Social Syndrome, Serial yang Menampar Pengguna Media Sosial

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran serial Thailand Social Syndrome Netflix yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.

Media sosial sudah menjadi bagian yang penting dari hidup kita, terutama di tengah masyarakat urban perkotaan. Coba, deh, ingat-ingat, kapan terakhir kali mengecek media sosial kalian? Beberapa jam yang lalu? Beberapa detik? Atau, kalian membaca artikel ini sambil melihat media sosial?

Sebetulnya, media sosial memiliki banyak manfaat buat kehidupan. Dengan media sosial, kalian bisa mempromosikan banyak hal, terkoneksi dengan orang lain, dan mendapatkan informasi yang bermanfaat.

Di sisi lain, media sosial bisa merugikan karena membuat kalian kecanduan, bertambah baper, membantu menyebarkan kebohongan yang manipulatif, bahkan bikin orang-orang merasa rendah diri. Sudah banyak karya yang menceritakan tentang dampak buruk media sosial, salah satunya adalah sebuah serial Thailand berjudul Social Syndrome (2018).

Layaknya Black Mirror, serial besutan LINE TV ini menceritakan berbagai kisah manusia dan dampak buruk yang mereka dapatkan dari media sosial. Drama thriller ini menghadirkan delapan episode yang bakal bikin kalian berpikir ulang tentang: apakah kalian sudah memanfaatkan media sosial dengan benar? Siapkah kalian untuk menonton gambaran dari kenyataan buruk dunia modern yang kini kalian hadapi?

Mari tonton dari episode serial Social Syndrome dari yang paling "ringan" sampai yang paling "meresahkan".

8. Go Hoax

Via Dok. LINE TV

Penuh dengan konspirasi dan kebohongan, Go Hoax sebenarnya cukup seru buat ditonton dan lebih bikin ‘nyaman’ ketimbang sekuel yang lain. Ide dasarnya mengingatkan kita kepada film Special Correspondent (2016) tentang dua pekerja yang berbohong bahwa mereka sedang di Ekuador dan meliput pemberontakan, lantaran tiket pesawat mereka hilang.

Go Hoax berkisah tentang dua orang writer yang membuat tulisan hoaks demi mengundang banyak pembaca dan meningkatkan engagement. Wah, mirip banget, ‘kan, sama hal yang dilakukan para buzzer dan jurnalis media gorengan? Namun, apa yang mereka tulis ternyata menjadi kenyataan dan itu enggak baik buat mereka.

Via Dok. LINE TV

Pencinta teori konspirasi, pegiat media, bakal seneng banget, nih, nonton Go Hoax. Soalnya, semua yang ada di dalamnya berhubungan sama yang ada di pikiran kalian. Ditambah lagi, kisah ini bener-bener sangat relate sama apa yang kita hadapi sekarang.

Tak semua informasi itu benar, tetapi ada banyak juga informasi bener yang seolah terlalu fantastis untuk menjadi kenyataan. Kita hidup pada masa di mana informasi dan opini bisa dimanipulasi.

7. Life of Alice

Via Dok. LINE TV

Siapa yang salah, para influencer atau netizen? Orang-orang cenderung menyalahkan pihak yang kedua. Netizen dianggap menyebalkan, pengin tahu urusan orang, bahkan mencampuri urusan para influencer. Padahal, itu enggak akan terjadi kalau para influencer enggak overposting kehidupan mereka bahkan mengikutsertakan netizen buat memilih.

Life of Alice adalah episode dari Social Syndrome yang mengingatkan kalian pada banyak selebritas TV dan selebgram Indonesia. Alice telah menjadi tenar sejak dia kecil karena dia lucu, cantik, dan ibunya pun mengekspos dirinya di media sosial. Bahkan, ibunya kerap mengadakan voting tentang apa langkah yang harus diambil.

Saat Alice beranjak dewasa, dia merasa stress dan merasa bahwa hidupnya enggak tenang. Netizen selalu memperhatikan gerak-geriknya dan mengambil keputusan atas hidupnya. Dia seolah harus menyenangkan netizen supaya tidak mendapatkan opini buruk.

Via Dok. LINE TV

Selain itu, ibunya adalah orangtua abusif yang hanya mementingkan ketenaran. Pada akhirnya, netizen menyalahkan sang ibu dan menganggap bahwa ibunya layak mati. Namun, tentu saja netizen hanya bisa menghakimi.

