5 Formula Klise dalam Anime School Life

School life adalah genre anime yang berangkat dari landasan narasi tentang serba-serbi kehidupan di sekolah. Mengetengahkan kisah sang protagonis dalam mengarungi suka dan lara, terutama di ruang kelasnya. Genre ini biasanya bersifat sampingan dan kerap bersandar pada pilar genre anime lainnya yang lebih dominan seperti slice of life, drama, romansa, atau mungkin horor. 

Dipilihnya genre atau konsep ini secara berulang memunculkan kebosanan di antara para penggemar. Pasalnya, anime school yang benar-benar memunculkan ide-ide kebaruan jadi makin sulit ditemukan. Serial yang masih atau pernah tayang sebelumnya justru lebih banyak yang bermain aman dan berkubang dalam hal-hal lama yang gagal merangsang minat kita dalam menonton. Hal-hal seperti ini disebut klise.

Mungkin kalian enggak sadar. Namun, kalau diperhatikan, ada banyak klise yang rutin muncul dalam anime school. Misalnya saja lima hal di bawah ini yang, saking seringnya, bisa jadi starter pack untuk genre ini!

 

1. Jatah Duduk di Samping Jendela

Via Istimewa

Apakah ada semacam aturan enggak tertulis bahwa protagonis wajib duduk tepat di samping jendela? Bahkan, mereka mendapatkannya meski berstatus “murid pindahan”. Paling pojok pula. Alhasil, mereka bebas melamunkan sang gebetan atau rencana akbar untuk menyelamatkan Bumi dari ancaman monster isekai.

Usut punya usut, ternyata alasan di balik keputusan ini adalah efisiensi produksi. Dengan menempatkan protagonis di bangku samping jendela (apalagi pojok belakang), animator jadi tak perlu repot menggambar banyak karakter dalam satu frame adegan. Soalnya, makin banyak karakter yang harus direka, makin panjang pula waktu yang diperlukan untuk membuatnya. Ini juga mengakibatkan makin bengkaknya bujet yang mesti dikeluarkan rumah produksi.

Penyebab kedua menjamurnya klise ini adalah dramatisasi. Karakter yang duduk dekat jendela bisa mendapat polesan nuansa ekstra yang bikin potongan adegan tersebut berpotensi dijadikan wallpaper PC. Apalagi kalau ada semburat mentari pagi atau embun kala gerimis tiba.

2. Episode Senang-senang di Pantai

Via Istimewa

Apa jadinya anime school tanpa adegan ke pantai? Tentu rasanya ada yang kurang. Babak adegan ini biasanya terbungkus dalam konteks studi wisata, liburan musim panas, atau sekadar momen menghabiskan akhir pekan bersama kawan-kawan satu kelas. Tidak jarang pula, adegan di pantai ini menguras nyaris satu episode penuh karena melibatkan semua karakter yang ada.

Sarana relaksasi disebut-sebut sebagai alasan yang mendasari terciptanya adegan ini. Pemilihan pantai sebagai latar dapat disangkutpautkan dengan konteks secara riil yang memang pada dasarnya bikin kita santai ketika melihat deru ombak atau menginjakkan kaki di atas hamparan pasir. Anime horor atau thriller yang mengambil latar tempat di sekolah menengah sering mengandalkan teknik ini sebagai obat penawar atas ketakutan dan kengerian yang dirasakan penontonnya—meski sejenak.  

Di sisi lain, kemunculan adegan pantai juga jadi kesempatan emas bagi kreator untuk menyodorkan fanservice. Yap, apa lagi kalau bukan barisan para gadis seksi dengan bikini berwarna-warni?

 

3. Jelang Perpisahan, Waktunya Festival!

Via Istimewa

Hampir semua institusi pendidikan di Jepang dari berbagai jenjang seperti SD, SMP, SMA, hingga universitas selalu mengadakan festival budaya tahunan yang jadi ajang ekshibisi kepada khayalak umum. Semakin tinggi level pendidikannya, semakin meriah dan bergengsi pula taraf perhelatan tersebut.

