Temple: Serial Dramatis tentang Kebusukan Dunia Medis

Serial tentang dunia medis banyak banget di luar sana. Mulai dari Grey’s Anatomy sampai The Good Doctor, para sineas tak pernah kehabisan ide untuk membuat serial tentang tenaga medis dan dunianya. Namun, bukan berarti tak ada yang dilewatkan oleh serial-serial drama tersebut.

Apa pun serial tentang dunia medis, semua selalu berpusat di rumah sakit, klinik, dan tempat lainnya yang sejenis. Kita jadi mendapat gambaran soal dunia medis yang penuh risiko tapi diidamkan banyak orang dengan sedikit bumbu tentang kehidupan pribadi para dokter dan perawatnya. Di sisi lain, serial-serial ini sulit dibedakan karena cuma berpusat dengan cerita di sekitar rumah sakit. Untunglah, Temple membawa angin segar untuk genre serial ini.

Temple merupakan adaptasi dari serial drama Norwegia, Valkyrien, yang sudah dirilis pada 2017 lalu. Dengan episode perdana yang tayang pada September 2019, Temple menghadirkan berbagai bintang, seperti Carice Van Houten—yang tentu wajahnya enggak asing buat penggemar Game of Thrones—dan Daniel Mays.

Nah, seperti apa kesegaran yang dihadirkan Temple sebagai sebuah serial yang mengungkap kisah dunia medis? Simak dulu ulasan dari KINCIR di bawah ini sebelum menyaksikannya di sini!


The Things We Do for Love

Sebetulnya, bisa dibilang frasa di atas adalah latar belakang segala peristiwa dalam Temple. Berawal dari seorang istri yang sakit keras, sang suami enggak mau menyerah begitu saja merelakan kepergian istrinya. Namun, kalian bakal kaget bahwa kepergian yang terlihat jadi pemicu dalam kisah serial ini ternyata enggak seperti yang dibayangkan.

Dalam Temple, kita bakal diajak ke luar batas normal, tepatnya dunia bawah tanah. Daniel Milton (Mark Strong) adalah seorang dokter ahli bedah yang memutuskan meninggalkan dunia kedokteran demi menemukan obat terbaik bagi istrinya yang mengidap penyakit parah. Di dalam terowongan bawah tanah London, dia membangun klinik untuk mengadakan berbagai percobaan, termasuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang enggak bisa mendapatkan pengobatan medis biasa.

Sang istri, Beth Milton (Catherine McCormack) mengidap Lancester tahap akhir, sebuah penyakit yang bikin penderitanya merasa lelah luar biasa dan nyeri di sekujur tubuhnya. Untungnya, Beth merupakan seorang peneliti. Dia tahu orangtuanya mengidap penyakit itu sehingga tinggal tunggu waktu saja penyakit itu menyerang dirinya. Beth pun tinggal selangkah lagi menuju penemuan obatnya. Namun, penyakit tersebut datang lebih dulu.

Daniel yang merupakan dokter bedah hebat mendukung kerja keras Beth demi mendapatkan obat penyakitnya. Makanya, ketika mereka enggak berhasil dan Beth koma, Daniel enggak langsung menyerah dan malah membangun klinik rahasia di bawah tanah, menjual jasa medis ilegal demi mendanai penelitiannya. Yap, inilah hal yang dilakukan seseorang demi cintanya.

Konflik Antara Legalitas dan Kemanusiaan

Apa yang dilakukan Daniel memanglah ilegal. Namun, ketika mengikuti episode demi episode Temple, kalian enggak bakal merasakan hal ini sebagai tindakan kriminal. Bagi Daniel, yang lebih penting adalah tindakannya yang ilegal itu sudah menyelamatkan banyak nyawa. Soalnya, ada banyak orang yang memang enggak bisa berobat ke rumah sakit (entah karena enggak mampu atau dia pelaku kriminal).

Di sisi lain, ada juga orang-orang yang memang enggak mau masuk ke sistem tersebut. Mereka enggak mau nama mereka tercatat menggunakan obat-obatan tertentu yang mungkin lebih ampuh tapi enggak diizinkan dalam sistem kedokteran di Inggris. Ada pula orang-orang yang enggak percaya para dokter dalam sistem di luar sana bisa menolong mereka.

Di sinilah kalian bakal melihat bahwa ada yang lebih manusiawi daripada sekadar membiarkan orang-orang meninggal karena sebuah obat yang belum dipatenkan dianggap terlalu berbahaya. Itulah yang dilakukan Daniel.

Dia memberikan pengobatan yang enggak gratis, tentunya, kepada orang-orang yang namanya enggak mau dimasukkan ke sistem ini. Sementara itu, dia meneruskan penelitiannya demi menemukan obat penyakit Lancester yang diderita istrinya.

Sajian Lengkap yang Bikin Penasaran

Melihat semua premis yang ditawarkan, kalian mungkin berpikir bahwa serial ini terlalu berlebihan dan malah lebih mirip opera sabun dibandingkan serial drama medis yang masuk akal. Namun, semakin lama menonton, kalian bakal merasa ikut terlibat dan simpati dengan karakter Daniel yang melakukan segalanya demi istrinya.

Selain romantika tersebut, Temple juga terasa menegangkan di beberapa bagian, khususnya saat Daniel harus mengoperasi dan melakukan tindakan medis berbahaya. Ya, serial ini punya semuanya. Kisah tentang orang “baik” yang jadi “jahat” mungkin sudah banyak. Namun, serial garapan Mark O’Rowe ini menyodorkan sisi manusiawi yang bikin kalian mengerti alasan di balik semua tindakannya.

Lagi pula, Daniel Milton enggak benar-benar jahat. Dia cuma enggak sesuai dengan sistem yang sudah berlaku di masyarakat. Dia hanyalah orang yang butuh bekerja lebih bebas tanpa terkekang sistem, demi hidup dan mati.

Ngomongin soal seseorang enggak sesuai dengan sistem dan masyarakat, kalian mungkin ingat dengan film Joker (2019) dan berbagai isu sosial di dalamnya. Temple pun menyoroti hal-hal yang dipandang normal dan normatif di masyarakat dan coba memberikan kita pemahaman bahwa hal-hal yang di luar jalur tersebut adalah sebuah kewajaran yang bisa dipahami.

***

Pada awalnya, Temple mungkin terlihat enggak masuk akal dan membuat kita bertanya-tanya. Namun, menonton habis delapan episode akan jadi sangat memuaskan dengan segala perkara kemanusiaan di dalamnya. Coba saja kalian tonton Temple di sini dan jangan lupa bagikan pendapat di kolom komentar!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.