5 Fakta di Balik Scoring Film Joker yang Menyayat Hati

Film Joker berhasil menjadi film R-rated terlaris sepanjang masa. Film yang digarap Todd Phillips ini juga menjadi film DC Comics terpopuler yang pernah dibuat. Enggak mengherankan banyak piala penghargaan yang diterimanya. Total, ada 49 piala yang diraihnya dan 162 nominasi dari 78 ajang penghargaan, termasuk Golden Globe dan BAFTA.

Sebagian besar keberhasilan karena pujian dari pendekatan film yang dibuat Todd Phillips dan peran Joaquin Phoenix sebagai Arthur Fleck. Namun, cerita rasanya enggak pas, jika enggak ada scoring yang menyertai. Bahkan, scoring yang digarap oleh Hildur Guðnadóttir ini berhasil menyampaikan emosi Arthur Fleck meski punya efek yang enggak menyenangkan bagi sebagian orang.

Buat kalian yang lupa dengan filmnya, sekarang bisa menyaksikan kembali di CATCHPLAY+. Nah, sebenarnya, apa yang dilakukan Hildur Guðnadóttir saat menggarap suara-suara dalam film Joker? Apa yang menginspirasinya? Simak ulasan dari KINCIR berikut ini.

1. Keraguan Membawa sang Komposer ke Penghargaan

Ketika pertama kali ditawari kesempatan untuk menggarap scoring film Joker, Guðnadóttir ragu apakah dirinya orang yang tepat ‘mengisi jiwa’ film bertema jagoan. Mengingat, enggak ada dalam filmografinya menggarap scoring serupa. Namun, ketika membaca naskahnya, komposer asal Islandia ini tersentuh dengan cerita mendalam dari sang tokoh utama.

Guðnadóttir pun tertarik karena film Joker adalah cerita tentang lansekap emosional dan gejolak seseorang yang telah diperlakukan buruk oleh lingkungannya. Guðnadóttir pun merasa cocok dengan perjalanan batin Arthur Fleck.

Akhirnya, komposer yang juga mengaransemen musik dalam serial Chernobyl ini berhasil menjadi cewek pertama yang memenangi “Best Original Score” Golden Globe Award dan “Best Original Music” BAFTA lewat Joker. Bahkan, Piala Oscar pun diboyongnya!

2. ‘Paksa’ Joaquin Phoenix Dengarkan Musiknya

Melalui selo, alat musik andalannya, Guðnadóttir membuat instrumen nada klasik untuk salah satu adegannya. Nyatanya, saat Phillips dan Phoenix sedang ‘buntu’, Phillips memberikan suara tersebut untuk didengarkan Phoenix. Mendadak, Phoenix pun menari.

Enggak buang waktu, Phillips mengambil kamera dan merekam adegan tersebut. Adegan spontan ini kita bisa saksikan ketika Arthur masuk ke kamar mandi dan menari setelah membunuh tiga orang di kereta.

Kabarnya, Phoenix terus mendengarkan lagu tersebut sepanjang syuting karena menginspirasinya berperan sebagai Arthur Fleck dan Joker. Ingin melihat adegan menari di kamar mandi kembali? Kalian bisa nonton film Joker lagi di sini.

3. Hanya lewat Naskah

Saat menggarap Chernobyl, Guðnadóttir harus pergi ke Lithuania untuk menjadikan reaktor nuklir sebagai ‘alat musik’ rasa radiasi. Hasilnya, penonton pun merasa kengerian yang sama. Sedangkan, saat menggarap Joker, sang komposer harus membayangkan gelapnya kehidupan Arthur hanya dari naskah.

Guðnadóttir mengaku hanya duduk dengan selonya sambil menyelami pikiran Arthur. Saat memainkan nada pertama, dadanya merasa tertohok. Dirinya pun yakin bahwa musik Joker yang dia buat mirip dengan warna musiknya. Sama-sama bersifat kontemplatif dan memicu sisi gelapnya.

Salah satunya, pada momen Arthur membengkokkan badannya dan menampilkan tulang-belulangnya. Musik yang terdengar memicu perasaan simpati atas nasib yang diterima Arthur. Kalian melewatkannya? Coba tonton kembali film Joker di sini untuk merasakan simpati yang lama-lama berubah jadi horor ketika Arthur menemukan ‘sisi Jokernya’.

4. Lima Lagu untuk Joker

Hildur Guðnadóttir menulis lima judul untuk lagu tema film Joker, yaitu “Defeated Clown”, “Young Penny”, “Bathroom Dance”, “Escape from the Train”, dan “Call Me Joker”. Lima lagu tema ini berhasil menyayat hati dan memberikan efek enggak nyaman bagi penonton yang relate dengan Arthur Phillips.

Guðnadóttir berhasil menyayat selonya dan menghasilkan nada indah sekaligus tragis. Kalau didengarkan kembali, musik yang dibuatnya hanya dari gesekan bernada rendah dan bunyi biola bernada tinggi.

Dengan corak tersebut, Hildur Guðnadóttir menjalankan tugas dengan baik untuk mengantarkan penonton hanyut dalam 122 menit dengan perasaan yang suram dan sedih. Lagu-lagunya enggak menyebabkan depresi, justru bikin pendengar peka terhadap sekitar. Enggak percaya? Dengerin musik-musiknya sambil nonton filmnya di CATCHPLAY+.

5. Potensi Hildur Guðnadóttir di Ajang Penghargaan

Dari karyanya untuk Joker, Hildur Guðnadóttir mencetak sejarah sebagai jawara solo wanita pertama Golden Globe untuk kategori “Scoring Orisinal Terbaik”. Dirinya juga memenangkan Piala Emmy 2019 untuk kategori yang sama dalam serial Chernobyl.

Di Academy Awards 2020, komposer kelahiran 1982 ini menjadi nomine kategori “Original Score”. Dia harus bersaing dengan komposer andal lainnya, seperti Alexandre Desplat (Little Women), Randy Newman (Marriage Story), Thomas Newman (1917), dan John Williams (Star Wars: The Rise of Skywalker).

Bukan hal yang sulit jika Hildur Guðnadóttir memenangi Piala Oscar 2020 dengan kategori ini. Mengingat, dari karyanya untuk Joker, Hildur Guðnadóttir memberi dampak ke penonton dan pendengar. Bukan hanya menyampaikan simpati dari tokoh utama, musik gubahannya juga mengantarkan Joker jadi film kontroversial yang laris dan diakui secara kualitas.

***

Memang, usaha enggak mengkhianati hasil. Dari hati yang dicurahkan, Hildur Guðnadóttir bisa membuat Joker jadi raja di berbagai ajang penghargaan, termasuk Oscar 2020. Ingin menikmati kembali alunan musiknya yang menyayat hati? Kalian bisa tonton lagi Joker di CATCHPLAY+!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.