(Dota 2) Alasan Keterpurukan Nigma di Musim DPC 2019-2020

Di skena kompetitif Dota 2 yang sudah mulai memasuki pertengahan Dota Pro Circuit (DPC) 2019-2020, Nigma bisa dikatakan jadi yang paling “unik” kasusnya. Pasalnya, skuad ini merupakan jebolan dari Team Liquid. Kuroky, Miracle-, w33, GH, dan Mind_Control memutuskan hengkang dari tim yang telah membesarkan namanya setelah meraih runner-up The International 2019.

Tak lama kemudian, Kuroky membentuk Nigma yang diisi oleh empat rekan setimnya di Liquid. Namun, tim baru ternyata tak menjamin prestasi baru. Mereka hanya mampu menempati peringkat 5-6 di DreamLeague Season 13 Leipzig Major. Tragisnya, mereka bahkan tak lolos ke ESL One Los Angeles Major yang akan berlangsung Maret 2020.

Nigma memang baru saja memenangkan WePlay! Tug of War: Mad Moon beberapa hari lalu. Namun, turnamen tersebut tidaklah menyumbang poin DPC. Makanya, enggak mengherankan jika penggemar skena esports Dota 2 bertanya-tanya tentang apa yang terjadi sebenarnya pada Kuroky dan kawan-kawan.

Melihat performa Nigma yang masih belum konsisten, kami pun berusaha untuk menganalisisnya berdasarkan rekam jejaknya di DPC 2019-2020. Yuk simak ulasannya di bawah ini!

Masih Meraba Meta

Via istimewa

Ketinggalan meta dari OG ketika berlaga di Grand Final The International 2019 masih menjadi trauma besar tim yang dikapteni oleh KuroKy. Lihat saja contoh meta yang dipertontonkan OG, yaitu membuat Guardian Wisp yang terkenal sebagai Hero full support menjadi carry mematikan berjuluk “Deathball IO”

Jika ingin melihat ke sejarah The International, penguasa meta yang juga sukses meraih Aegis of Champions adalah Wings Gaming. Saat TI6, Wings mempopulerkan meta Nightstalker carry yang enggak ada lawannya. Sampai terlalu ngebetnya Nigma untuk membuat meta baru, mereka sampai menggunakan Guardian Wisp sebagai carry ketika bertemu Team Secret di group stage Kualifikasi Tertutup LA Major.

Namun, percobaan KuroKy untuk membuat Guardian Wisp yang dimainkan Miracle- membawa kemenangan tidak membuahkan hasil. Pada laga melawan tim yang dikapteni oleh Puppey tersebut, Nigma justru keok 0-2. Tidak hanya memaksakan meta yang sudah ketinggalan jaman, Miracle- beserta skuad Nigma nampaknya sama sekali belum menguasai taktik jitu yang mendukung carry ajaib ini.

Faktor Kelelahan

Via istimewa

Mungkin alasan ini terkesan klise jika mengaitkan hal ini untuk tim dengan jam terbang tinggi sekelas Nigma. Namun, nyatanya hal tersebut tergambar jelas ketika mereka bermain di playoff DreamLeague Major di Leipzig. Setelah gugur di kualifikasi tertutup, KuroKy dan kawan-kawan harus meraih satu tiket tersisa menuju Leipzig dengan menempuh jalan panjang melalui Bukovel Minor.

Sukses memenangkan Bukovel Minor dan langsung mendominasi group stage Leipzig Major terlihat seperti langkah meyakinkan bagi Nigma. Namun ketika sudah sampai babak double elimination, mereka langsung kalah dari Evil Geniuses di upper bracket. Turun ke lower bracket, skuad eks Liquid yang terkenal sebagai rajanya lower bracket justru langsung keok 1-2 melawan tim Tier 2, Beastcoast.

Merosotnya prestasi Nigma di ajang Major mungkin masih terpengaruh oleh bayang-bayang kekalahan mereka di Grand Final The International 2019. Pasalnya sejak mereka mengikuti gelaran Major DPC 2019—2020, tampak sekali bahwa mereka seperti kehilangan mental juara sekaligus motivasi. Apalagi dugaan throw di dua ajang Major makin memperkuat alasan bahwa mereka masih belum menemukan motivasi.

Sering Melakukan Throw

Via istimewa

Masih ingat dengan pertarungan Final Kualifikasi StarLadder Minor Europe antara Nigma melawan Alliance? Apakah kalian yakin bahwa saat itu Alliance melakukan comeback dengan Medusa dan dua Rapier-nya? Bisa dibilang Alliance tidak benar-benar melakukan epic comeback. Sebab, ada satu play dari Nigma yang terkesan ceroboh dan sangat memaksakan untuk bermain agresif.

Play tersebut terjadi ketika Nigma baru saja selesai menghancurkan dua Barrack di mid lane dan meraih Mega Creeps. Alih-alih untuk mencari sekaligus membunuh Medusa yang memegang satu Rapier, Slardar dari MinD_ContRoL bersama Lifestealer dari Miracle- malah lepas kontrol dan maju terlalu jauh ke tengah kerumunan skuad Alliance. Slardar yang tersudut langsung mati seketika, dan Lifestealer menyusul tak lama kemudian.

Selanjutnya tidak perlu dijelaskan kembali, Alliance bersama Medusa dan dua Rapiernya langsung menghantam Ancient milik Nigma. Alliance menang dengan skor 3-2. Selain ketika melawan Alliance, aksi throw dari Nigma juga terjadi di Leipzig Major ketika Nigma bertemu Beastcoast di lower bracket. Kalian bisa melihat laman ini untuk melihat aksi throw mereka.

Belum Mendapatkan Hero Terbaik untuk w33

Via istimewa

Banyak penggemar Dota 2 yang menganggap bahwa biang kekalahan Team Liquid saat Grand Final The International 2019 adalah pool Hero dari Aliwi “w33” Omar yang sangat sedikit. Hal tersebut terlihat pada win rate tertinggi w33 memenangkan match adalah ketika memakai Templar Assassin dan Meepo.

Akan tetapi, ketika menggunakan Hero lain seperti Tiny dan Tinker, pemain yang sebelumnya pernah menjadi runner-up TI6 bersama Digital Chaos ini justru tampil kurang greget.

Statistik di dotabuff.com juga memperlihatkan bahwa ketika w33 tidak memainkan Templar Assassin, dirinya hampir tidak pernah memenangkan fase laning. Bahkan pada True Sight: The International 2019 Finals, Sebastien “Ceb” Debs dari OG mengatakan, “w33 Tinker doesn’t bully anything.”

***

Semoga saja Nigma mampu mengatasi “demam panggung” di ajang Major DPC 2019—2020 pada EPICENTER 2020 nanti, ya. Soalnya, enggak seru kalau tim juara TI7 ini gagal masuk Major atau bahkan TI10 nanti. Apakah kalian punya analisis tersendiri perihal kegagalan Nigma di ajang Major? Tulis komentar kalian, ya, dan ikutin terus artikel-artikel seputar Dota 2 dari KINCIR!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.