5 Syuting Film yang Bikin Warga Marah selain The Matrix 4

Film keluaran Warner Bros. Pictures, yaitu The Matrix 4 telah mulai proses syutingnya di San Fransisco sejak awal Februari ini. Sayangnya, proses syuting film ini memicu amarah warga San Fransisco karena proses syuting film yang dibintangi Keanu Reeves ini merusak bangunan sekitar.

via GIPHY

Sebetulnya, sudah banyak film yang bernasib yang sama. Bahkan, ada warga sekitar yang mencoba menyabotasenya. Selain itu, tim produksi harus menerima sanksi yang diberikan. Untungnya, The Matrix 4 enggak sendirian. Ada beberapa film yang syutingnya sempat diprotes oleh masyarakat. Ada film Indonesia juga, lho.

Selain The Matrix 4, film apa saja yang proses produksinya memicu amarah masyarakat? Yuk, simak di dibawah ini.

1. Sherlock Holmes (2009)

Sebagian warga London sempat membuat petisi dalam memprotes syuting film garapan Guy Ritchie berjudul Sherlock Holmes. Film yang dibintangi oleh Robert Downey Jr. dan Jude Law ini merekam adegannya di St John’s Street, Inggris, dan membuat warga setempat marah.

Pasalnya, para warga dipaksa untuk memindahkan kendaraan mereka. Sehingga, warga mengeluh dan mendesak Dewan Kota untuk mengeluarkan petisi tersebut. Para pembuat film pun berjanji akan memberikan kompensasi atas ketidaknyaman tersebut.

Namun, ada warga yang masih protes dan menginginkan kompensasi sebesar 50 euro (sekitar Rp780.000) untuk diberikan kepada tiap rumah selama syuting berlangsung. Karena insiden ini, syuting dipersingkat, dari 13 hari menjadi 9 hari.

2. 5 cm (2012)

Film yang dibintangi Herjunot Ali, Raline Shah, Pevita Pearce, Igor Saykoji, dan Denny Sumargo ini sempat menjadi idola di kalangan para pendaki gunung. Sayangnya, film yang melakukan syuting di kawasan Semeru ini diprotes oleh para komunitas pencinta alam, karena menyebabkan tumpukan sampah yang memenuhi sekitar Kawasan Gunung Semeru, termasuk Ranu Pani dan Ranu Kumbolo.

Rumah produksi dinilai enggak mematuhi aturan yang berlaku. Syuting dilakukan hingga ke puncak Gunung Semeru, sedangkan izin hanya diberikan hingga kawasan Kali Mati atau vegetasi terakhir.

Selain itu, para kru dikabarkan menebang ratusan pohon di sekitar objek wisata Semeru, dan Ranu Kumbolo dipakai untuk mandi sekaligus mencuci. Ketika para penggiat alam yang memberikan bukti foto-foto perusakan hutan di media sosial, rumah produksi meminta menghapus file foto tersebut.

3. 22 Menit (2018)

Selain 5 cm, film garapan Eugene Panji ini juga memicu amarah warga Jakarta. Syuting film 22 Menit dilakukan langsung di tempat aslinya, yakni Jalan Thamrin, Jakarta Pusat karena berdasarkan kisah nyata peristiwa bom Thamrin. Hanya saja, lokasi film ini merupakan jalan protokol yang selalu ramai kendaraan. Prosesnya pun berimbas pada penutupan Jalan MH Thamrin.

Protes warga tersebut dikarenakan membuat kemacetan panjang. Meski banyak keluhan, dari pengendara dan warga sekitar, proses syuting film ini tetap berlanjut. Soalnya, sang sutradara sudah meminta izin kepada aparat kepolisian untuk melakukan syuting di lokasi aslinya.

4. Dabangg 3 (2019)

Film Bollywood berjudul Dabangg 3 yang syuting di Mandu, India, dikenakan sanksi oleh Balai Arkeologi India (Archaeology Survey of India). Kabarnya, tim produksi film ini membuat properti yang dibangun dalam Istana Taj Mahal dan dianggap merusak bangunan sekitar.

Selain itu, kru film Dabangg 3 diklaim merusak patung antik yang terletak di tepi sungai Narmada di Kota Maheshwar. Tentunya, beberapa masyarakat India pun mengeluh karena peristiwa tersebut. Akibat insiden ini, pihak ASI mengancam bakal membatalkan izin syuting apabila tim produksi Dabangg enggak memindahkan properti tersebut dari Taj Mahal.

5. No Time to Die (2020)

Film yang dibintangi oleh Daniel Craig ini bakal merekam keseluruhan adegan di beberapa negara, seperti Italia, Jamaika, Norwegia, dan Inggris. Nah, syuting pertama kali film No Time to Die dilakukan Norwegia Selatan. Sayangnya, malah memicu amarah aktivis lingkungan setempat.

Pasalnya, bangunan-bangunan yang didirikan khusus oleh tim produksi diledakan secara sengaja untuk mendukung efek suatu adegan. Akibatnya, hal tersebut hampir menyulut kebakaran hutan dan meresahkan warga sekitar. Beberapa aktivis lingkungan pun mengamuk dan menuntut syuting No Time to Die dibatalkan. Jika benar dibatalkan, jadwal perilisan film pun pasti mengalami kemunduran.

***

Dari lima film di atas, membuktikan kalau proses syuting film itu enggak selalu berjalan lancar. ada saja syuting yang mengganggu dan membuat resah warga sekitar. Nah, dari deretan di atas, mana yang paling menuai kontroversi? Kasih pendapat kalian dan jangan lupa pantengin terus KINCIR untuk berita terbaru film lainnya, ya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.