Festival yang sangat dinjunjung tinggi di Negeri Sakura ini dinamakan bunkasai. Di Indonesia, acara ini mungkin ekuivalen dengan pentas seni (pensi). Nah, sebagai medium hiburan yang diakui oleh banyak orang di dunia, anime selalu berusaha untuk memperkenalkan festival budaya ini. Salah satunya dengan menyelipkan adegan sejenis pada anime bertema sekolah.

Dalam anime school, bunkasai acap direpresentasikan sebagai momen puncak dari segala drama dan cerita yang pernah terjadi di sekolah. Semua orang berpartisipasi dan memamerkan serbaneka karyanya, entah itu seni rupa, kuliner, dan (tentu saja) konser musik. Jika anime ini ikut mengisahkan romansa dua sejoli, besar kemungkinan kalian mendapati potret keduanya berdiri di atas atap sekolah sambil menyaksikan pertunjukan kembang api.

4. Makan di Atap Gedung Sekolah

Via Istimewa

Selain di kantin, di mana lagi biasanya kalian menyantap makanan di sela waktu istirahat jam pelajaran? Apakah di dalam kelas, di taman, atau di bangku penonton di pinggir lapangan olahraga? Satu pelajaran yang dapat kita petik dari anime adalah enggak ada tempat yang lebih nyaman untuk makan selain di atap gedung sekolah.

Pasalnya, di tempat ini hampir enggak ada orang yang bakal mengganggu pemandangan sembari menyantap roti lapis atau onigiri dan susu kotak sebagai menu favorit. Sang protagonis pun sering berkunjung ke atap sekolah bukan hanya pas jam istirahat. Ada kalanya mereka sengaja bolos dari jam pelajaran dan curi-curi waktu buat menyelinap.

Padahal, fakta di dunia riil berbicara lain. Makan siang atau nongkrong di atap sekolah bukanlah kebiasaan yang lazim dilakukan siswa-siswi Jepang. Lagipula, pintu akses ke sana selalu terkunci rapat dan perlu persetujuan dari pihak terkait untuk membukanya. Hal ini dilakukan pihak sekolah untuk mencegah para murid yang nekat bunuh diri. Andai kalian tahu betapa mengkhawatirkannya angka bunuh diri remaja di Jepang, kalian pasti paham dengan keputusan tersebut.

 

5. Seragam Sekolah yang Kelewat Modis

Via Istimewa

Seragam menjadi atribut yang selalu mendapat treatment spesial dalam setiap anime school. Warna dan desainnya sering kali mencolok dengan jas yang tampak mahal serta rok berpotongan rendah. Alhasil, karakter yang mengenakannya cenderung lebih mirip peraga busana alih-alih seorang pelajar yang mengutamakan pendidikan.

Jika kembali mengacu pada kondisi sebenarnya, ini adalah sebuah miskonsepsi yang telanjur diserap penonton. Faktanya, sekolah menengah di Jepang menerapkan aturan ketat yang wajib dipatuhi para siswa terkait etika berbusana. Kalau bukan putih, warna dasarnya mungkin hitam atau navy blue. Bukan warna-warni mencolok seenaknya yang kadang bikin perih mata melihatnya. Potongan rok siswi pun biasanya tak pernah kurang dari batas lutut.

***

Sebenarnya, sih, enggak ada salahnya jika suatu anime menghadirkan satu atau beberapa klise seperti di atas. Namun, kalau ada studio anime yang berani mengambil pendekatan berbeda dan menyajikan hal yang baru meski belum tentu diterima sepenuhnya, tentu kita sebagai penonton bersedia memberi apresiasi tinggi.

Nah, bagaimana menurut kalian? Klise apa lagi yang sering muncul dalam anime school?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.