5 Siasat Rumah Produksi Film untuk Menghemat Budget

Budgeting adalah hal penting yang memang benar-benar harus dipikirkan oleh rumah produksi film. Besar kecilnya anggaran dalam membuat film dapat memengaruhi kualitas film. Sayangnya enggak semua rumah produksian punya anggaran yang besar untuk dapat mewujudkan film sesuai ekspektasi sutradaranya.

Nah, ada beberapa cara yang dilakukan agar dapat menekan anggaran. Film apa saja dan bagaimana cara mereka menyiasatinya? Simak ringkasannya berikut ini.

Siasat rumah produksi film untuk menghemat budget

1. Deadpool – Menggabungkan tiga karakter jadi satu

Film Deadpool pertama yang rilis tahun 2016 mungkin ditunggu-tunggu banyak pecinta Marvel. Meski begitu rumah produksi 20th Century Fox yang juga membiayai film ini sangat tidak yakin jika filmnya bakal berhasil memuaskan publik. Ketika filmnya hendak digarap, kabar buruk menerpa tim produksi. Anggaran filmnya harus dipangkas USD 7 juta. Jika filmnya mau tetap diproduksi maka mau tak mau penghematan harus dilakukan.

Akhirnya Rhett Reese dan Paul Wernick, dua orang penulis skenario film Deadpool, mengalah dengan menggabungkan tiga karakter jadi satu karakter saja. Karakter tersebut adalah Angel Dust. Awalnya ada tiga karakter; yaitu Garrison Kane, Sluggo dan Wire, kemudian tiga karakter tersebut dijadikan satu supaya film ini dapat berhemat. Di akhir cerita, Deadpool dapat diterima dengan baik di masyarakat dan kini telah menelurkan dua film lainnya.

2. Star Trek 2 – Pakai footage film pertama

Film Star Trek pertama benar-benar berhasil merebut atensi publik. Fim ini menyajikan efek-efek ciamik yang belum pernah ditampilkan pada film-film lain pada masa itu. Hanya saja sebagai film fiksi ilmiah banyak orang mengeritik alur film ini yang terasa begitu lambat.

Melihat kesuksesan film pertama, Paramount Picture sebagai rumah produksi film  tentu berambisi untuk membuat film kedua yang alurnya lebih cepat, efek grafisnya tetap ciamik, namun anggarannya jauh lebih murah. Akhirnya Paramount Picture memberhentikan penulis skenario Gene Roddenberry dan menggantikannya dengan Harve Bennet.

Bennnet memang dikenal sebagai seorang penulis yang dapat berhemat ketika membuat film. Benar saja, Bennet berhasil menghemat anggaran. Dia menggunakan beragam properti dari film pertama. Menggunakan lokasi syuting yang sama dengan film pertama bahkan menggunakan beberapa footage yang tersisa. Alhasil, biaya pemuatan Star Trek 2 bisa jauh lebih murah.

3. Ascendant – Dari film bioskop jadi FTV

Ketika Divergent dirilis, Lionsgate mendapatkan laba yang begitu banyak. Film ini benar-benar laku keras di seluruh dunia. Film yang diadaptasi dari novel karya Veronica Roth itu akhirnya dibuatkan sekuelnya yang bejudul Insurgent. Sayangnya laba dari film itu tak sebesar film Divergent. Kendati demikian antusiasme publik masih cukup tinggi.

Tak berhenti sampai di situ, film ketiganya yang bertajuk Allegiant dibuat dengan harapan dapat mencetak laba lebih tinggi dari Insurgent.

Kenyataannya adalah pendapatan film Allegiant malah lebih kecil dari Insurgent. Lionsgate dibuat galau soalnya waralaba film ini masih menyisakan satu film lagi. Sebagian orang masih menanti kelanjutan ceritanya, namun film keempat ini sama sekali tidak menjanjikan keuntungan bagi Lionsgate.

Alhasil mereka ambil jalan tengah, merilis Ascendant di televisi sebagai sebuah FTV. Para penggemar tentu kecewa Lionsgate melakukan ini. Sebagian orang mengerti jika ini hanya akal-akalan Lionsgate supaya nama film Ascendant kembali diperbincangkan publik sehingga saat filmnya akhirnya dirilis di bioskop, jumlah penontonnya dapat mencetak laba yang besar

4. Terminator – Syuting tanpa izin

Ketika James Cameron diamanahi membuat film Terminator, dia hanya dibekali uang yang sangat minim. Jumlah uang yang membuat seorang James Cameron yang saat itu belum terkenal harus memutar otak supaya produksi film ini berjalan lancar.

Sejalan dengan niat James yang ingin membuat film ini dengan kesan bar-bar, Terminator mengambil lokasi syuting yang senatural mungkin. Akhirnya jalan-jalan di kota Los Angeles dipilih sebagai alternatifnya. Uniknya demi menekan pengeluaran anggaran, film Terminator tidak izin untuk melakukan syuting.

Hasilnya, berulang kali proses syuting film ini hendak dibubarkan oleh kepolisian setempat karena tak berizin. Untung, James dan kru lainnya dapat kembali memutar otak dan memaksimalkan budget minim yang mereka punya. Hasil akhir di bioskop membuat James Cameron benar-benar puas apalagi filmnya mencetak laba yang fantastis.

5. The Purge – Cabut fasilitas untuk pemeran utama

Rumah produksi Blumhouse memang rumah produksi yang dikenal membuat film dengan budget minim namun berhasil mencetak laba yang berkali lipat. Film Paranormal Activity atau Get Out contohnya. Dengan budget super minim, filmnya berhasil meledak dan mencetak uang yang banyak.

Film The Purge juga diproyeksikan untuk jadi film seperti itu. Sutradara James DeMonaco meminta anggaran USD 8 juta, namun Jason Blum pemilik Blumhouse Production memangkasnya dan hanya memberi anggaran 5 juta dolar Amerika. Imbasnya banyak biaya produksi film dicoret. Termasuk biaya anggaran untuk fasilitas Ethan Hawke yang jadi aktor utama film itu.

Ethan tak diberikan akomodasi, supir dan hal fundamental lain. Bahkan diberitakan Ethan sampai tidur di sofa Jason Blum selama menggarap film ini. Tapi, ternyata film Purge benar-benar mencetak laba yang begitu besar. Dikabarkan film ini mendapat keuntungan hingga USD 90 juta.

                                                                    ***

Melihat kondisi yang dialami oleh para sutradara tadi, tak ayal kalau akhirnya siasat-siasat absurd terpaksa diambil demi menyelamatkan produksian keseluruhan. Lagipula keputusan dari si rumah produksi film tadi bersifat mutlak, jadi mau tidak mau mereka yang harus menyesuaikan.

Itu dia lima siasat yang dilakukan sebuah film untuk menekan pengeluaran anggarannya. Dari lima cara di atas mana yang menurut kamu paling unik?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.