- Hollywood memang hobi membuat film live action game, namun sebagian besar menyimpang dari gamenya.
- Ada satu sutradara yang getol banget bikin film live action game yang buruk!
Belum lama ini, Sony Pictures merilis trailer perdana film live action Monster Hunter. Yap, salah satu waralaba game terlaris dari Capcom bakal hadir dalam bentuk film Hollywood. Sayangnya, film Monster Hunter enggak disambut dengan baik oleh para penggemar gamenya. Video teaser maupun trailer film Monster Hunter dibanjiri dislike dan hujatan dari netizen.
Sebaiknya, penggemar game jangan dulu menilai buruk sebelum melihat filmnya secara langsung. Namun, berbagai aspek di trailer film Monster Hunter yang enggak sesuai dengan gamenya keburu mengecewakan penggemar. Sebelumnya, Hollywood memang sudah sering merilis film live action game yang melenceng dari gamenya. Enggak heran banyak gamer yang keburu pesimis setiap Hollywood mengumumkan proyek film live action game.
Apakah kalian tahu bahwa film pertama Mortal Kombat (1995) juga digarap oleh sutradara film Monster Hunter, yaitu Paul W. S. Anderson? Walau film pertama Mortal Kombat bukanlah film yang fantastis, penggemar gamenya terbilang cukup puas dengan film tersebut. Enggak heran bahwa Mortal Kombat sangat sukses secara pendapatan dan New Line Cinema pun percaya diri membuat sekuelnya yang diberi judul Mortal Kombat: Annihilation.
Bukannya lebih baik, Mortal Kombat: Annihilation malah menampilkan kualitas yang jauh lebih buruk dari film pertamanya. Segala hal yang ada di film garapan John R. Leonetti ini terlihat enggak beres, mulai dari cerita, akting, dan yang paling parah adalah kualitas CGI-nya. Pertarungan akhir Mortal Kombat: Annihilation bagaikan melihat pertarungan naga yang kualitas CGI-nya setara dengan naga yang ada di sinetron Indonesia.
Setahun sebelum film Mortal Kombat dirilis, Hollywood terlebih dulu menggarap film live action game fighting dari Capcom, yaitu Street Fighter. Secara penampilan fisik, berbagai aktor yang membintang film garapan Steven E. de Souza ini benar-benar didandani sesuai dengan penampilan karakter yang ada di gamenya. Namun, penampilan fisik aktor tentunya bukan syarat utama agar filmnya mendapatkan penilaian positif.
Selain Raul Julia yang memerankan Bison, penampilan aktor lainnya dianggap kurang maksimal dalam memerankan karakternya. Lalu, beberapa aspek cerita yang ada di gamenya pun diubah, salah satu contohnya adalah Cammy yang dibuat berada di pihak yang baik. Parahnya lagi, film live action game fighting ini malah menampilkan adegan pertarungan yang sama sekali enggak spesial.
15 tahun setelah dirilisnya Street Fighter, 20th Century Fox me-reboot film tersebut dan diberi judul Street Fighter: The Legend of Chun-Li. Seperti judulnya, film yang dijadikan prekuel game pertama Street Fighter ini berfokus pada kisahnya Chun-Li.
Kekecewaan penggemar terhadap film Street Fighter terdahulu seharusnya menjadi pembelajaran agar Street Fighter: The Legend of Chun-Li dapat menyajikan cerita yang jauh lebih baik. Kenyataannya, film reboot ini malah jauh lebih buruk dari film sebelumnya.
Sutradara Andrzej Bartkowiak tampaknya ingin mengemas Street Fighter: The Legend of Chun-Li dalam nuansa yang lebih serius dibandingkan film terdahulunya. Sayangnya, Bartkowiak malah mengemas film ini dengan jalan cerita yang membosankan. Ditambah lagi, adegan pertarungannya jauh lebih buruk dibandingkan film sebelumnya.
Apa yang terjadi pada Silent Hill: Revelation bisa dibilang mirip dengan Mortal Kombat: Annihilation. Walau enggak persis mengikuti cerita yang ada di game pertama Silent Hill, film pertama Silent Hill (2006) cukup diterima dengan baik oleh para penggemar gamenya. Soalnya, film tersebut menghadirkan jalan cerita dan adegan flashback yang sama menakutkannya dengan gamenya.
Film pertama Silent Hill terbilang sukses secara pendapatan dan sekuelnya yang berjudul Silent Hill: Revelation pun dirilis. Sayangnya, film sekuelnya malah menampilkan kualitas cerita yang lebih buruk dari film pertamanya. Film yang diadaptasi dari game Silent Hill 3 ini juga terlalu berusaha untuk menjadi lebih seram hingga menampilkan jump scare yang terlalu berlebihan.
Setelah sembilan tahun waralaba game Assassin’s Creed menemani para gamer, 20th Century Fox akhirnya mengadaptasi game tersebut menjadi film live action. Alih-alih mengadaptasi salah satu seri game Assassin’s Creed, sutradara Justin Kurzel memilih untuk menghadirkan cerita baru yang tetap berhubungan dengan semesta gamenya.
Walau mengangkat kisah baru, penggemar gamenya dijamin bakal menemukan berbagai referensi yang ada di gamenya. Bahkan, cerita di film ini mungkin hanya bisa dimengerti oleh pemain gamenya dan kurang ramah bagi penonton yang enggak main gamenya. Walau cukup setia dengan gamenya, jalan cerita film Assassin’s Creed terlalu membosankan untuk ditonton, bahkan bagi penggemar gamenya.
Seri film Resident Evil memang jadi seri film live action game yang bernasib mujur karena sukses secara pendapatan. Enggak bisa dimungkiri bahwa seri film ini menampilkan aksi tembak-tembakan yang cukup menarik untuk orang yang enggak mengikuti seri gamenya. Namun bagi penggemar gamenya, seri film ini tentu saja dianggap mengkhianati cerita yang ada di gamenya.
Bukannya memilih salah satu karakter gamenya sebagai karakter utama seri filmnya, sutradara Paul W. S. Anderson malah menciptakan karakter baru, yaitu Alice, sebagai karakter utamanya. Memang, karakter yang ada di gamenya akhirnya muncul satu per satu setelah film pertamanya. Namun, kehadiran mereka seakan hanya menjadi pemanis untuk menyenangkan penggemar gamenya.
Buat kalian yang belum tahu, Uwe Boll merupakan sutradara asal Jerman yang getol banget bikin film live action game. Banyak judul film live action game yang disutradarai oleh Boll, di antaranya House of the Dead (2003), Alone in the Dark (2005), BloodRayne (2006), dan masih banyak lagi. Sayangnya, enggak ada satupun film garapan Boll yang memiliki kualitas yang layak untuk ditonton.
Saking jelek film-film buatannya, akhirnya muncul petisi yang meminta Boll untuk pensiun dari dunia perfilman pada April 2008. Petisi tersebut pada akhirnya gagal mencapai 1 juta tanda tangan, sehingga Boll masih percaya diri untuk melanjutkan kariernya sebagai sutradara. Lalu pada 2016, Boll akhirnya memutuskan pensiun dan berhenti membuat film live action game yang buruk.
***
Itulah deretan film live action game yang jalan ceritanya enggak sesuai ekspektasi dan mengecewakan para gamer. Di antara ketujuh film di atas, manakah yang membuat kalian paling kecewa? Atau, ada film live action game lainnya yang lebih mengecewakan menurut kalian?