7 Film Hollywood yang Dituding Mengandung Penyalahan Budaya

– Film Hollywood di bawah ini mengadaptasi budaya setempat.
– Sebagian besar judul di bawah ini diproduksi atau didistribusi Disney.

Cultural appropriation seringkali diartikan sebagai penyalahgunaan budaya. Secara sederhana, cultural appropriation merupakan sebuah konsep yang biasa digunakan untuk menyebut seseorang yang meminjam atribut budaya lain, dalam hal ini budaya minoritas, yang pada akhirnya bikin budaya tersebut dirayakan dengan cara yang enggak pernah dilakukan oleh pencetusnya.

Cultural appropriation sendiri bisa muncul di mana saja, bahkan dalam film-film. Nah, berikut ini beberapa film Hollywood yang dituding mengandung cultural appropriation.

1. Isle of Dogs (2018)

Via Istimewa

Isle of Dogs adalah sebuah film stop motion karya Wes Anderson yang mengambil latar di Megasaki, sebuah kota fiksi di Jepang. Film ini mengisahkan tentang para anjing yang dibuang ke pulau sampah karena ada wabah flu anjing.

Berdurasi 105 menit, film Isle of Dogs menggunakan animasi yang indah sehingga memiliki estetika tersendiri, dan tentunya menampilkan unsur budaya tradisional Jepang yang kental. Namun, film ini justru ramai dibicarakan karena dianggap mengandung cultural appropriation.

Cultural appropriation dituduhkan salah satunya karena film ini menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Jepang dan bahasa Inggris. Namun, bahasa Jepang yang muncul malah terasa klise dan sangat umum, padahal seharusnya turut menjadi hal yang dominan pada film. Kemudian dari sekian banyak tokoh, yang menjadi pahlawan di film ini juga malah orang “kulit putih”, bukan tokoh orang Jepang sendiri.

2. Moana (2016)

Via Disney

Moana, salah satu film besutan Disney yang terinspirasi dari legenda masyarakat Polinesia, ternyata juga dituding mengandung cultural appropriation. Penggambaran Maui, tokoh demigod atau manusia setengah dewa di film tersebut yang menjadi masalah.

Kalian harus tahu, kalau Maui itu bukan sekadar karakter fiksi ciptaan Disney. Maui adalah sosok yang sangat dihormati dalam tradisi Polinesia dan dipandang oleh orang-orang di kepulauan Pasifik sebagai nenek moyang, penguasa Hawaii yang agung. Bahkan di beberapa daerah, Maui dipercaya sebagai pencipta kepulauan Hawaii.

Sebagai demigod dan pahlawan budaya, Maui adalah sosok yang bermartabat, kuat, dan cerdas. Namun, Maui yang ditampilkan di film Moana enggak mencerminkan itu, malah terkesan lucu dan sembrono. Bahkan, justru terlalu berbau Barat melalui kuncir rambut dan tatonya.

Via Disney

Hal lain yang juga diperbincangkan tentang film Moana adalah kostum Halloween edisi Maui yang dirilis oleh Disney. Kostum tersebut terdiri dari kalung hiu, rok hula, dan kulit coklat yang lengkap dengan tato tribal ala Maui.

Masyarakat Polinesia selaku pemilik cerita Maui merasa kecewa dengan Disney yang menjual warna kulit mereka, sehingga anak-anak yang mengenakan kostum Maui hanya akan menganggap atribut khas Polinesia tersebut sebagai alat kesenangan semata dan tanpa rasa hormat, sehingga pada akhirnya, Disney menarik kostum Maui dari toko mereka.

3. Black Panther (2018)

Via Disney

Seperti yang kalian tahu, film Black Panther adalah film superhero yang memiliki latar tempat fiksi di tanah Afrika yaitu Wakanda. Film Black Panther menggunakan mayoritas pemeran berkulit hitam dan banyak detail lainnya untuk semakin mencerminkan Afrika. Namun, anggapan cultural appropriation muncul setelah film ini diketahui juga memasukkan budaya India.

Hal ini mulai terlihat ketika mendengar tokoh M’baku mengatakan “glory to Hanuman”. Hanuman sebenarnya adalah dewa kera putih dalam kepercayaan India, khususnya agama Hindu.

Kemudian, kalian juga pasti memperhatikan pakaian-pakaian yang dikenakan di film tersebut, terutama pakaian sang raja T’Challa. Pakaian tersebut bentuknya sangat menyerupai Sherwani, pakaian tradisional India untuk laki-laki, yang sering digunakan dalam acara pernikahan India.

4. Coco (2017)

Via Disney

Film Coco keluaran Disney-Pixar adalah sebuah film animasi yang sangat kental dengan suasana dan budaya Meksiko. Coco mengangkat cerita tentang Dia de los Muertos, sebuah hari raya kematian di Meksiko untuk menghormati mereka yang sudah tiada.

Hari raya tersebut dirayakan dengan festival dan pesta kostum yang hampir mirip dengan perayaan Halloween. Tradisi Meksiko digambarkan begitu indah di film ini.