Kehidupan pribadi anak-anak sebaiknya enggak terlalu diekspos di media sosial. Pasalnya, mereka belum memiliki konsensus untuk menentukan mana yang ingin mereka tunjukkan ke dunia, mana yang enggak.

Tak mengherankan apabila ada banyak anak kecil tenar yang doyan ngambek saat diundang ke acara talkshow atau dipaksa orangtua mereka untuk menunjukkan kehidupan pribadi. So, kalau anak-anak mau tampil, sebaiknya tampilkanlah bakat mereka dan jangan terlalu berlebihan.

6. Jump Scare

Via Dok. LINE TV

Episode yang satu ini sangat bisa dipahami oleh mereka yang tinggal di apartemen. Jump scare berkisah tentang seorang penghuni yang doyan main drone, misteri di kamar 803 dan penghuni cewek yang berniat untuk bunuh diri serta penyelundupan obat-obatan.

Pada saat sang cewek akan bunuh diri, orang-orang panik. Namun, enggak semuanya mau menolong. Beberapa bahkan cuma bisa mengambil kamera dan merekam karena saking paniknya.

Via Dok. LINE TV

Sementara itu, ada tekanan dari pihak pengelola supaya kasus ini enggak sampai ke polisi. Pasalnya, kalau apartemen ini sampai berkasus, bisa-bisa nilai sewanya turun drastis. Hmm, persis banget sama problema apartemen di Indonesia, di mana ada banyak apartemen yang menutupi kasus serius supaya tetap laku.

Plot twist yang mengejutkan ada di akhir cerita, bikin kalian kesal dan merasa kesulitan percaya sama semua orang. Memang, sih, enggak ada salahnya bersilaturahmi sama tetangga di apartemen. Namun, kalian harus tetap berhati-hati karena kalian enggak tahu persis latar belakang mereka.

5. Hamster

Via Dok. LINE TV

Kasus seorang anak menjelek-jelekkan orangtuanya di media sosial, lama-kelamaan dapat dimaklumi banyak orang. Apalagi kalau orangtua dianggap kolot. Karena, orangtua memang sering kali lupa bahwa mereka lah yang menginginkan kehadiran anak.

Nah, Hamster berkisah tentang seorang anak yang ketahuan menjelek-jelekkan ibunya di media sosial. Dia melakukan itu supaya terlihat seru di depan teman-temannya dan karena sang ibu dianggap kaku. Lagipula, dia bukanlah anak kandung, melainkan anak angkat.

Namun, di akhir cerita, kalian akan ditampar dengan kenyataan bahwa teman-temen kalian biasanya enggak akan sesayang keluarga sendiri. Ibu yang terlihat kaku sebenernya sayang dengan sang anak dan teman-teman yang seru ternyata menusuk dari belakang.

Via Dok. LINE TV

Dinamika remaja memang kompleks. Mereka bakal melakukan segala hal supaya diterima di komunitasnya. Di era media sosial ini, mereka bahkan rela membuka aib-aib keluarga cuma demi fun dan eksistensi.

Sebaiknya, simpan aib diri kalian dan orang terdekat, kecuali kalian memang membutuhkan bantuan dan apa yang mereka lakukan berbahaya. Jangan kebanyakan drama karena mau mencuri perhatian orang lain.

4. The Lucky One

Via Dok. LINE TV

Apa yang terjadi kalau kalian mendapatkan keberuntungan berupa tiket gratis bersama idola? Sebuah mimpi yang seolah sulit menjadi kenyataan dan penuh kebahagiaan.

Namun, seorang selebritas tenar memiliki banyak die hard fans. Mereka enggak cuma militan dalam membela sang idola. Mereka juga sangat cemburuan. Nah, pemenang tiket tersebut terkena dampak buruk dari banyaknya fans garis keras sang idola, membuat hidupnya enggak sama lagi. Fakta di akhir kisah pun bikin sang fans menyadari keluguannya.

Dibandingin episode-episode selanjutnya, episode pilot ini agak lemah secara plot dan sinematografi, tetapi cukup baik dijadikan renungan. Mengidolakan seseorang sebaiknya enggak berlebihan, karena semua hal yang kalian lihat di dalam diri para idol itu sudah diatur sedemikian rupa oleh manajemen dan industri di baliknya. Para fans hanyalah target pasar.

