Tak Akurat, 5 Film Tema Psikologi Ini Dikritik Psikolog

– Film Hollywood di bawah ini menampilkan karakter utama yang memiliki masalah psikologi.
– Sebagian besar film Hollywood di bawah ini raih penghargaan dan berhasil secara pendapatan.

Mengangkat isu tentang psikologi, enggak semua sutradara Hollywood bisa secara tepat memasukkan unsur psikologi ke dalam filmnya. Terkadang, ada beberapa aspek dalam film tersebut yang dinilai para psikolog kurang akurat.

Sejumlah pakar psikologi sempat mengkritisi beberapa film karena ada unsur-unsur yang salah dalam menggambarkan cara kerja psikologi dalam manusia maupun cara kerja para psikolog profesional. Walaupun begitu, film-film tersebut berhasil jadi film blockbuster populer dan bahkan meraih banyak penghargaan bergengsi.

Nah, langsung saja simak lima film Hollywood tentang psikologi yang justru dikritik psikolog!

5. One Flew Over the Cuckoo’s Nest (1975)

Via Istimewa

Sebelum The Silence of the Lambs, film One Flew Over the Cuckoo’s Nest juga berhasil memenangkan lima kategori top Oscar. Film yang dibintangi Jack Nicholson ini berkisah tentang pasien baru di sebuah rumah sakit jiwa.

Dinobatkan sebagai salah satu film Hollywood terbaik sepanjang masa, One Flew Over the Cuckoo’s Nest dipuji para psikolog karena cukup realistis menggambarkan prosedur rumah sakit jiwa. Walaupun begitu, tidak semua adegannya akurat. Misalnya, ketika salah satu adegan ketika para pasien menyuap karyawan dengan uang dan alkohol.

Selain itu, seorang psikiater Wind Goodfriend, Ph.D. juga mengkritisi bahwa film ini bisa memberikan gambaran yang salah terhadap para psikiater. Menurutnya, kemungkinan adanya psikiater korup dan jahat seperti Suster Ratched ini sangat kecil. Soalnya, para psikiater bekerja di rumah sakit jiwa karena memang ingin menolong, bukan malah melakukan eksperimen aneh atau berbuat jahat dan korup.

4. Donnie Darko (2001)

Via Istimewa

Donnie Darko berkisah tentang Donnie (Jake Gyllenhaal), seorang remaja pria yang mengaku sering “dihantui” pria berkostum kelinci yang memanipulasinya untuk melakukan berbagai tindakan kriminal. Ketika psikiaternya, Dr. Thurman (Katharine Ross) mengetahui hal tersebut, dia segera mendiagnosis Donnie dengan skizofrenia.

Hal ini kemudian dikritisi para psikolog karena tindakan Dr. Thurman tidak tepat. Diagnosis skizofrenia bukanlah hal yang dapat dilakukan dengan sekejap, seperti yang dilakukan Dr. Thurman di bagian akhir film. Tindakan tersebut pun dinilai tidak etis oleh para psikolog.

3. The Departed (2006)

Via Istimewa

Berhasil memenangkan empat dari lima nominasi Oscar serta ratusan penghargaan lainnya, The Departed tetap tak luput dari kritikan para psikolog. Film yang digarap sutradara ternama Martin Scorsese ini menampilkan karakter Dr. Madolyn Madden (Vera Farmiga) yang merupakan seorang psikiater.

Menurut para pakar psikologi, hampir semua hal yang dilakukan atau dikatakan oleh Dr. Madolyn bertentangan dengan apa yang dilakukan psikiater di kehidupan nyata. Contoh, ketika Dr. Madolyn menjalani hubungan pribadi bahkan berhubungan seksual dengan pasiennya, Billy Costigan (Leonardo DiCaprio).

Walaupun begitu, film yang juga dibintangi Matt Damon dan Jack Nicholson ini tetap menjadi salah satu film thriller kriminal terbaik sepanjang tahun 2000-an.

2. Split (2016)

Berkisah tentang seseorang yang memiliki 23 kepribadian yang berbeda, Split berhasil jadi salah satu film Hollywood yang laris manis dengan pendapatan 278 juta dolar (sekitar Rp3,9 miliar). Walaupun sukses dan dinikmati para penonton, film yang dibintangi James McAvoy ini mendapat kritikan terkait stigma terhadap penderita dissociative identity disorder (DID) seperti yang dialami karakter utama, Kevin.

Institusi kesehatan mental, komunitas DID, dan psikiater pun menjelaskan penggambaran karakter McAvoy dengan 23 kepribadian yang akhirnya menculik serta melakukan kekerasan ini sama sekali kurang tepat. Dr. Garrett Marie Deckel, spesialis DID mengatakan bahwa film ini hanya akan membuat penderita DID semakin menderita karena stigma dan penggambaran tersebut.

Berdasarkan riset yang dilakukan, penderita DID lebih mungkin menyakiti dirinya sendiri daripada orang lain. Penampilan karakter dengan 23 kepribadian yang dibuat jadi horor dan kejam ini dapat menimbulkan salah interpretasi dan stigma yang salah ditangkap oleh masyarakat.

1. Joker (2019)

Via Istimewa

Mengangkat tentang isu kesehatan mental, film Joker garapan Todd Phillips berhasil meraih 11 nominasi Oscar dan memenangkan dua di antaranya. Film yang menceritakan asal-usul villain ikonis DC ini memang populer dan mendapat banyak pujian, baik dari para kritikus maupun penontonnya.

Namun, para pakar psikologi sempat mengkritisi salah satu adegan dalam film yang dibintangi Joaquin Phoenix ini karena dianggap enggak akurat. Adegan tersebut adalah ketika Arthur Fleck memberikan jurnalnya untuk dibaca psikiaternya. Menurut para pakar psikologi, hal tersebut enggak mungkin terjadi di kehidupan nyata karena psikiater pasti akan menolak untuk membaca jurnal pasiennya.

Selain itu, para ahli juga mengatakan adanya keliru persepsi soal hubungan penyakit mental dan kekerasan. Menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat, sebagian besar orang dengan masalah kesehatan mental tidak lebih mungkin melakukan kekerasan daripada orang lain: Hanya 3% hingga 5% tindakan kekerasan yang bisa dikaitkan dengan mereka yang hidup dengan gangguan mental serius.

Sementara itu, seperti yang diilustrasikan oleh Arthur Fleck, orang dengan penyakit mental yang parah, 10 kali lebih mungkin menjadi korban kejahatan dengan kekerasan. Psikiater Vasilis K. Pozios dan Praveen R. Kambam dari Broadcast Thought, konsultan kesehatan mental untuk film, juga menyatakan keprihatinan bahwa Joker terlalu bergantung pada penyakit mental karakter tersebut.

***

Nah, itulah sejumlah film psikologi yang sempat dikritik pakar psikologi karena ada beberapa bagian yang tidak akurat. Dari daftar tersebut, manakah yang jadi favorit kalian?

Share pendapat kalian pada kolom komentar di bawah ini, ya! Ikuti juga KINCIR untuk informasi menarik seputar film lainnya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.