7 Film Fantasi Jelek yang Harus Ditonton Sekali Seumur Hidup

– Biar pun dapat review jelek, film fantasi berikut ini perlu kalian tonton walau sekali.
– Film di bawah ini dapat rating di bawah 20% di Rotten Tomatoes!

Siapa di antara kalian yang baru merasa tertarik menonton suatu film karena review-nya yang bagus? Tiap orang memang punya cara nonton film yang berbeda-beda. Ada yang tetap menonton tanpa perlu mencari tahu review-nya, ada juga yang baru tertarik menonton film karena melihat review-nya yang positif.

Siapa pun pastinya senang bisa nonton film bagus. Namun, pernahkah kalian meluangkan waktu untuk nonton film dengan review yang jelek? Nah, coba, deh sekali-kali kalian isi waktu dengan nonton film jelek dan kalian bisa mulai dari genre film fantasi. Siapa tahu, ‘kan, kalian bisa menemukan hiburan di film berikut ini?

Nah, film fantasi yang dapat rating jelek di Rotten Tomatoes apa saja yang harus kalian tonton seenggaknya sekali dalam seumur hidup?

1. The Cat in the Hat (Rating: 9%)

Via Istimewa

Kesuksesan How the Grinch Stole Christmas (2000) membuat Universal Pictures percaya diri untuk mengadaptasi kisah dari buku Dr. Seuss’ lainnya, yaitu The Cat in the Hat (2003). Film ini dibintangi oleh Mike Myers, aktor yang juga membintangi seri film Austin Powers. Sayangnya, The Cat in the Hat ternyata enggak bisa mengulangi kesuksesan How the Grinch Stole Christmas.

Sebagai film anak-anak, The Cat in the Hat dikritik karena adanya beberapa humor yang kurang pantas untuk anak-anak. Myers yang sukses berperan sebagai Austin Powers dianggap gagal membawakan karakter The Cat in the Hat. Walau banyak kritikan, visual filmnya yang penuh warna mungkin bisa sedikit menutup kekurangan filmnya. Ditambah lagi, kalian bisa melihat keimutan Dakota Fanning saat masih anak-anak.

2. Dragonball Evolution (Rating: 15%)

Via Istimewa

Menggarap film yang diadaptasi dari anime atau manga memang bukan perkara yang mudah bagi Hollywood. Salah sedikit saja, tim produksi film bakal dikritik habis-habisan oleh para penggemar anime atau manganya. Nah, itulah yang terjadi pada film live action pertama Dragon Ball, yaitu Dragonball Evolution (2009).

Dragonball Evolution menjadi bukti bahwa Hollywood masih perlu banyak belajar dalam mengadaptasi anime ke film live action. Penggemar sangat kecewa karena film ini begitu melenceng dari kisah aslinya. Ditambah lagi dengan pemilihan aktor ras kulit putih sebagai Goku. Penggemar Dragon Ball pasti bakal emosi jika nonton film ini. Saat mulai merasa emosi, anggap saja kalian sedang menonton semesta alternatifnya Dragon Ball.

3. Eragon (Rating: 16%)

Via Istimewa

Apakah kalian dulu termasuk pembaca seri novel Eragon? Novel tersebut akhirnya diadaptasi menjadi sebuah film live action pada 2006. Film adaptasi dari novel fantasi memang sempat jadi tren di era 2000-an. Sayangnya, Eragon (2006) ternyata enggak seberuntung film adaptasi novel fantasi lainnya, seperti seri Harry Potter atau seri The Chronicles of Narnia.

Sang aktor utama, yaitu Ed Speleers, sebenarnya menampilkan akting yang cukup baik di Eragon. Permasalahannya, akting aktor lainnya dianggap kurang bisa menyeimbangkan aktingnya Speleers. Selain masalah akting, skenario Eragon juga enggak berhasil menyenangkan para penggemar novelnya. Seengaknya, mata kalian bisa dimanjakan dengan visual CGI yang cukup baik di film ini.

