Cerita Amanda Rawles Tumbuh Dewasa bersama Trilogi Dear Nathan

Buat kamu yang suka dengan film romansa remaja asal Indonesia, mungkin sudah enggak asing lagi dengan film Dear Nathan, ‘kan? Yap, film itu memang diadaptasi dari Wattpad berjudul sama karya Erisca Febriani yang telah dibaca oleh puluhan juta orang. Kepopuleran kisah Wattpad tersebut akhirnya membuatnya diadaptasi menjadi sebuah trilogi film layar lebar dengan melibatkan Jefri Nichol dan Amanda Rawles.

Pada 2022 ini, kita akan bisa menonton film ketiga sekaligus terakhir dari trilogi tersebut yang kali ini mengusung judul Dear Nathan Thank You Salma. Rencananya, film ini akan rilis pada seluruh bioskop Indonesia mulai 13 Januari 2022. Film ini bakal menjadi penampilan terakhir dari Jefri Nichol dan juga Amanda Rawles sebagai Nathan serta Salma dalam trilogi kisah cinta remaja itu.

Dear Nathan Thank You Salma akan kembali menampilkan kisah asmara antara Nathan dan Salma yang kini sudah menjadi seorang mahasiswa. Namun, hubungan mereka mengalami permasalahan akibat Nathan yang sering turun ke jalan sebagai seorang aktivis. Bahkan, Nathan juga menangani sebuah masalah serius yang membuatnya harus merahasiakan segalanya kepada siapapun, termasuk Salma.

Nah, belum lama ini KINCIR mendapatkan kesempatan spesial untuk berbincang dengan Amanda Rawles terkait pengalaman syutingnya untuk film Dear Nathan Thank You Salma. Tak cuma itu, Amanda juga membeberkan pengaruh trilogi Dear Nathan terhadap kehidupannya. Yuk, simak obrolan kami berikut ini:

KINCIR: Amanda melekat sekali dengan sosok Salma. Bisa dijelasin enggak sosoknya bagaimana di film ketiganya nanti?

Amanda: Sosok Salma masih sama. Tetap sama, malu-malunya, introvert-nya masih sama. Dia juga sangat passionate dengan puisi dan segala macam. Cuma di sini dia lebih dewasa lagi dan percintaan dia dengan Nathan sudah jauh lebih dewasa juga intinya. Jadi, konflik-konflik yang kami hadapi berdua itu sudah jauh lebih dalam lagi.

KINCIR: Berarti ada unsur komunikasi yang dibangun lebih dalam lagi pada film ketiga ini. Kalau menurut Amanda, apa arti komunikasi dalam film Dear Nathan Thank You Salma ini?

Amanda: Pastinya penting banget. Dalam hubungan yang umum, komunikasi itu menjadi kuncinya. Dan itu juga sempat menjadi tantangan dalam hubungan Nathan dan Salma dari Dear Nathan yang pertama sampai ketiga ini. Pokoknya itu penting banget buat menghindari miskomunikasi, supaya bisa tetap on the same page.

KINCIR: Ada enggak kesamaan antara karakter Salma dengan sosok asli Amanda Rawles?

Amanda: Pastinya ada, banyak. Soalnya, aku kayak tumbuh bareng dengan karakter Salma. Dulu film pertamanya itu 2017, aku masih SMA. Terus sekarang aku baru masuk kuliah, dan Salma di filmnya juga baru masuk kuliah. Jadi, sebenarnya kemiripannya itu banyak banget. Bedanya mungkin aku enggak sepemalu si Salma.

KINCIR: Banyak di kolom komentar trailernya yang bilang kalau film Dear Nathan menemani mereka dari masih SMA sampai sudah kuliah. Bagaimana tanggapan Amanda tentang hal itu?

Amanda: Menurut aku itu sesuatu yang sangat jarang terjadi, bertumbuh bareng film. Bukan hanya penonton, tapi pemainnya juga. Jadi, ketika nonton film yang ketiganya ini kita akan bisa throwback bareng. Ketika nonton filmnya bisa kayak, “Aduh, jadi ingat banget masa aku SMA.” Jadi, seru banget, sih.

Cerita Amanda Rawles Tumbuh Dewasa bersama Trilogi Dear Nathan
Cerita Amanda Rawles Tumbuh Dewasa bersama Trilogi Dear Nathan Via Istimewa.

KINCIR: Dalam trailernya, terlihat bahwa ada unsur tentang pelecehan seksual yang akan diangkat oleh Dear Nathan Thank You Salma. Tanggapan Amanda tentang hal tersebut bagaimana?

Amanda: Sebenarnya ini mengapa aku suka banget terlibat dalam film ini karena Dear Nathan selalu membawa isu-isu yang relevan. Misalnya, Dear Nathan yang kedua itu mengangkat isu tentang mental health dan itu yang biasa dialami oleh para remaja pada masa SMA.

