Review Film Before, Now & Then (Nana)

Before, Now & Then (Nana)
Genre
  • drama
Actors
  • Arswendy Bening Swara
  • Happy Salma
  • Ibnu Jamil
  • Laura Basuki
  • Rieke Diah Pitaloka
Director
Release Date
  • 01 August 2022
Rating
4.5 / 5

*(SPOILER ALERT) Review film Before, Now, & Then ini sedikit mengandung bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kamu yang belum nonton.

Belum setahun setelah film Yuni dirilis, Kamila Andini telah memamerkan kembali karya terbarunya yang bertajuk Before, Now & Then (Nana). Film ini awalnya direncanakan tayang di bioskop namun ternyata film ini akhirnya rilis di platform Amazon Prime Video.

Berlatar Indonesia tahun 60an, penonton akan diajak menyusuri kisah hidup seorang Nana, sosok perempuan nan teguh dengan serangkaian cobaan yang menghampiri hidupnya. Sebagai seorang perempuan yang diperistri orang terpandang, kepala Nana harus tetap tegak, senyumnya harus tetap memesona, dan perangainya harus tetap terlihat baik-baik saja. Padahal, di balik itu semua ada banyak luka dan rahasia yang terjadi dalam hidupnya. 

Review film Before, Now & Then 

Alkisah perempuan Sunda, dari trauma hingga konflik rumah tangga

Film dibuka dengan latar tahun 40an suasana perang masih terasa, Nana seorang perempuan Sunda harus melarikan diri dari rumah karena dia terancam dinikahkan secara paksa oleh pemimpin gerombolan. Gerombolan ini adalah orang-orang Indonesia yang hendak memberontak dan mendirikan negara dengan ideologi tertentu.

Mereka adalah dalang di balik meninggalnya ayah Nana dan suaminya yang hilang entah ke mana. Dalam pelariannya Nana bertemu dengan Darga seorang lurah yang akhirnya memberikan perlindungan sekaligus mengawininnya

Tinggal bersama Darga, membuat hidup Nana serba berkecukupan. Sebagai seorang perempuan dia dituntut untuk mengurusi rumah tangga sekaligus turut membantu mengurusi kebun milik Darga.

Empat orang anak dilahirkan dari pernikahan itu. Sayangnya, meski menyayangi Nana, Darga tetap membuka hati pada perempuan lain. Ia berselingkuh dengan Mak Ino, seorang penjual daging di pasar.

Sebagai seorang perempuan, istri orang terpandang dan ibu dari empat orang anak, Nana yang mengetahui suaminya selingkuh tak bisa meluapkan emosinya. Dia hanya mencoba berdamai dengan situasi tersebut. Alih-alih melabrak selingkuhan suaminya, Nana justru menjadikannya sebagai teman.

Di balik perihnya hidup Nana, ia rupanya menyimpan trauma yang mendalam. Berulang kali dia bermimpi buruk, menampilkan bayangan-banyangan kelam yang tak ingin ia lihat. Trauma itu akhirnya menjelma jadi rasa bersalah dan menyebut dirinya adalah sosok yang bertanggung jawab atas kemalangan orang-orang sekitarnya

Kentara dengan tema women empowerment

Before , Now & Then hadir dengan isu women empowerment dengan penggambaran yang unik. Latar tahun 60an membuat film ini jadi terasa lebih intens menggambarkan sosok perempuan Indonesia. Secara terbuka, Before, Now & Then menampilkan banyak kepedihan dan rahasia yang berkecamuk dalam diri perempuan. Kisahnya melibatkan konflik istri dari seorang terpandang di tengah lingkungan yang masih kental dengan nilai-nilai adat.

Sejatinya Nana bukan perempuan biasa. Di awal film, Darga sudah menyebut jika Nana adalah sosok yang pintar. Akan tetapi kecerdasan itu tidak membuat Nana bisa bebas berbicara dan mengutarakan pendapatnya. Segala keluh dan emosi Nana terpendam karena kodratnya sebagai seorang perempuan.

