Ju-On: Origins, Yang Seram Bukan Hantunya!

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran serial Ju-On: Origins di Netflix yang bisa aja mengganggu buat kalian yang belum nonton.

Enam bulan setelah The Grudge (2020) tampil di bioskop, Netflix bikin sebuah pengumuman mengejutkan. Pada 3 Juli 2020, mereka akan menyuguhkan sebuah serial orisinal Netflix, Ju-On: Origins.

Penggemar setia Ju-On pastinya langsung penasaran, akan seperti apa sih horor jepang se-legendaris Ju-on kalau dijadikan serial? Soalnya, selama dua dekade terakhir, sudah banyak sekuel, reboot, dan remake dari waralaba film Ju-On yang dinilai kurang memuaskan bagi para penggemar setianya. Kesuksesan debut entri aslinya yang keluar di tahun 2000an, Ju-On: The Curse (2000) dan Ju-On: The Grudge (2002), bisa dibilang masih jadi yang terbaik dan terhoror jika dibandingkan penerus-penerusnya. Lalu, bagaimana dengan Ju-On: Origins?

Pengumuman tersebut memang sempat jatuh di banyak telinga yang skeptis. Namun, itu semua berubah ketika Netflix Asia melalui akun YouTubenya, akhirnya merilis trailer Ju-On: Origins. Bagi banyak penggemar, pandangan sekilas yang ditampilkan trailer ini turut meyakinkan bahwa waralaba Ju-On tengah kembali ke jalurnya. Hmm, lebih baik nonton serialnya dulu, baru menilai.

Kini Ju-On: Origins sudah resmi dirilis dan dapat kalian streaming di Netflix. Sang kreator, Takashi Shimizu bersama produser Takashige Ichise dan sutradara Sho Miyake, ingin memanjakan para audiens setia Ju-On dan para audiens baru dengan menyajikan kisah yang lebih mendalam, gelap, dan mengerikan tentang sang rumah terkutuk dan berbagai insiden tidak menyenangkan yang terjadi di sekitarnya.

Langsung saja simak review Ju-On: Origins Netflix di bawah ini.

Membingungkan, tapi Bikin Penasaran

Season perdana terbentang menjadi 6 episode, setiap episode berdurasi sekitar 30 menit. Segala rupa kejadian mengerikan di Ju-On: Origin terjadi pada periode menjelang 1998, titik awal waralaba Ju-On yang pertama.

Untuk yang belum pernah atau bahkan sudah nonton versi filmnya dulu, mungkin akan bingung sama timeline cerita Ju-On: Origin. Dari mulai episode pertama, KINCIR juga cukup bingung ngikutin timeline-nya yang ribet. Begitu pun ketika cerita pindah menyoroti karakter lain, dan timbul pertanyaan “ini tuh masih di waktu yang sama enggak, sih?” Namun, ini juga yang bikin KINCIR makin penasaran buat terusin nonton.

Jalan cerita Ju-On: Origins dimulai pada 1988 di Tokyo. Episode pertamanya langsung menyoroti beberapa karakter utama. Haruka, sang artis yang merasa dia dan pacarnya, Tetsuya, tengah dihantui. Yasuo, seorang investigator paranormal yang tengah mencari materi baru untuk bukunya. Kiyomi, siswi baru di sebuah sekolah yang terlihat struggling-to-fit-in.

Ternyata, semuanya akan terhubung dengan sang ikon, rumah terkutuk. Sepanjang nonton full season 1, serial horor ini memang terlihat menghindari kisah horor dengan jumpscare yang sudah biasa dilakukan. Sementara, serial ini jauh lebih tertarik untuk menciptakan misteri yang terfokus pada tokoh-tokohnya.

Bagian ruwet di Ju-On: Origins ini sebenarnya memberikan lapisan ketidakpastian yang menyegarkan. Selain menampilkan elemen supranatural, serial ini benar-benar misterius, suram dan kejam. Hal ini menawarkan rangkaian cerita yang sangat mencekam. Jangan berharap kamu akan bergidik ngeri karena melihat hantu di Ju-On: Origins. Yang seram bukan hantunya!

Terinspirasi dari Kisah Nyata? Teror yang Horor!

