(REVIEW) Aruna dan Lidahnya: Sebuah Suguhan Kuliner Nusantara

Aruna dan Lidahnya
Genre
  • drama
Actors
  • Dian Sastrowardoyo
  • Hannah Al Rashid
  • Nicholas Saputra
  • Oka Antara
Director
  • Edwin
Release Date
  • 27 September 2018
Rating
3.5 / 5

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.

Cerita: 7 | Penokohan: 8 | Visual: 8 | Sound Effect/Scoring: 8 | Penyutradaraan: 8 | Nilai Akhir: 7,8/10

Setelah berhasil memproduksi film Posesif (2017), Palari Films beserta Edwin selaku sutradara kembali menyuguhkan sebuah karya terbaik yaitu Aruna dan Lidahnya. Film yang diadaptasi dari sebuah novel berjudul sama karya Laksmi Pamuntjak ini merupakan film keempat Edwin. Bisa dibilang film ini berbeda dari film-filmnya sebelumnya, soalnya Aruna dan Lidahnya menawarkan lebih banyak dialog dan kuliner khas Tanah Air.

Filmnya sendiri akan mengisahkan Aruna (Dian Sastrowardoyo), seorang ahli wabah yang sangat cinta dengan makanan. Sampai suatu hari, Aruna ditugaskan untuk menginvestigasi kasus flu burung yang merebak di beberapa tempat di Indonesia. Tugas ini pun yang akhirnya membawa Aruna bertualang dalam kuliner Nusantara.

Aruna ditemani dengan dua temannya, Bono (Nicholas Saputra) dan Nad (Hannah Al Rashid). Dalam perjalanannya, Aruna bertemu dengan mantan rekan kerja yang pernah dia sukai, Farish (Oka Antara). Pada akhirnya, keempat karakter ini saling bercerita sepanjang perjalanan sambil mencicipi makanan nusantara.

Film ini dibuka saat Aruna tengah memasak sop buntut di dapur rumahnya. Tampak Aruna dalam film ini enggak hanya sekedar jadi pemain, melainkan bertindak langsung sebagai narator yang berbicara langsung kepada penonton. Hal tersebut bakal mengingatkan lo dengan teater komedi lokal atau sitkom. Interaksi langung Aruna ini memberikan gambaran perasaan hati Aruna, yang seringkali berbeda dengan apa yang ditunjukkan saat adegan. 

Alur cerita yang ditawarkan Aruna dan Lidahnya pun sederhana, namun berhasil diracik secara konyol dan menarik. Ditambah lagi adegan-adegan dalam film ini banyak sekali yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada umumnya. Apalagi adegan saat keempat karakter utama sedang berbincang-bincang. Semua percakapan yang mengalir serta celetukan-celetukan terasa natural dan enggak dibuat-buat.

Buat lo yang sering ngobrol saat makan bareng teman-teman lo, pasti akan ngerasa kalau adegan dalam Aruna dan Lidahnya begitu nyata. Enggak hanya memotret adegan saat makan aja, film ini juga menghadirkan dinamika pertemanan yang biasa terjadi dalam keseharian. Solidaritas, kesalahpahaman, dan bahkan kecemburuan. 

Hubungan antar manusianya ditampilkan apa adanya dan sewajar-wajarnya. Sehingga film Aruna dan Lidahnya berhasil membuat penonton mudah terhubung dengan para karakternya. Semua aspek tersebut membuat film ini begitu menghibur dan segar.

Keempat karakter utama mampu menampilkan akting yang sealami mungkin. Khususnya Dian Sastro yang mampu memainkan ekspresi dan lirikan wajah yang begitu meyakinkan. Meski film ini lebih berfokus pada sajian makanan, namun kisah romansa yang terjadi antara Aruna-Farish dan Bono-Nad begitu elegan dan enggak drama. Benar-benar pas dan dalam porsi wajar.

Kekonyolan yang dihadirkan Nicholas sebagai Bono pun meski beberapa ada yang garing, tapi tetap mampu mengundang tawa atau sekedar senyum simpul. Mengutip perkataan kaum hawa kebanyakan "cowok cakep mah bebas!" atau "untung aja ganteng, jadi meski garing masih enak dipandang". Untuk Hannah Al Rashid dan Oka Antara, kualitas akting mereka udah enggak perlu diragukan lagi. Keduanya berhasil memainkan peran masing-masing dengan begitu apik.

Selain berlokasi di Jakarta, film ini juga mengambil lokasi syuting di empat kota besar Indonesia. Diantaranya Surabaya, Pamekasan (Madura), Pontianak, dan Singkawang. Menampilkan beragam kuliner Indonesia yang tampak menggiurkan, enggak pelak jika perut penonton bakal keroncong dibuatnya. Ada rawon dari Surabaya, campur lorjuk (Pamekasan), pengkang (Pontianak), dan choi pan (Singkawang).

Yap, selama kurang lebih dua jam lo bakal banyak melihat adegan-adegan saat para pemainnya sedang menyantap makanan. Soal visual, film ini cukup menyuguhkan visual yang menyegarkan mata. Apalagi lo tahu film ini banyak memotret hidangan nusantara dari berbagai wilayah, semua shot tersebut terasa pas karena berhasil bikin para penonton ngiler dibuatnya. 

Selain Aruna dan Lidahnya, intip juga nih beberapa film yang bisa bikin lo mendadak lapar.

Untuk efek suara, film ini memuat musik yang nostalgik. Penata musik, Ken Jenie dan Mar Galo, memilih lagu-lagu lawas bernuansa pop jazz yang enggak asing di telinga pecinta musik Indonesia. Aruna dan Lidahnya memuat soundtrack diantaranya "Aku Ini Punya Siapa" dari Januari Christy, "Tentang Aku" milik Jingga yang dinyanyikan ulang oleh Fe Utomo, "Antara Kita" versi Monita Tahalea, yang dulu sempat dipopulerkan oleh Rida Sita Dewi. 

Selain lagu-lagu nostalgik tersebut, ada juga lagu baru yang mempunyai kesan romantik seperti lagu dari Yura Yunita "Takkan Apa", dua lagu dari Mondo Gascaro yaitu "Lamun Ombak" dan lagu yang khusus diciptakan untuk film ini berjudul "Lebuh Rasa". Pokoknya semua lagu-lagu yang disajikan dalam film ini terasa pas di setiap adegannya. 

Simak juga, 10 makanan terpopuler dalam film dan serial TV.

Perpaduan makanan yang lezat dan obrolan bermutu yang disajikan Aruna dan Lidahnya udah bisa lo santap pada 27 September mendatang. Selain membuat laper, film ini juga dijamin bisa bikin baper. Lo bisa ngajak teman-teman atau gebetan lo untuk nonton film ini mulai akhir pekan depan. Nah, kalau udah nonton, jangan lupa kasih penilaian lo soal film ini di kolom review di bagian atas artikel ini, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.