“Hidup harus seperti air, mengadaptasi lingkungan sekitarnya bukan melawannya,” kata Nana dalam sebuah dialognya. Itu sebabnya ketika Mak Ino muncul sebagai selir suaminya, alih-alih melabrak dan berbicara lantang, Nana hanya bisa tertegun dan menyesuaikan diri. Bukan cuma menyesuaikan diri, secara terbuka dia menjadikan Ino sebagai kawan tempat ia bebas berbicara.

Tipikal film yang harus ditonton berulang kali

Ada banyak bahan diskusi setelah nonton film ini. Sejumlah adegan mungkin akan diinterpretasikan berbeda dari masing-masing penonton. Misalnya saja kehadiran sosok anak bungsu Nana yang telah dewasa di tengah-tengah cerita atau adegan Mak Ino membisikan Nana sebuah kalimat. Adegan-adegan itu akan jadi bahan diskusi panjang

Selain jadi bahan diskusi, film ini juga mesti ditonton berulang kali supaya ceritanya bisa jauh lebih dapat dimengerti. Soalnya ada banyak adegan yang terlihat sederhana tapi sebetulnya punya banyak makna.

Ini mengingatkan kita pada film film The Science of Fiction (2020) karya Yoseph Anggi Noen. Film ini mungkin akan membuat sebagian orang benar-benar menyukainya namun membuat sebagian yang lain enggak ngerti dan mengakhiri film dengan banyak pertanyaan.

Akting juara yang ditampilkan Happy Salma

Enggak bisa dimungkiri, akting Happy Salma dalam film ini memang benar-benar mengagumkan. Dia berhasil memerankan karkater Nana dengan sangat baik. Entah berapa lama Happy Salma mendalami karakter sebagai Nana hingga karakternya benar-benar melekat pada perempuan berusia 42 tahun itu. Latar belakang Happy Salma di dunia teater ditampilkan seolah film Before, Now & Then adalah sebuah seni pertunjukan berkelas.

Happy Salma terakhir masuk sebagai nominasi aktris terbaik dalam ajang Piala Citra tahun 2013. Nah, atas akting ciamiknya di film Before, Now & Then biasa jadi Happy Salma akan kembali masuk dalam nominasi aktris terbaik di festival film Indonesia tahun ini dan enggak menutup kemungkinan sosoknya lah yang akan memenangkan gelar prestisius tersebut.

Selain Happy Salma ada Laura Basuki sebagai Mak Ino yang aktingnya juga enggak kalah indah. Karakter ini membawa Laura mendapat pengharagaan sebagai aktris pendukung terbaik di Festival Film Internasional Berlin. Selain itu, ada juga Arswendi Nasution sebagai Darga, Ibnu Jamil sebagai Raden Icang, juga Rieke Diah Pitaloka sebagai Ningsih.

Sinematografi berkelas ala Kamila Andini

Kamila Andini tahu betul bagaimana menggarap film yang diangkat dari novel Jais Darga Namaku karya Ahda Imran ini. Kamila seperti sudah bisa membayangkan akan membuat setiap adegan, angle, dan tone warna seperti apa. Soalnya selain kualitas dari segi cerita, film ini tampak begitu indah dari segi penyutradaan. Meski dialog dari film ini menggunakan bahasa Sunda, namun tetap bisa dinikmati semua orang

Film ini semakin lengkap dengan sisipan scoring yang menambah kuat cerita film ini. Wardrobe, tata rias, hingga set lokasi pun dipikirkan dengan matang dan ditampilkan dengan elegan. Oleh karenanya, film Before, Now & Then ini begitu solid. Enggak salah filmnya mendapat sambutan meriah kala dipamerkan di Festival Film Internasional Berlin.

***

Untuk kamu yang penasaran dengan film Before, Now & Then, filmnya sudah bisa ditonton sejak tanggal 1 Agustus 2022 di Amazone Prime Video yang kini sudah bisa diakses di Indonesia.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.