Info 
Episode 3 dari season 8 Game of Thrones begitu berkesan di benak para penggemar. Semua merasa terkesima dengan aksi para kesatria melawan para mayat hidup di bawah pimpinan Night King. Segala strategi sudah dilakukan, tapi lawan tak pernah habis sampai akhirnya Arya Stark jadi juru selamat.
Battle of Winterfell telah usai. Banyak tokoh gugur dalam peperangan. Mereka berjibaku dengan hebat sampai akhirnya harus mati. Akan tetapi, dari tokoh-tokoh yang mati ada banyak hal positif yang bisa kita petik. Berikut ini ringkasannya!
1. Ketangguhan Lyanna Mormont
Sejak awal kemunculannya, Lyanna sudah menghadirkan aura keberanian yang tidak perlu diragukan lagi. Sebagai Lord Mormont, dia adalah orang yang blak-blakan dan ketus untuk melindungi masyarakatnya. Bahkan, Jon Snow juga pernah kena semprot.
Arya Stark juga menjadikannya benchmark untuk Sansa supaya tidak mudah menyerah atas nama keluarga. Lyanna mati di tangan raksasa. Namun, dia masih sempat berjuang. Meski diremas, tubuh kecilnya berhasil menancapkan Dragonglass ke mata sang raksasa.
2. Kesetiaan Jorah Mormont
Banyak yang mengganggap kesatria ini sesungguhnya tak setia, sekadar bucin dari Daenerys Targaryen. Meski begitu, dia seakan membuktikan bahwa dirinya memang setia. Dia siap melakukan apa pun demi Dany. Entah beberapa kali Mother of Dragons mengusirnya, Jorah tetap kembali untuk menyelamatkannya.
Sekali lagi, Jorah menjadi tameng untuk Dany. Dengan gagahnya, dia membiarkan dirinya mati demi melindungi orang yang selama ini sudah menjadi komitmen baginya untuk dia jaga. Sungguh kesetiaan tanpa batas!
3. Penebusan Dosa ala Theon Greyjoy
Akhirnya, kita tahu bahwa Theon benar-benar tidak akan pernah menjadi Lord Greyjoy. Dia memilih untuk berada di Winterfell dan siap mati untuknya. Theon sempat beberapa kali mengecewakan keluarga Stark, mulai dari mengkhianati Robb sampai membiarkan Sansa menikah dengan Ramsey.
Theon merasa bersalah dan hendak menebus dosanya dengan berdiri di samping Bran, menunggu Night King datang. Bran sempat berujar, “Kamu adalah orang yang baik. Terima kasih.” Kalimat itu jadi ucapan terakhir yang didengar Theon sebelum dia berlari menghunuskan tombak. Sayang, Night King lebih kuat darinya.
4. Pengorbanan Melisandre
Melisandre pernah diancam oleh Sr. Davos. Kalau sampai dia kembali lagi, hukumannya adalah mati. Melisandre benar-benar balik lagi. Namun, bukan untuk kasih ramalan-ramalan, melainkan buat membangkitkan sikap optimistis.
Dia bahkan memberikan kekuatannya untuk menyalakan api untuk senjata-senjatanya Dothraki dan membakar parit. Dia meminta tak perlu dieksekusi oleh Sr. Davos sebab dia akan mati sebelum matahari terbit. Benar saja, dia melepas kalungnya dan jadilah dia nenek-nenek lagi seperti wujud aslinya.
5. Belajar Tanggung Jawab dari Eddison Tollett
Meski namanya kurang dianggap, kesetian seorang Eddison Tollett sudah enggak perlu diragukan lagi. Dia selalu berada di sisi Jon Snow dalam waktu apa pun. Hingga akhirnya dia diberi jubah Lord Commander oleh Jon Snow untuk memimpin di The Wall.
The Wall tetap runtuh. Pasukan Night King berhasil menjebol. Eddison pun mundur hingga Winterfell. Di sana, dia jadi orang paling depan, berdiri dan akhirnya mati setelah menyelamatkan Sam.
6. Menerima Kematian seperti Beric Dondarrion
Ketika setiap orang takut mati, Beric justru menunggunya. Dia sudah mati berulang kali dan dihidupkan kembali oleh pendeta. Ketika sang pendeta tewas, dia berujar untuk menanti kematian abadinya.
Akhirnya, seperti yang sudah diprediksi sebelumnya, Beric tewas. Dia menemui ajalnya saat melindungi The Hound dan Arya. Beric memang sudah siap menghadapi kematiannya. Namun, dia tetap berjuang dengan penuh totalitas sehingga kematiannya tidak sia-sia begitu saja.
***
Battle of Winterfell telah usai, menyisakan kesan mendalam bagi penonton setia Game of Thrones. Di antara para karakter yang tewas, siapakah menurut kalian yang paling berkesan? Kasih tahu pendapat kalian di kolom komentar, ya!
