5 Alasan Harus Nonton Black Mirror Season 5

Buat penggemar serial antologi fiksi ilmiah asal Inggris, Black Mirror, 4 Juni 2019 adalah hari yang ditunggu-tunggu karena season 5 akhirnya hadir di Netflix. Musim terbaru Black Mirror ini hadir lebih cepat daripada musim sebelumnya yang biasanya rilis pada akhir tahun. Masih menyajikan gambaran akan dampak teknologi dalam kehidupan, musim ini juga membawa kebaruan dalam serialnya yang biasanya “gelap”.

Buat kalian yang belum sempat mengikuti serial antologi unik ini, belum terlambat kalau mau memulainya. Mulai nonton dari musim kelima ini pun bukan masalah karena ini bukan serial bersambung. Meski begitu, bisa dibilang Black Mirror punya semesta sendiri yang pada musim keempat cukup diungkap dalam “Black Museum” dan dalam filmnya, Bandersnatch (2018), lewat easter egg.

Musim kelima ini tepat banget buat diikuti, baik untuk kalian yang jadi penonton setia maupun yang belum pernah nonton Black Mirror sama sekali. Di bawah ini adalah alasannya!

 

1. Enggak Segelap Biasanya

Via Istimewa

Biasanya, Black Mirror punya akhir yang depresif dan menyisakan perasaan enggak enak. Lain hal dengan musim kelima yang bisa dibilang punya kisah lebih “ringan”. Episode pertamanya,  “Striking Vipers”, mengisahkan dampak teknologi VR dalam game online. Namun, dampaknya enggak semengerikan dalam episode “Black Museum” atau “USS Callister” yang bikin kesadaran digital karakternya terperangkap atau terus hidup meski terpisah dari tubuh mereka.

Episode keduanya, “Smithereens”, bisa dibilang cukup menyindir Facebook. Namun, berbeda sama “Nosedive” yang bikin kalian geleng-geleng karena kehidupan karakternya jadi hancur, episode ini justru bikin kalian bersimpati. Sementara itu, “Rachel, Jack, and Ashley Too” bahkan dirasa bisa ditonton bareng anak usia 13 tahun karena warna ceritanya yang terlalu manis untuk ukuran Black Mirror.

 

2. Konflik Dekat dengan Situasi Masa Kini

Via Istimewa

Musim kelima serial ciptaan Charlie Brooker ini juga enggak segelap musim-musim sebelumnya karena konflik yang disajikan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Yang diangkat adalah drama percintaan (kalau enggak bisa disebut perselingkuhan), rasa bersalah, dan drama remaja.

Teknologi yang digunakan pun enggak terlalu futuristis kayak musim-musim sebelumnya yang bahkan bisa memindahkan jiwa manusia ke dalam kesadaran digital. Di musim ini, teknologi yang sisi distopianya diangkat adalah VR, media sosial semacam Facebook, dan mainan android yang bisa diajak bicara.

3. Lebih Banyak Drama

Via Istimewa

Pada dasarnya, beberapa episode Black Mirror sebetulnya lebih banyak unsur dramanya daripada fiksi ilmiahnya. “The Entire History of You”, “Hang the DJ”, dan “Arkangel” adalah beberapa episode yang lebih menonjolkan unsur drama. Nah, serial antologi fiksi ilmiah ini pun kembali mengusung drama yang lebih kental dalam musim kelimanya.

Kali ini, drama persahabatan, percintaan, penyesalan, pengakuan, dan pengekangan jadi bumbu yang bikin kalian bakal bertahan sampai setiap episodenya selesai. Semua ditampilkan sebagai paradoks yang memberikan warna baru bagi Black Mirror dengan kisah yang lebih positif.

Charlie Brooker di musim kelima ini juga cenderung menyoroti dampak emosional sebuah teknologi terhadap manusia. Sebuah teknologi, sesederhana apa pun itu, tetap bakal berdampak terhadap penggunanya. Dampak emosional itulah yang bakal lebih banyak kalian temukan di musim kelima ini.

 

4. Melibatkan Bintang-bintang Ternama

Via Istimewa

Kalau di “Nosedive” ada Bryce Dallas Howard bermain sebagai Lacie Pound, di musim kelima ini Charlie Brooker mengundang dua nama yang sudah enggak asing lagi di Hollywood, yaitu Anthony Mackie (Avengers: Endgame) dan Yahya Abdul-Mateen II (Aquaman, Us) dalam “Striking Vipers” dan Miley Cyrus dalam “Rachel, Jack, and Ashley Too”. Selain itu, penggemar serial Sherlock-nya BBC pasti kenal dengan Andrew Scott yang bermain dalam “Smithereens”.

Tentunya, mereka total banget dalam berperan. Mackie berperan sebagai Danny dan bersahabat dengan Karl yang diperankan oleh Yahya. Keduanya dikisahkan sejak dulu senang bermain game dan kembali bermain bersama dalam game jadul yang di-remastered dalam bentuk VR.

Sementara itu, Scott harus kembali menjadi “penjahat” bernama Christopher Michael Gillhaney yang menyandera seorang pria demi dapat menelepon CEO perusahaan media sosial. Terakhir, Cyrus berperan sebagai Ashley O, seorang penyanyi yang merasa terjebak menjadi bintang dan menjalani kehidupan yang enggak dia inginkan.

5. Cuma Tiga Episode, tapi Tetap “Menyakitkan”

Via Istimewa

Black Mirror musim kelima memang kembali ke format tiga episode, seperti musim pertamanya. Sebenarnya, Bandersnatch   awalnya direncanakan jadi episode keempat musim ini, namun malah rilis lebih dulu sebagai film terpisah karena durasi yang terlalu panjang.

Tiga episode ini terkesan lebih “ringan” dibanding segi konflik dan cerita (kalau dibandingkan sama “The National Anthem”, “Black Museum”, atau “White Christmas”). Meski begitu, tetap saja enggak ada yang bisa menebak akhir yang ditawarkan Black Mirror.

Karena biasanya disuguhkan dengan akhir yang bikin depresi, enggak salah kalau kalian juga punya ekspektasi serupa buat musim kelima ini. Meski begitu, kalian yang berharap akhir yang ekstrem mungkin bakal kecewa.

Nyatanya, musim kelima ini lebih menekankan dampak emosional teknologi kepada manusia dibandingkan twist yang mengenaskan. Dampak emosional ini bikin musim kelima punya konflik yang “menyakitkan” meski enggak berakhir tragis.

***

Buat kalian yang mau pemanasan sebelum menyelami semesta Black Mirror yang gelap atau justru mencari suasana baru yang lebih cerah, Black Mirror season 5 ini wajib banget ditonton. Nah, kalau kalian sudah menontonnya, ceritakan pendapat kalian di kolom komentar, ya. Ikutin terus KINCIR untuk informasi lain seputar film dan serial lainnya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.