Review The Rings of Power Episode 6 (Udun): Imitasi Helm’s Deep

The Rings of Power Episode 6 (Udun): Imitasi Helm’s Deep dan Battle of Five Armies
Genre
  • fantasi
  • Fantasy
Actors
  • Morfydd Clark
  • Nazanin Boniadi
  • Robert Aramayo
Director
  • J.A. Bayona
Release Date
  • 30 September 2022
Rating
3 / 5

*(SPOILER ALERT) Review Serial The Rings of Power episode 6 ini sedikit mengandung bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kamu yang belum nonton.

Ingin melihat perang? Akhirnya, episode keenam memberikan apa yang mungkin kamu inginkan: pertumpahan darah Orcs vs siapa pun yang ada di Bumi Tengah. Tentu kita akan terbayang akan pertempuran Helm’s Deep, Battle of Five Armies, hingga pertempuran Pelennor yang begitu agung dan ikonik. Apakah akan terjadi di sini? Sepertinya terlalu jauh.

Sinopsis The Rings of Power episode 6

Adar dan para Orcs mulai beraksi. Dimulai dari menyerang penduduk desa, memanipulasi mereka, dan tentu saja membuat pasukan kapal dari Numenor turut serta, kemunculan Orcs ini sedikit mengobati rindu pada semua karya Tolkien yang penuh dengan kisah kepahlawanan epik.

Ini adalah saat di mana Galadriel dan Halbrand mulai mengonfrontasi Adar. Ini adalah saat di mana semuanya terbuka. Namun, yang bisa kita dapatkan adalah alasan mengapa kaum Orcs begitu solid. Adar mengatakan bahwa ia dan para Orcs, ciptaan Morgoth, punya hati. “Kami berhak hidup. Kamu akan melihatnya nanti.”

Galadriel membalas: “Namun kamu diciptakan dari ejekan.”. Entah ejekan semacam apa yang dimaksud, karena saat para Orcs meneriakkan “Udun!” menjelang akhir cerita, yang lebih pantas diejek adalah kaum yang melawan kegelapan.

Sinematografi dan perang asyik, tapi dialog kentang

KINCIR masih merasa bingung dan bertanya-tanya, mungkin penulis skenario lupa mendalami setiap untaian kata dari Tolkien. Soalnya, sungguh setiap dialog yang diucapkan enggak bermakna apa-apa. Enggak bikin kita merasa tergugah, bahkan jika dibandingkan dengan dialog paling receh dan kocak dalam The Lord of the Rings, seperti saat Gandalf memaki Peregrin Took yang enggak sengaja menjatuhkan barang ke sumur, menuju tempat Orcs saat mereka mengendap-endap di Moria.

“Took yang bodoh! Sekalian saja kamu lemparkan kepala dan semua kebodohanmu.”

Dialog dari Galadriel dan Adar semestinya berpotensi agung. Namun, entahlah, Galadriel dalam serial ini kelihatan sedang dalam masa puber, karena emosinya enggak stabil dan karena dialognya enggak menunjukkan inkonsistensi. Ini bukan Lady Galadriel yang kita kenal.

Satu jam terlalu lama

Via Istimewa

Serial ini dirilis bersamaan dengan Andor, sebuah serial yang masih satu franchise dengan Star Wars. Jika dibandingkan, promosi Andor enggak semegah The Rings of Power, begitu pula dengan durasinya yang lebih pendek, rata-rata 30 menit. Namun, durasi sependek itu membuat Andor lebih efektif.

The Rings of Power memiliki durasi satu jam lebih, dan ini bukan durasi yang pas. Satu jam terasa lama dibandingkan tiga jam yang dihabiskan untuk menonton The Fellowship of the Rings misalnya. Satu jam yang seolah diulur-ulur hanya supaya cerita bisa mengakomodasi semua tokoh.

Alih-alih membuat kita berpikir, “Udah? Gitu aja? Aku mau lagi!”, serial ini justru membuat kita menguap lalu memegang remote untuk menekan tombol forward. 

Tokoh Galadriel perlu perbaikan. Soalnya, bahkan bila dibandingkan dengan Bronwyn yang hanya perempuan biasa, Galadriel kalah kharisma. Bronwyn lebih punya karisma, lebih terlihat kuat tanpa perlu mengatakan bahwa ia kuat. Jika serial akan terus membuat Galadriel dominan, setidaknya harus dilakukan dengan cara yang baik, bukan asal berlandaskan dendam kematian kakak.

KINCIR sebelumnya optimistis cerita semakin asyik. Perang itu ada dan itulah hal positif dari episode ini. Namun, entah mengapa rasanya akan lebih asyik jika kita mendukung Orcs untuk memusnahkan makhluk-makhluk klise lain dan dunia klise ciptaan Eru Ilúvatar

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.