. Akan tetapi, masih kurang rasanya kalo alasannya hanya sebatas itu. Menurut pengamatan Viki, alasan lain yang mendasari penayangan ulang sinetron-sinetron jadul ini karena rasa kangen yang enggak tertolong dari para pemirsa TV. Nah, berikut adalah analisis singkat kenapa film jadul ditayangkan ulang dan tetap terlihat menarik di 2016.

 

 

 

1. Beragamnya cerita yang ditawarkan.

Via Istimewa

 

Kalo sekarang lo lihat di TV, yang lo temuin pasti sinetron yang ceritanya seragam. Misalnya aja, giliran GGS (Ganteng-ganteng Serigala) lagi booming, saluran televisi lain bikin sinetron tandingan, kayak 7 Manusia Harimau. Hasilnya, lo dipaksa untuk nonton sinetron yang itu-itu aja modelnya. Enggak kayak dulu. Tiap-tiap stasiun TV ini punya sinetron dengan gaya yang berbeda. Hal itu membuat para penonton punya beragam pilihan. Misalnya, kalo lagi mau nangis, bisalah nonton Tersanjung. Kalo mau yang lucu-lucu, bisa lihat penampilan Syahrul Gunawan di Jin dan Jun. Pokoknya banyaklah pilihan ceritanya. Makanya, biarpun dulu stasiun TV masih sedikit, lo enggak pernah kehabisan acara, ‘kan?

 

2. Kemampuan akting dari para pemain berkualitas.

Via Istimewa

 

Ini penting banget. Lo pasti enggak mau, dong, lihat tayangan TV yang isinya cuma orang-orang cakep yang aktingnya datar. Mau marah, kek, nangis, kek, ya datar aja. Viki sih KZL banget kalo lagi mau cari acara bagus, eh malah ketemu sinetron yang pemeran utamanya bahkan enggak tau bedanya nangis sama meringis.

Kalo kita flashback ke ‘90-an, hampir semua yang main sinetron adalah jajaran aktor dan aktris profesional. Mereka bukan wajah-wajah baru yang aji mumpung. Paling enggak, sebelumnya mereka adalah mantan gadis sampul atau jebolan ajang kecantikan dan pencarian bakat lainnya. Jadi, kualitas aktingnya juga enggak bisa dipandang sebelah mata, guys. Makanya lo dulu pasti bisa kesel setengah mati lihat Leily Sagita yang jahatnya enggak ketulungan. Berkat dia, sekarang tokoh antagonis matanya harus melotot, kalo bisa sampe hampur keluar dari tempatnya.

 

3. Isinya enggak cuma soal cinta-cintaan.

Via Istimewa

 

Berkat para pemain sinetron yang masih ABG gemaz, sinetron sekarang penuh diwarnai dengan kisah percintaan remaja. Duh mak! Enggak ada cerita lain, ya? Sementara itu tahun ‘90-an, biarpun ada tentang percintaannya, sebetulnya yang dangkat adalah drama keluarga atau perjuangan tokoh utamanya dalam menjalani hidup yang pelik dengan sabar. Misalnya aja Janjiku, Tersanjung, dan Si Doel Anak Sekolahan. Ada yang benar-benar mengisahkan kehidupan keluarga yang harmonis meski tak memiliki banyak harta kayak Keluarga Cemara. Ada lagi yang populer saat itu adalah tentang pahlawan alias superhero, kayak Panji Manusia Milenium, Saras 008, atau Gerhana yang tayangnya menjelang akhir ‘90-an. Ada juga Jin dan Jun, Jinny oh Jinny, dan Tuyul dan Mbak Yul yang kisahnya tentang seorang manusia yang berteman dengan jin atau tuyul yang baik dan sering dibantu mengatasi semua masalah. Banyak banget kisah yang diangkat dalam sinetron tahun ‘90-an karena di dunia ini isinya memang enggak cuma cinta.

 

4. Yang main enggak harus cakep dan muda.

Via Istimewa

 

Kalo ini, sih, enggak perlu dipertanyakan lagi. Berapa banyak artis remaja yang main sinetron tahun ‘90-an sebagai pemeran utama? Rata-rata para pemeran utama di sinetron tahun ‘90-an usianya sudah lebih dari 20 tahun. Sinetronnya pun memang enggak mengisahkan tentang kehidupan remaja karena jelas pada saat itu sinetron adalah lahannya para penonton dewasa. Kalo ada sinetron yang tokohnya remaja kayak Jin dan Jun, itu pun sinetronnya ditujukan untuk anak-anak. Jadi, jangan heran kalo zaman dulu para pemeran utama di sinetron adalah aktor atau aktris yang usianya sudah lebih dari 25 tahun sampai 30 tahun. Tapi, enggak ada yang menganggap mereka tua saat itu. Malah, mereka dalam usia normal untuk sinetron tentang percintaan orang dewasa yang sewajarnya dan kehidupan keluarga pada umumnya. Tahun ‘90-an, yang penting aktingnya, bukan usia.

 

5. Melegenda.

Via Istimewa

 

Lo inget enggak, sih, judul-judul ini: Keluarga Cemara, Misteri Gunung Merapi, atau Si Manis Jembatan Ancol? Yap, itu baru segelintir sinetron jadul yang pasti masih lo inget sampai sekarang. Sinetron-sinetron tahun ‘90-an yang laris banget bisa jadi legenda. Maksud Viki, dikenang sampai sekarang. Yang laris banget pun bukan berarti harus berisi cinta-cintaan atau yang main muda-muda dan cakep. Lihat aja Keluarga Cemara yang merupakan kisah tentang kehidupan keluarga yang sederhana. Atau Misteri Gunung Merapi yang merupakan kisah fiktif tentang Mak Lampir yang fenomenal yang bahkan suaranya bisa lo temukan di aplikasi Dubsmash! Karena kisahnya yang enggak biasa aja, makanya sinetron-sinetron tahun ‘90-an masih melegenda sampai sekarang. Kalo diulang lagi pun, Viki rasa jumlah penontonnya enggak bakal kalah sama penonton Anak Jalanan.

 

6. Tayang cukup satu jam.

Via Istimewa

 

Jujur aja, lo males enggak, sih, nonton sinetron maraton sampai 3 jam? Jujur aja Viki males banget. Kayak enggak ada kerjaan lain, kayak stasiun televisi enggak bisa nyediain acara lain aja. Gara-gara sinetron Putri yang Ditukar, sekarang sinetron tayang lebih dari 2 jam udah jadi hal yang lumrah. Bahkan, kayaknya itu jadi nilai plus sekarang; biar puas nontonnya sampe mabok! Padahal, sinetron zaman dulu bisa sukses tanpa harus tayang lebih dari satu jam. Tayang normal aja. Itu pun enggak semua sinetron tayang setiap hari. Tersanjung, misalnya, cuma tayang setiap Jumat. Biarpun tayang setiap Jumat, Tersanjung bisa bertahan sampai season 6 sampai pemeran Indah berganti sebanyak 3 kali. Bisa dibilang ini karena sinetron ‘‘90-an enggak mengejar rating demi iklan. Sinetron dibuat karena memang mau dibuat; keuntungan adalah nomor 2 *saelah.

***

Gimana menurut lo? Sinetron tahun ‘90-an ternyata memang punya lebih banyak keunggulan. Mungkin itulah sebabnya generasa ‘90-an adalah generasi yang bahagia. Kalo sinetron-sinetron tahun ‘90-an ditayangkan ulang, generasi ‘90-an pasti bakal nostalgia.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.