3. Sasithorn

Via Dok. LINE TV

Seorang suster berpenampilan menarik menjadi viral setelah melakukan perbuatan terpuji: menolong seorang korban kecelakaan. Awalnya, ketenaran itu menyenangkan. Namun, lama-kelamaan, kehidupan pribadinya dikepo sama netizen, begitu pula masa lalunya.

Ada banyak orang yang tenar mendadak karena sebuah hal dan merasa bahwa itu adalah sebuah berkah. Padahal, ketenaran instan membawa lebih banyak keburukan. Kalian enggak siap dengan spotlight dan penilaian publik. Kalian juga enggak punya persiapan buat memoles diri dan menutupi aib.

Via Dok. LINE TV

Selain itu, ketenaran juga bisa membuat seseorang gelap mata. Pernah mendengar kisah selebritas internet yang melakukan gimmick demi perhatian? Ada di episode ini dan layak buat direnungkan.

Tak semua hal di Internet itu nyata dan layak dikonsumsi. Banyak kebohongan yang dilakukan demi ketenaran yang langgeng, bahkan dengan mengorbankan orang terdekat. Well, sebaiknya jangan berharap ketenaran instan, karena kalian akan terganggu karenanya.

2. Honesty Day

Via Dok. LINE TV

Cerita yang cukup tragis, di mana aplikasi dengan kecerdasan buatan seolah bisa memberikan kalian petunjuk yang benar, padahal enggak! Kecerdasan buatan tetaplah buatan.

Honesty Day menyindir banyak orang yang menggantungkan pilihan hidupnya kepada kecerdasan buatan. Seorang wanita dan pria saling mencintai, keadaan pun baik-baik aja sampai ada masalah di rumah yang membuat sang cowok terlihat mengerikan. Ketimbang percaya dengan sang cowok, dia malah percaya dengan aplikasi yang mengklaim bisa menilai berapa persen kemungkinan seseorang bisa menjadi pembunuh.

Via Dok. LINE TV

Aplikasi itu enggak sempurna. Dia enggak bisa mengukur niat seseorang. Namun, tentu saja semua udah terlambat saat sang cewek menyadari hal itu.

Ada banyak banget aplikasi kecerdasan buatan yang mengumpulkan data pribadi dan mengklaim bahwa hal itu berguna untuk kepentingan banyak orang. Namun, hal-hal enggak etis semacam itu sebaiknya dihindari. Kita pun sebaiknya enggak 100% percaya sama kecerdasan buatan yang jelas-jelas bikinan manusia.

1. B.O.B

Via Dok. LINE TV

Masih suka overposting tentang hal pribadi? Pikir-pikir lagi, deh, karena kalian enggak tahu apa yang bakal dilakukan orang dengan data kalian. Itulah hal yang digarisbawahi oleh episode terakhir dari serial ini.

B.O.B bercerita tentang seorang anak lelaki dan ayahnya yang sakit parah. Suatu hari, entah kenapa sang ayah bisa sembuh, bisa menari, dan beraktivitas normal layaknya orang yang enggak lumpuh. Rupanya, ada sesuatu yang masuk ke dalam diri sang ayah.

Via Dok. LINE TV

Episode terakhir ini memang terlihat seperti film fiksi ilmiah. Seolah, episode ini dibikin untuk menjustifikasi kepercayaan sekelompok orang akan teori konspirasi seperti chip di dalam diri manusia. Namun, apa yang dikatakan episode ini bener banget, kok. Pada akhirnya, episode ini merangkum semua episode dan memberikan kita perenungan: Internet itu seperti pemakaman.

Hal-hal lawas yang kita unggah tertumpuk di sana. Namun, di pemakaman tanah, semua hal bisa membusuk. Di media sosial, sejeli apa pun kalian menghapus aib lama, ia bisa saja muncul kembali lewat teknologi tertentu atau screenshot yang diambil oleh pengguna.

***

Setelah nonton Social Syndrome, kalian akan berpikir ribuan kali untuk mengunggah hal-hal pribadi dan berlaku enggak etis di media sosial. Bebas berpendapat itu sah-sah saja, tetapi sebaiknya kalian menjaga diri supaya enggak asal berpendapat di media sosial yang pada akhirnya merugikan kehidupan nyata.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.