5 Franchise Film Terburuk Sepanjang Masa (Bagian 2)

– Laku keras, franchise film Hollywood berikut ini malah panen nilai buruk dari kritikus.
– Ada franchise film yang dilarang tayang di Indonesia!

Apa yang biasanya studio film Hollywood lakukan jika ada salah satu filmnya yang sukses besar? Jika ceritanya memungkinkan, studio film biasanya enggak akan ragu untuk menggarap sekuel dari film sukses tersebut. Jika sekuelnya kembali sukses, biasanya bakal ada film selanjutnya hingga terciptalah sebuah waralaba atau franchise dari film tersebut.

Namun perlu diingat, film yang laris enggak menjamin bahwa film tersebut pasti mendapatkan penilaian yang baik dari kritikus. Sebelumnya, KINCIR telah menyebutkan lima franchise film yang langganan dapat penilaian jelek dari kritikus. Ternyata, masih ada franchise film lainnya yang juga dihujani banyak kritikan walau filmnya laku keras.

Nah, franchise film Hollywood apa saja yang langganan mendapatkan nilai buruk di hampir setiap seri filmnya?

1. Fifty Shades

Via Istimewa

Bukan rahasia lagi bahwa ada beberapa judul film Hollywood yang dilarang tayang di Indonesia karena terlalu vulgar, salah satunya adalah seri film Fifty Shades. Yap, franchise film yang diangkat dari novel erotis ini mengangkat kisah yang cukup kontroversial, yaitu tentang hubungan sadomasokis di antara Christian Grey dan Anastasia Steele.

Walau enggak tayang di beberapa negara, Fifty Shades of Grey (2015) tetap sukses besar. Dengan bujet 40 juta dolar (sekitar Rp564 miliar), film pertama Fifty Shades ini berhasil mendapatkan pemasukan sebanyak 570 juta dolar (sekitar Rp8,03 triliun). Berbanding terbalik kesuksesan pendapatannya, Fifty Shades of Grey diihujani banyak kritikan dan hanya mendapatkan skor 25% di Rotten Tomatoes.

Penilaian buruk dari kritikus tentu saja enggak menghentikan Universal Pictures untuk membuat Fifty Shades menjadi film trilogi seperti novelnya. Sayangnya, pendapatan Fifty Shades Darker (2017) dan Fifty Shades Freed (2018) malah semakin menurun, begitu juga dengan penilaiannya. Fifty Shades Darker hanya mendapatkan skor 11%, sedangkan Fifty Shades Freed hanya mendapatkan skor 12%.

2. The Scorpion King

Via Istimewa

Dwayne Johnson debut sebagai aktor lewat perannya sebagai Scorpion King di film The Mummy Returns (2001). Setahun setelahnya, Universal Pictures merilis film spin-off tentang karakternya Johnson yang diberi judul The Scorpion King (2002). Hanya setahun debut sebagai aktor, Johnson langsung mendapatkan kesempatan menjadi pemeran utama!

Walau enggak sesukses The Mummy Returns, The Scorpion King masih terbilang untung besar dengan pendapatan 179 juta dolar (sekitar Rp2,5 triliun) dari bujet 60 juta dolar (sekitar Rp845 miliar). Di sisi lain, The Scorpion King dikritik karena jalan ceritanya yang cheesy, efek visualnya yang buruk, dan dialog yang lebih mirip seperti dialog sitcom. Alhasil, film ini hanya mendapatkan skor 41% di Rotten Tomatoes.

Siapa sangka Universal Pictures ternyata membuat empat sekuel untuk The Scorpion King. Dibandingkan film pertamanya, empat sekuel The Scorpion King bisa dibilang mengalami downgrade karena semuanya enggak dirilis di bioskop dan langsung dirilis dalam bentuk DVD, Blu-Ray, dan digital. Ditambah lagi, keempat sekuel The Scorpion King sama sekali enggak mendapatkan penilaian dari kritikus di Rotten Tomatoes, loh!

