5 Film Usmar Ismail sang Sineas Legendaris Indonesia

Mesin pencarian Google hari ini (20/3), menampilkan doodle klasik dengan ilustrasi lelaki berkacamata yang berdiri di belakang kamera film lawas. Menariknya, ada ilustrasi tiga cewek sebagai latar belakangnya. Yap, dia adalah Usmar Ismail, seorang maestro film Indonesia yang hari ini menjadi perayaan ulang tahunnya.

Baca juga Kejayaan Film Indonesia di Festival Internasional.

Film-film buatannya selalu mempertahankan kualitas. Enggak mengherankan kalau karya-karyanya kerap menginspirasi dan mencetak sejarah dalam perjalanan film Indonesia. Sayangnya, pemasaran karyanya enggak begitu berhasil. Soalnya, film-film buatannya banyak mengandung sindirian politik yang ditentang kaum elite.

Nah, untuk merayakan ulang tahunnya sekaligus mengenang karya Usmar Ismal, beberapa karyanya yang patut dibanggakan bakal disebutin di bawah ini. Inilah lima film karya Usmar Ismail yang menginspirasi perfilman Indonesia.

 

1. Darah dan Doa (1950)

Via Istimewa

Film ini ditulis berdasarkan naskah Sitor Situmorang, tokoh penulis Angkatan 45. Kisahnya berpusat pada pergulatan batin seorang prajurit komandan salah satu batalyon Divisi Siliwangi, Kapten Soedarto (Del Juzar) pada masa revolusi. Film Darah dan Doa yang juga berjudul Long March ini merupakan film pertama yang diproduksi Perusahaan Film Nasional Indonesia.

Darah dan Doa bisa dibilang sebagai film pertama yang disutradarai, direkam, diproduksi, dan didanai oleh orang Indonesia. Yap, Usmar Ismail adalah pelopornya. Darah dan Doa pun mencatat sejarah sebagai pelopor perfilman Tanah Air. Bahkan, hari pertama syuting film ini, 30 Maret 1950, dijadikan Hari Film Nasional.

 

2. Lewat Djam Malam (1954)

Via Istimewa

Lewat Djam Malam berlatar di Bandung. Film ini bercerita tentang kehidupan sesaat setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Tentara memberlakukan jam malam di Bandung demi menjaga kota agar kondusif. Film ini menyampaikan kegelisahan bekas pejuang yang hilang arah usai perang kemerdekaan. Hal itu berhubungan dengan meningkatnya kriminalitas dan korupsi di perkotaan. Lewat Djam Malam bukan hanya sebuah karya, tapi sekaligus adikarya dari seorang Usmar Ismail.

Simak juga 10 Film Dokumenter yang Asyik buat Ditonton!.

Film fenomenal yang menggambarkan wajah Indonesia sesaat setelah kemerdekaan ini juga termasuk film Tanah Air yang sukses. Lewat Djam Malam yang dibuat pada 1954 ini sempat direstorasi ulang pada 2012. Meski direstorasi oleh Italia dan Singapura, Lewat Djam Malam berhasil diputar kembali pada 18 Juni 2012 di seluruh bioskop Tanah Air. Film ini juga dapat penghargaan sebagai “Film Terbaik” Piala Citra pada 1955.

 

3. Krisis (1953)

Via Istimewa

Film yang dibintangi oleh Rd Sukarno, Udjang, dan Tina Melinda ini berlatar belakang masa revolusi Indonesia dan mengisahkan dua peristiwa. Pertama mengenai pengungsian yang dilakukan Jaka (Rd Sukarno) karena revolusi. Kedua, kisah Maryam yang menerima kenyataan pahit akibat revolusi.

Bergenre komedi satire, film ini menggambarkan keadaan masyarakat zaman tersebut soal perilaku korupsi. Sayangnya, Krisis sempat ditolak bioskop Capitol yang berada di kawasan Pasar Baru, Jakarta, karena dianggap sebagai film kelas bawah. Namun, Krisis justru dibanjiri penonton di bioskop Megaria (Metropole) dan menembus Box Office.

Lo juga bisa lihat 5 Film Lokal yang Mendunia tapi Dilarang di Indonesia.

 

4. Tamu Agung (1955)

Via Istimewa

Film drama komedi Indonesia ini masih punya visual hitam-putih. Dibintangi oleh Cassin Abbas, Nina Amora, M. Pandji Anom, dan Chitra Dewi. Film komedi politik satire ini mengisahkan kisruh menjelang kunjungan seorang tamu terhormat ke desa kecil yang terisolasi di Jawa Timur. Latarnya sendiri menggambarkan konstelasi politik pada 1955 pas dilaksanakannya Pemilhan Umum pertama di Indonesia.

Tamu Agung gagal secara komersial dan enggak disukai oleh pemerintahan Soekarno. Meski begitu, film ini berhasil mendapat respons positif dari para kritikus. Makanya, film ini dibiarkan beredar. Hebatnya, film ini berhasil ditayangkan dalam ajang Asia Film Festival pada 1956 di Hong Kong serta memenangkan kategori “Best Comedy”.

 

5. Tiga Dara (1956)

Via Istimewa

Tiga Dara merupakan film musikal pertama di Indonesia. Karya Usmar ini bisa dibilang sukses dalam industri perfilman Indonesia. Tiga Dara dianggap sebagai salah satu film terbaiknya. Sayangnya, Usmar malah berkali-kali mengungkapkan ketidaksukaannya soal Tiga Dara. Soalnya, Usmar menganggap film ini hanya untuk komersial, berbeda dengan film-film lainnya yang idealis.

Film ini bisa dibilang banjir respons positif. Bahkan, Presiden Ir. Soekarno pernah menayangkan film ini di Istana Bogor sebagai hadiah ulang tahun untuk istrinya. Karena fenomenal di zamannya, Tiga Dara sempat direstorasi ulang pada 2015 dan di-remake pada 2016. Saking tak lekang oleh zaman, film ini meraih penghargaan FFI kategori “Tata Musik Terbaik” pada 2016.

Telusuri juga 6 Film Jadul Indonesia yang Harus Banget Di-reborn.

***

Karya-karyanya masih terus dikenang meski Usmar telah wafat pada 2 Januari 1971 di usia 49 tahun. Semasa hidupnya, Usmar enggak hanya berkreasi dalam industri perfilman, tapi juga menjadi seorang seniman yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Dia selalu mempertahankan kualitas karyanya meski perusahaannya harus bangkrut. Jiwa patriotismenya terhadap bangsa Indonesia menyadarkan masyarakat melalui film-filmnya.

Via Istimewa

Selamat ulang tahun, Usmar Ismail!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.