Via Disney

Terlepas dari fakta bahwa film Coco adalah film yang indah, ternyata beberapa orang menganggap film ini mempergunakan tradisi Meksiko untuk keuntungan kapitalis semata. Tak dipungkiri bahwa Dia de los Muertos telah menjadi komoditas yang menguntungkan berkat film Coco. Sayangnya, keuntungan itu mengalir bebas ke Amerika Serikat sementara pada saat yang sama, Trump, mendeportasi orang-orang Meksiko dan banyak imigran lainnya.

Pada 2013, Disney juga mencoba untuk memberikan hak cipta untuk “Day of the Dead”. Setelah menghadapi reaksi yang keras dari masyarakat, Disney terpaksa mundur dari upaya mereka tersebut.

5. Star Wars: Episode I – The Phantom Menace (1999)

Via Istimewa

Star Wars adalah sebuah franchise yang sangat besar dan sudah terkenal sejak lama. Pendapatan box office-nya saja diperkirakan miliaran dolar. Itu pun tanpa memperhitungkan acara televisi, game, buku, novel grafis, dan merchandise.

Salah satu tokoh Star Wars yang terkenal adalah Padme Amidala (Natalie Portman), dengan pakaiannya yang mewah dan fantastis. Kalau kalian tahu, pakaian Padme Amidala sebenarnya sangat mirip dengan pakaian tradisional Mongolia.

Namun di film Star Wars, pakaian tersebut dibuat memiliki arti tersendiri yang jauh berbeda dengan arti pakaian tradisional Mongolia. Seperti, bagian riasan wajah dengan dua titik merah di masing-masing pipi, sebenarnya menjadi penanda untuk wanita Mongolia yang sudah menikah. Sedangkan pada Padme, digambarkan sebagai harmoni dan keseimbangan untuk planet.

Via Istimewa

Lalu, tanda merah di tengah bibir terlihat mirip dengan riasan geisha, sedangkan pada Padme dianggap sebagai bekas luka perpisahan. Bagian hiasan kepalanya juga sebenarnya digunakan oleh suku Mongolia Khalkha, yang merupakan salah satu etnis terbesar di Mongolia.

Hal yang bikin banyak orang gemas dan menganggap hal tersebut sebagai cultural appropriation adalah bagaimana tim desainer Star Wars dianggap sangat kreatif ketika menciptakan desain pakaian dan riasan untuk tokoh Padme. Bahkan, pihak Star Wars sendiri mengatakan bahwa pakaian unik tersebut mungkin baru pertama kali dilihat oleh orang-orang.

6. The Last Airbender (2010)

Via Istimewa

Film The Last Airbender merupakan sebuah film fantasi yang terinspirasi dari serial Avatar berjudul sama. Film ini banyak menuai kontroversi dan disebut-sebut sebagai sebuah cultural appropriation.

Film The Last Airbender menggunakan latar belakang dan pemain dari Asia Timur, tapi tetap menggunakan pemeran kulit putih untuk karakter-karakter utama. Entah bagaimana, susunan pemain seperti ini terasa lebih menghina bagi Asia, daripada enggak menggunakan pemain Asia sama sekali.

Kalau mau menggunakan pahlawan berkulit putih, paling enggak buat semua orang di situ juga berkulit putih. Jangan menggunakan pemain dan budaya Asia hanya sebagai latar belakang saja, seolah mempertegas bahwa yang bisa menyelamatkan dunia hanyalah orang kulit putih.

7. The Lion King (1994)

Via Disney

The Lion King adalah film yang ikonis dalam berbagai hal. Dari segi cerita, musik, lagu, hingga teknik animasinya yang memukau. Enggak hanya bikin banyak penonton jatuh cinta sejak pertama dirilis pada 1994, film ini juga telah menginspirasi pentas musikal yang memenangkan banyak penghargaan. Live action dari film ini yang tayang tahun lalu juga enggak bisa kalian lewatkan begitu saja.

Salah satu hal yang terkenang dan mudah diingat dari film ini adalah kata “Hakuna Matata” yang berasal dari bahasa Swahili dan memiliki arti “enggak masalah” atau “jangan khawatir”. Kata tersebut telah dipatenkan oleh Disney sejak 2003, tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa apa yang dilakukan Disney tersebut enggak pantas.

Bagaimana bisa bahasa suatu budaya dipatenkan? Kalau bisa begitu caranya, maka kita juga berhutang royalti pada Inggris karena hampir semua orang menggunakan bahasa Inggris.

***

Jadi bagaimana, nih, menurut kalian film Hollywood di atas benar mengandung cultural appropriation atau enggak? Pada dasarnya, konsep cultural appropriation sendiri jadi rancu dan kadang disalahgunakan banyak orang untuk menyenangkan ego mereka sendiri.

Jadi, para pembuat film memang harus lebih berhati-hati dan mengemas film dengan konsep dan pemasaran yang bagus serta bisa diterima.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.