Review Serial The Last of Us Episode 3: Long Long Time

The Last of Us Episode 3 : Long Long Time
Genre
  • Action
  • drama
  • survival
Actors
  • Bella Ramsey
  • Murray Bartlett
  • Nick Offerman
  • Pedro Pascal
Director
  • Neil Druckmann
Release Date
  • 30 January 2023
Rating
2 / 5

*Spoiler Alert: Artikel review serial The Last of Us episode 3 ini mengandung bocoran cerita yang bisa saja mengganggu kamu yang belum nonton.

Setelah menanti satu minggu, akhirnya episode ketiga serial The Last of Us akhirnya tayang. Kematian Tess dalam episode ke dua membuat Joel tinggal sendiri menjaga Ellie menuju markas Fireflies. Episode ke dua serial ini dtutup dengan sangat menjanjikan. Seolah membuka gerbang bagi penonton untuk menyaksikan aksi-aksi heroik dalam petualangan menegangkan Joel dan Ellie.

Namun ternyata petualangan belum benar-benar dimulai. Neil Druckmann sebagai sutradara justru menyibukan diri dengan menampilkan kisah tentang dua orang pria bernama Bill dan Frank yang memakan sebagian besar durasi episode ketiga ini.

Review The Last of Us episode 3

Cerita sempalan yang kebablasan

Episode ketiga akan membuat penonton The Last of Us terbagi dua. Satu sisi penonton yang sangat suka dengan episode ini, sisi lain adalah penonton yang begitu enggak suka dengan episdoe ini. Alasannya? Karena episode ini memberi porsi sekitar 70% ceritanya untuk kisah sepasang gay yang mencoba bertahan hidup di dunia apokaliptik.

Kisah itu adalah tentang seorang pria bernama Bill yang enggan dievakuasi dan memilih tinggal di rumahnya sendiri. Ia memasang jebakan untuk membunuh orang-orang yang terkontaminasi. Namun satu hari ia bertemu dengan Frank, seorang penyintas yang terperangkap jebakan Bill. Singkat cerita Bill menolong Frank dan membiarkannya tinggal bersama. Pada akhirnya mereka saling suka dan menjadi sepasang kekasih.

Sisi menarik dari kisah Bill dan Frank adalah Neil Druckmann mencoba untuk menampilkan cerita tentang dua orang yang saling suka di tengah dunia yang kacau. Cerita itu dibuat dengan niat oleh Neil dengan penuturan yang cukup solid. Cerita Bill dan Frank diceritakan dari awal bertemu sampai akhir hayat yang memisahkan. Dibuat dramatis dan mungkin nyaris bikin penonton lupa kalau ini adalah seral The Last of Us yang punya genre survival.

Tapi itu juga masalahnya, kisah dua orang pria ini juga terlalu fokus sama cerita cinta mereka. Polemik yang hadir dari sebagian besar durasi episode ini datang dari pertengkaran Bill dan Frank karena berbeda pandangan. Belum lagi adegan-adegan romantis yang dibuat dengan berlarut. Sementara potensi ketegangan yang hadir dari suasana mencekam rutetnya hidup di dunia apokalitik terasa terbengkalai.

Kemunculan cerita Bill dan Frank ini memang menyedot durasi yang begitu lama dalam episode ketiga. Petualangan Ellie dan Joel yang lagi seru-serunya tersendat untuk menceritakan kisah romansa dua orang laki-laki yang seoalah sedang menikmati dunia milik mereka sendiri.

Andai saja Neil mau tampilkan sedikit cerita tentangi Bill dan Frank kemudian menjabarkannya dengan panjang lebar pada proyek spin off mungkin ia punya porsi lebih banyak buat fokus sama cerita utama dalam episode ini.

Beragam adegan penting dalam game luput ditampilkan

Ada fase ketika Joel dan Ellie memilih jalan lain ketimbang lewat jalur normal. Alasannya adalah Joel khawatir apa yang ada di jalur tersebut bisa membuat Ellie trauma atau depresi. Akhirnya terlihatlah tulang-berulang bekas pembantaian dari pihak militer.

Kata Joel, mereka adalah orang-orang yang enggak bisa diangkut ke quarantine zone. Daripada ditinggalkan lalu menularkan virus, akhirnya orang-orang ini dibunuh. Nah, momen penting ini yang luput, justru Neil langsung fokus ke Bill dan bagaimana ia bertemu dengan Frank.

Tidak ada kejelasan kesadisan mereka dibantai, yang padahal momen itu bisa memancing simpati para penonton. Andai saja adegan itu ditampilkan, kondisi chaos di masa-masa pandemi akan lebih bisa tersampaikan ke penonton.

Cerita dua sejoli ini bikin sejumlah adegan krusial dalam game-nya enggak maksimal buat ditampilkan. Salah satunya adalah adegan Ellie dan Bill yang seharusnya bertemu dan berkonflik. Adegan tersebut enggak muncul dalam serialnya karena cerita tentang Bill diubah.

Selain itu ada juga adegan pembantaian warga yang enggak bersalah. Dalam game cerita itu ditampilkan dengan menyedihkan. Sayangnya adegan tersebut jadi enggak punya waktu buat diceritain karena durasi episode ke tiga lebih banyak dipakai buat ceritain kisah Bill dan Frank.

Untungnya episode ke tiga ini juga kasih fan service supaya enggak terlalu keluar jalur dari cerita inti The Last of Us. Beberapa hal seperti pakaian yang dipakai Ellie dan Joel, senjata yang mereka punya sampai mobil yang mereka kendarai memang masih berkiblat pada apa yang gamenya tampilkan.

Semakin rekatnya hubungan Ellie dan Joel

Mari kita tinggalkan kisah Frank dan Bill. Dalam episode ini Joel juga sempat bercerita tentang roti dan tepung yang dalam beberapa waktu terakhir jadi bahasan di sosial media. Teori roti dan tepung mulai menemui titik terang lantaran Joel sempat bercerita jika wabah tersebut memang datang dari roti dan makanan olahan tepung yang orang-orang Amerika konsumsi. Hingga akhirnya dunia pandemi ini bermula dan enggak berkesudahan.

Episode ketiga ini sebetulnya memberi kesan pada penonton tentang hubungan Ellie dan Joel yang terlihat semakin erat. Joel mulai meladeni pertanyaan-pertanyaan Elie, keduanya mulai bisa saling tersenyum. Mereka seperti sudah mulai mencoba jadi tim yang solid satu sama lain.

                                                                     ***

Tinggal muncul pertanyaan soal bagaimana tim ini bisa mengatasi serbuan manusia-manusia yang sudah terkontaminasi sembari tetap melangkah hati-hati atas perlakuan Fedra yang kerap semena-mena. Pertanyaan itu mungkin akan terjawab di episode empat. Semoga Neil Druckmann enggak berlama-lama lagi munculkan side story yang pada intinya enggak terlalu berpengaruh pada cerita utama.

 

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.