Nah, di sini kami mengangkat isu tentang sexual harrasment yang sangat terjadi di kampus, tapi jarang diangkat oleh film-film. Jadi, senang banget makanya diangkat dalam film ini. Semoga film ini dapat memberikan awarness kepada orang-orang, entah itu penyintas atau bahkan mereka yang belum tahu sama sekali dengan kasus ini akhirnya bisa paham.

KINCIR: Inikan film terakhir dari trilogi Dear Nathan. Tanggapan Amanda untuk film terakhir ini bagaimana? Karena bakal berpisah dengan penonton yang sudah mengikuti Dear Nathan dari awal.

Amanda: Kayak masih enggak percaya. Kayak masih berasa akan ada lagi, tapi ternyata enggak. Jadi, memang ini akan terakhir dari kisah cinta Nathan dan Salma. Namun, ini membuat pemain-pemainnya kayak tampil total banget karena ini bakal menjadi penutupan. Jadi, ketika ada adegan sedih, kita benar-benar merasa sedih banget. Karena aku dan Jefri merasa sedih ini bakal menjadi film terakhir kamu dalam Dear Nathan.

KINCIR: Di film ini nantinya Amanda akan punya chemistry baru lagi dengan Ardhito Pramono dan juga tetap dengan Jefri Nichol. Bagaimana cara Amanda buat bisa membangun chemistry dengan Jefri dan Ardhito dalam film ini?

Amanda: Pastinya kamiada proses reading yang cukup intens selama dua minggu. Kalau sama Jefri, udah seringlah main film sama dia, jadi kayak gampang banget buat mencari chemistry-nya kembali. Cuma buat Ardhito, ternyata dia orangnya asyik banget. Jadi, pas pertama kali ketemu udah langsung bisa ngobrol-ngobrol, udah terbuka banget, sih.

Jadi, fokus awalnya bukan ke karakter, tapi lebih ke mengenal Ardhito as a person, terus saling mengenal secara personal. Lalu, setelah sudah merasa nyaman baru kita ngebahas soal skrip, soal karakter, begitu.

Cerita Amanda Rawles Tumbuh Dewasa bersama Trilogi Dear Nathan
Cerita Amanda Rawles Tumbuh Dewasa bersama Trilogi Dear Nathan Via Istimewa.

KINCIR: Di film ketiga ini disutradarai oleh sutradara baru, yaitu Kuntz Agus yang mungkin treatment-nya berbeda dengan Indra Gunawan di dua film sebelumnya. Nah, menurut Amanda apa kesan-kesan bekerja bareng Kuntz Agus?

Amanda: Pastinya menyenangkan banget, karena Mas Kuntz memberi treatment yang beda dan juga memberikan kebebasan, sih, yang aku suka. Jadi, ketika reading Mas Kuntz benar-benar kasih kebebasan mau bagaimana adegannya, kami boleh improvisasi. Terus juga banyak banget diskusi-diskusi, seperti misalnya, “Mas aku kurang dapat adegan tadi. Boleh diulang enggak?” Dia terbuka banget dengan hal tersebut.

Namun, yang membuatnya terkesan menantang adalah karena Mas Indra Gunawan sudah jadi sutradara sejak film pertama, jadi perjalanan Nathan dan Salma dibangun sama Mas Indra sehingga sudah sangat kenal dengan karakternya. Tapi, ketika sama Mas Kuntz, tanggung jawab untuk menjaga konsistensi karakter Salma dan Nathan ini jadi tugasnya di kami sebagai pemain. Karena Mas Kuntz enggak tahu perjalanannya. Jadi, aku sama Jefri yang merasa punya tanggung jawab buat menjaga karakternya.

KINCIR: Ada enggak memori yang tak bisa kamu lupakan dari trilogi Dear Nathan?

Amanda: Wah, banyak banget. Soalnya, kalau pembuatan film itu bukan hanya ketika syuting saja, tapi juga proses pembuatannya dari pengenalan aku dengan Jefri dan segala macam itu juga sangat berkesan di hidup aku secara pribadi. Apalagi, film Dear Nathan yang pertama adalah batu loncatan aku banget. Jadi, film pertama yang bikin orang-orang kenal aku dari film itu sehingga sangat berkesan.

KINCIR: Kalau dari film ketiga ini ada enggak memori atau kejadian-kejadian yang bikin kamu enggak bisa lupa?

Amanda: Sebenarnya semua adegannya berkesan, karena Mas Kuntz memberikan treatment yang beda banget. Biasanya buat sebuah adegan itu selalu ada close-up, medium shot, dan semacamnya. Namun, Mas Kuntz kayak cuma ingin one-shot saja, jadi cuma satu kali take supaya dapat banget feel-nya. Dan aku merasa itu sebagai sebuah treatment yang sangat baru, tapi asyik banget.

***

Nah, apakah kamu jadi semakin penasaran dengan film Dear Nathan Thank You Salma setelah mendengar cerita Amanda Rawles tersebut? Share pendapat kamu pada kolom komentar, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.