Nah, terlepas dari pengaruh arwah pendendam yang menebarkan kutukan Ju-On, horor yang dirasakan di Ju-On: Origins muncul karena banyak adegan kekejaman tindakan manusia. Ju-On: Origins memberikan kesan bahwa serial ini lebih mengedepankan sisi drama dan gore dari adegan-adegan penuh kekerasan timbang horor yang muncul akibat melihat penampakan hantu. Bagi yang tidak kuat melihat adegan-adegan berdarah mungkin harus menghindar.

Takashi Shimizu sang kreator menyampaikan bahwa dia memang terinspirasi dari insiden mengerikan yang nyata terjadi di Tokyo pada era itu. Bahkan beberapa kejadian buruk yang benar-benar pernah terjadi itu seperti direka ulang menjadi adegan-adegan disturbing di serial ini. Seperti, kasus kekerasan dalam rumah tangga dan pembunuhan sedang meningkat pesat di masa itu. Hal-hal inilah yang memberinya pemikiran untuk mendasarkan masa lalu sang hantu Ju-On sebagai korban penyiksaan, sehingga dia tewas dengan penuh amarah dan dendam.

Campuran situasi traumatis terpampang bahkan dari awal season. Episode pertama menampilkan seorang anak yang dipukuli oleh seorang predator dengan mengerikan, dan episode kedua semakin mengganggu dengan hadirnya adegan pemerkosaan -yang memainkan peran penting dalam lintasan naratif dari sang karakter yang terlibat. Meski momen-momen itu sudah cukup mengguncang, kejadian ini hanyalah sebuah puncak gunung es. Soalnya, Ju-On: Origins menggunakan trauma untuk menjelaskan kekerasan yang pernah terjadi di rumah terkutuk itu.

Sutradara Ju-On: Origins, Sho Miyake, belum pernah menggarap film horor sebelumnya. Ini merupakan debut pertamanya dalam menyutradarai serial drama horor. Forte miliknya terlihat dalam aspek dramatisasi dari para karakter dan kejadian yang menimpanya. Genrenya lebih tepat digambarkan sebagai drama horor ketimbang horor saja. Pada Ju-On: Origins, dia berhasil menyoroti aspek-aspek paling buruk dari kemanusiaan di hampir setiap kesempatan.

Belum Semua Pertanyaan Bisa Terjawab

Dengan begitu banyak karakter dengan alur cerita yang berbeda-beda selama ditampilkan di enam episode pendek, misteri Ju-On terasa rumit dan padat, pun tetap disampaikan dengan tempo yang cermat. Karakternya cukup membawa kompleksitas yang menarik dengan cara yang mengejutkan.

Hampir di keseluruhan serial, visual Ju-On: Origins didasarkan pada nuansa adegan yang gelap, beberapa jumpscare yang menggunakan special effects praktis, dan audio yang hanya berisi noise keadaan sekitar, khas citra J-horor tradisional. Karena itu, setiap episode dapat menarik momen emosional yang mendalam dan akhirnya membuat setiap tindakan kekerasan menjadi lebih intens bagi mereka yang menonton. Sayangnya, episode terakhir mulai sangat bergantung pada efek khusus CGI yang tidak sesuai dengan emosi cerita sebelumnya.

Ju-On: Origins tidak tertarik untuk memberikan jawaban misterinya dengan mudah dan gamblang. Serial ini berpotensi terus menarik kalian semakin jauh, mengajukan lebih banyak pertanyaan di sepanjang jalan, dan pada akhir musim, jelas bahwa ini hanyalah sebuah permulaan.

Secara keseluruhan, Ju-On: Origins adalah serial horor fenomenal yang menangkap esensi dari waralaba Ju-On sambil mempertahankan identitas uniknya tersendiri di antara 13 judul lainnya. Kehadiran Ju-On: Origins di Netflix diharapkan dapat menarik perhatian audiens masa kini sembari memuaskan para penggemar setia.

***

Eksekusi barunya cukup bikin KINCIR penasaran dengan kelanjutan kutukan Ju-On, sehingga membuat KINCIR berharap akan adanya season 2. Bagaimana dengan kalian? Apalagi, kini pengguna Indihome kini sudah leluasa streaming Netflix, jadi, berani nonton?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.