3. Anaconda

Via Istimewa

Selain dikenal sebagai penyanyi, Jennifer Lopez juga aktif sebagai aktris di sepanjang kariernya. Ada berbagai judul film yang dibintangi oleh Lopez, salah satunya adalah Anaconda (1997). Seperti judulnya, film ini berkisah tentang manusia yang menghadapi ular raksasa anakonda. Konsep cerita tersebut ternyata cukup menarik minat penonton, sehingga Anaconda mendapatkan pemasukan sebanyak 137 juta dolar (sekitar Rp1,9 triliun) dari bujet 45 juta dolar (sekitar Rp634 miliar).

Sayangnya, kritikus menganggap Anaconda menampilkan jalan cerita yang absurd. Itulah sebabnya, film ini hanya mendapatkan skor 39% di Rotten Tomatoes. Walau begitu, kesuksesan Anaconda membuat Sony Pictures percaya diri menggarap sekuelnya yang berjudul Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid (2004), yang ceritanya berlatar tempat di Kalimantan, Indonesia.

Bahkan setelah merilis Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid, Sony Pictures merilis tiga sekuel lainnya. Ini berarti total ada lima film di waralaba Anaconda. Film keduanya mendapatkan pendapatan dan penilaian yang lebih rendah dari film pertamanya. Lalu, tiga film terakhir Anaconda hanya dirilis dalam bentuk DVD, Blu-Ray, dan digital.

4. Saw

Via Istimewa

Kalian mungkin enggak asing dengan salah satu sutradara spesialis film horor, yaitu James Wan. Sebagai informasi, Wan memulai kariernya sebagai sutradara lewat film Saw (2004). Hanya dengan bujet 1,2 juta dolar (sekitar Rp17 miliar), Saw berhasil mendapatkan pemasukan sebanyak 104 juta dolar (sekitar Rp1,4 triliun)!

Konsep cerita yang sadis dan penuh teka-teki yang ditawarkan Saw memang berhasil menarik minat penonton. Namun, film ini ternyata kurang berhasil memuaskan kritikus. Alhasil, Saw hanya mendapatkan skor 49% di Rotten Tomatoes. Kritikus menyorot naskah Saw yang dianggap berbelit-belit. Namun, mereka juga enggak lupa memuji berbagai kejutan yang ada di film ini.

Kesuksesan Saw membuat Lionsgate percaya diri untuk mengembangkan tujuh sekuel Saw. Semua film yang ada di waralaba Saw terbukti sukses secara pendapatan. Namun, penilaian film kedua hingga film ketujuh malah menurun dari film pertamanya. Selain film pertamanya, ketujuh film Saw lainnya mendapatkan skor di bawah 39% di Rotten Tomaotes.

5. Taken

Via Istimewa

Kalian pastinya tahu bahwa gambar di atas sempat populer banget dijadikan meme pada awal 2010-an. Nah, gambar tersebut sebenarnya diambil dari film Taken (2008). Film yang dibintangi oleh Liam Neeson ini berkisah tentang seorang ayah yang berusaha membebaskan keluarganya yang diculik. Dengan bujet 25 juta dolar (sekitar Rp353 miliar), Taken berhasil mendapatkan pemasukan sebanyak 227 juta dolar (sekitar Rp3,1 triliun).

Walau film ini begitu disukai oleh penonton, kritikus ternyata berpendapat sebaliknya. Kritikus menilai Taken menampilkan cerita yang terlalu banyak kebetulan dan akting aktornya yang biasa saja. Enggak heran Taken hanya mendapatkan skor 58% di Rotten Tomatoes. Namun, kesuksesan Taken tentu saja membuat film ini berkembang menjadi film trilogi.

Menariknya, pendapatan yang diperoleh Taken 2 (2012) dan Taken 3 (2014) malah jauh lebih besar dari film pertamanya. Di sisi lain, penilaian kritikus terhadap dua film tersebut malah semakin menurun. Taken 2 hanya mendapatkan skor 22% di Rotten Tomatoes dan Taken 3 hanya mendapatkan skor 12%.

***

Itulah deretan franchise film Hollywood terburuk yang pernah ada. Walau sukses besar, semua film yang termasuk dalam franchise di atas malah kurang mendapatkan sambutan baik dari kritikus. Di antara kelima franchise film di atas, manakah yang sebenarnya menjadi favorit kalian?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.