4. 10,000 BC (Rating: 9%)

Via Istimewa

Kehidupan di masa purba memang menarik untuk ditelusuri. Mungkin itulah alasan mengapa sutradara Roland Emmerich dan Warner Bros. menggarap film 10,000 BC (2008). Buat yang enggak familier dengan namanya, Emmerich merupakan sutradara yang juga menggarap film 2012 (2009). Walau untung secara pendapatan, film ini enggak mendapatkan penilaian yang positif.

Salah satu hal yang membuat 10,000 BC mendapatkan banyak kritikan karena dianggap enggak akurat secara arkeologis dan menghadirkan banyak kesalahan faktual. 10,000 BC bahkan dianggap sebagai film terburuk yang disutradarai oleh Emmerich. Walau enggak unggul dari sisi cerita, film ini menampilkan visual yang cukup mengesankan.

5. The Last Airbender (Rating: 5%)

Via Istimewa

Kalian yang sekolah di era 2000-an mungkin enggak pernah melewatkan nonton serial animasi Avatar: The Last Airbender setiap pulang sekolah. Kesuksesan serial animasi tersebut akhirnya membuat Nickelodeon dan Paramount Pictures membuat film live action-nya yang diberi judul The Last Airbender (2010). Sayangnya, film live action-nya enggak berhasil mengulang kesuksesan serial animasinya.

Banyak penggemar serial animasinya yang merasa kecewa dengan The Last Airbender. Film tersebut dianggap menyia-nyiakan cerita bagus yang sudah ada di serialnya. Enggak hanya ceritanya yang jelek, kualitas akting para aktornya juga di bawah rata-rata. Saking jeleknya, The Last Airbender disebut-sebut sebagai salah satu film terburuk sepanjang masa. Nah, coba, deh, kalian tonton filmnya. Siapa tahu kalian menemukan sisi positif dari film ini.

6. Assassin’s Creed (Rating: 18%)

Via Istimewa

Selain punya masalah dalam membuat film adaptasi anime atau manga, Hollywood juga masih punya masalah dalam menggarap film live action atau adaptasi dari game. Sudah banyak judul film live action game yang telah dibuat oleh Hollywood. Sayangnya, kebanyakan film live action game buatan Hollywood mengecewakan penggemar gamenya, salah satunya Assassin’s Creed (2016).

Bukannya mengambil cerita dari salah satu seri game Assassin’s Creed, sutradara Justin Kurzel lebih memilih menghadirkan cerita baru yang tetap berhubungan dengan semesta gamenya. Alhasil, cerita di film ini hanya bisa dimengerti oleh orang yang memainkan gamenya. Walau setia dengan gamenya, jalan cerita film Assassin’s Creed terlalu membosankan, bahkan bagi penggemar gamenya.

7. The Legend of Hercules (Rating: 4%)

Via Istimewa

Pada 2014, ada dua film tentang Hercules yang dirilis, yaitu Hercules (2014) dan The Legend of Hercules (2014). Berbeda dengan Hercules yang cukup diterima dengan baik oleh penonton, The Legend of Hercules benar-benar gagal total. Film tersebut dikritik habis-habisan dan pendapatannya pun lebih kecil daripada bujet filmnya.

Jika dibandingkan dengan film Hercules yang dibintangi oleh Dwayne Johnson, The Legend of Hercules seakan diproduksi secara murahan. Ditambah lagi dengan jalan ceritanya yang membosankan dan akting para aktornya yang sama sekali enggak menolong.

The Legend of Hercules bahkan terbilang sangat nanggung untuk disebut sebagai film aksi. Nah, coba, deh, kalian tonton kedua film Hercules tersebut. Siapa tahu kalian malah lebih suka The Legend of Hercules.

***

Itulah berbagai pilihan film fantasi dengan rating jelek yang harus kalian tonton sekali seumur hidup. Di antara ketujuh film di atas, manakah yang sudah kalian tonton? Lalu, apakah ada film di atas yang kalian enggak setuju jika disebut sebagai film fantasi jelek?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.