5 Hal yang Bikin Til Death Do Us Part Wajib Ditonton

*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.

Buat yang malas ngikutin serial yang enggak kelar-kelar, serial antologi memang bisa jadi pilihan. Serial kayak Black Mirror dan Love, Death & Robots-nya Netflix , misalnya, ngasih kalian kebebasan buat memilih episode mana yang mau ditonton duluan, karena enggak berkaitan.

Nah, Taiwan pun punya serial antologinya di Netflix. Setelah On Children, ada lagi yang bahkan lebih “aneh” dan mungkin mengganggu buat kalian yang enggak suka serial yang mengangkat sisi gelap manusia. Yap, serial antologi berjudul Til Death Do Us Part ini baru aja memasuki musim pertamanya pada 15 Agustus 2019.

Buat yang suka serial antologi, KINCIR sarankan kalian enggak boleh lewatkan serial yang disutradarai Chen Hung-i ini. Yuk, kepoin!

 

1. Kisah Fiktif Bernuansa Mitologi

 

Diadaptasi dari kisah-kisah dalam MirrorFiction (platform menulis), serial ini menyajikan kisah-kisah yang enggak cuma berbau horor dan thriller. Akan tetapi, Til Death Do Us Part juga punya latar belakang “mitologi” tersendiri.

Dari episode pertamanya aja, kalian bakal dikasih dibawa menyaksikan karakter yang terjebak dalam lingkaran waktu. Dalam episode ini, entah betul sebuah folklore atau cuma khayalan internet ala creepypasta.

 

Ada cerita beredar bahwa arwah korban kecelakaan bakal terus mengulang rasa sakit yang didapatkan saat mati sampai mereka mendapatkan arwah pengganti. Mirip sama yang terjadi di Happy Death Day (2017).

Nah, episode pertamanya aja udah lumayan gereget, kan? Episode selanjutnya pun bakal bikin kalian betah nontonnya.

2. Aneh Sekaligus Futuristik

 

Buat penggemar Black Mirror, kalian pun bakal suka sama serial ini karena salah satu episodenya punya nuansa sama. Yap, dalam “Perfectly Spotless”, Chu Ting yang kelihatan kayak orang yang hidup segan mati enggak mau tiba-tiba bersemangat membersihkan kamarnya karena bakal ada pemeriksaan.

Tinggal di “apartemen” pinggir pantai, di sini semuanya serbaputih, mulai dari bangunan, pakaian, sampai hiasan dan perabotannya. Makanya, saat ada noda hitam di dinding, Chu Ting berusaha banget membersihkannya karena itu memengaruhi penilaiannya.

 

Enggak terjelaskan, sih, sistem macam apa yang diterapkan di sini. Yang jelas, ada penilaian individu dan unit sampai pembayaran dengan scanning kalung. Uniknya, meski Chu Ting ini selalu kelihatan sendirian dan cuma kelihatan berinteraksi sama beberapa orang aja, sebetulnya dia enggak sendirian.

Episode ini pun bukan sekadar soal noda di dinding. Bisa aja fasilitas misterius yang serbaputih itu sebetulnya sejak awal menjebak jiwa orang-orang? Episode ini punya kesan kuat yang langsung mengingatkan kalian pada Black Mirror.

 

3. Menggambarkan Sisi Kemanusiaan

Tapi, enggak semua episodenya aneh dan futuristis, kok. Malah ada episode yang bahkan menyentuh banget, menggambarkan kasih dan sisi kemanusiaan yang mungkin sering diabaikan orang-orang yang mulai individualistis.

Sisi kemanusiaan ini, dalam “No Pets Allowed”, disajikan dari sudut pandang anak-anak, yang wajar banget bikin kalian nangis pada akhirnya. Dalam “Last Stop: Paradise”, kalian bakal tersadar bahwa kebahagiaan enggak ada harganya dan cinta enggak bisa ditukar oleh apa pun.

4. Dekat dengan Keseharian

 

Enggak ketinggalan, kalian juga bakal diajak mikir soal betapa memuakkannya kehidupan palsu di media sosial dalam “Login Trouble”. Episode ini menyindir dengan cara yang cukup bikin ngeri.

Setelah bikin fake account pakai foto cewek cantik, seorang cewek biasa bisa mendapatkan segalanya yang dia enggak dapatkan di kehidupan nyata. Dia jadi populer, banyak disukai, tapi ada sesuatu mengerikan yang menanti.

 

5. Tujuh Episode dengan Kengerian Tersendiri

Bisa dibilang, setiap episodenya menawarkan “keanehan” dan kengerian yang beda. Meski punya warna yang mirip Black Mirror, serial Til Death Do Us Part menyajikan kisah yang orisinal dan enggak kehilangan jiwa Asia-nya.

Dengan tema yang universal, serial ini cukup berhasil menggambarkan sisi gelap manusia, khususnya orang-orang Taiwan dalam kisah-kisahnya. Entah itu karena sebuah urban legend, rasa cemburu, atau pun kemarahan manusia, Til Death Do Us Part mengemas tema-tema itu dengan unik.

***

Oh ya, sebetulnya ini bukan pertama kalinya Netflix bikin serial antologi, bekerja sama dengan sineas Taiwan. Pada 2018, ada On Children, serial antologi tentang disfungsi keluarga, yang juga punya warna gelap, unsur fiksi ilmiah, dan tema yang menyinggung kecacatan sistem sosial.

Sementara, Til Death Do Us Part ini mewujudkan rasa takut dalam berbagai versi, bereksperimen sebagai serial horor psikologis. Jadi, percaya, kan, kalian wajib nonton serial ini? Til Death Do Us Part bisa kalian tonton di Netflix sekarang juga.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.