Kenapa Hollywood Mesti Belajar dari Industri Film Porno?

– Film porno jadi industri yang gemilang saat pandemi corona.
– Bagaimana industri film porno bisa jadi inspirasi penetapan protokol dalam film Hollywood?

Ada banyak industri yang terdampak oleh wabah COVID-19, salah satunya adalah perfilman Hollywood. Sebetulnya, proses distribusi film masih terbantu oleh keberadaan situs streaming seperti Netflix, Google Play Movie, hingga Amazon Prime. Namun, harus diakui bahwa proses produksi-lah yang menjadi terhambat.

Amerika Serikat menjadi negara dengan jumlah pasien COVID-19 tertinggi di dunia: lebih dari dua juta jiwa. Di Los Angeles, kota di mana Hollywood berdiri, jumlah penderita COVID-19 mencapai 70.476 orang per tanggal 13 Juni 2020. Jumlah yang sangat tinggi untuk “menidurkan” banyak industri dan bikin parno masyarakat.

Dengan tingginya kasus semacam itu, enggak mengherankan bahwa para sineas di Hollywood sangat berhati-hati dalam membuat film. Semua hal memang bisa terjadi di Hollywood, bahkan, mereka bisa menghidupkan kembali Tyrannosaurus. Namun, virus COVID-19 bikin adegan-adegan yang mengharuskan pemain berinteraksi jadi sulit untuk dibuat. Pelukan, jabat tangan, bahkan perkelahian bisa menjadi sarana penularan COVID-19.

Bicara soal adegan yang mengharuskan aktor bersentuhan, nyatanya juga berlaku pada industri film porno. Di saat seluruh dunia tengah mencari cara aman untuk menciptakan suasana produksi film yang aman dan sehat, industri film dewasa nyatanya sudah lebih dulu memiliki sistem yang ideal untuk menghindari penularan penyakit kepada kru dan bintang film.

Lalu, bagaimana industri film porno bertahan dalam wabah COVID-19, dan apa yang bisa Hollywood pelajari?

Film Porno, Industri yang Gemilang Saat Wabah COVID-19

Hollywood memang meredup karena COVID-19. Akan tetapi, sebaliknya, industri film porno mendapatkan dampak baik dari COVID-19. The Economist menyebutkan bahwa industri “red light sangat beradaptasi dengan baik terhadap lockdown.

Pornhub pun melaporkan kenaikan lalu lintas situs yang cukup tinggi akibat pandemi Corona yang mengharuskan mayoritas orang buat melakukan aktivitas di rumah. Enggak adanya gangguan, mulai dari interaksi sama orang lain, sampai kewajiban buat ke kantor, membuat situs ini menjadi banyak diakses.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan konsumsi video porno. Pertama, keharusan sebagian besar masyarakat untuk berada di rumah aja, dan video porno dijadikan hiburan. Kedua, promo-promo yang diberikan oleh berbagai situs porno, seperti Pornhub yang menggratiskan biaya langganan selama satu bulan, dan penawaran langganan dengan berbagai macam keuntungan.

Namun, pertanyaan tetap timbul: bagaimana proses syuting tetap bisa dilakukan di masa Corona? Memangnya, para kru dan pemain enggak takut risiko penularan yang begitu cepat?

Industri film porno sangat rentan sama berbagai penyakit menular, terutama yang berkaitan dengan HIV, gonorrhea, atau sifilis. Para pemain enggak cuma harus bersentuhan, mereka harus melakukan ciuman secara intens, bertukar keringat lewat proses hubungan badan, serta melakukan penetrasi.

COVID-19, yang bahkan bisa ditularkan tanpa adanya interaksi fisik, tentu saja bakalan jadi ancaman nyata buat para pelaku industri film porno. Namun, Mike Stabile, pembicara dari Free Speech Coalition, sebuah asosiasi dagang untuk industri hiburan porno, menyatakan berbagai hal tentang COVID-19 dan hubungannya dengan industri film porno.

Stabile menjelaskan, “Saat bicara COVID-19, kita merasa sangat well-prepared karena di industri ini, masalah tes (kesehatan) sudah menjadi bagian dari sejarah industri ini, termasuk production shut-downs dan juga tracing kontak. Memang sih, COVID-19 itu virus yang berbeda, ancaman yang lain. Namun, secara umum kita udah paham bagaimana cara kerjanya, dan juga apa yang kita butuhkan buat melindungi diri kita.”

Protokol keamanan untuk kesehatan para aktor itu sudah dilakukan sejak 1990. Para aktor dan aktris melakukan tes untuk HIV dan penyakit seksual lainnya yang rentan terhadap industri tersebut.

Bagaimana Industri Pornografi Menerapkan Protokol Kesehatan?

Ada begitu banyak hal yang mengejutkan dari industri film porno. Pasalnya, ternyata industri ini lebih serius daripada yang kita duga dalam isu kesehatan. Protokol kesehatan industri film porno dilakukan secara sistematis dan transparan. Protokol tersebut diberi nama Performer Availability Scheduling Services atau biasa disebut PASS. Sistem ini dirancang oleh Sharon Mitchell, seorang mantan bintang porno yang kemudian menempuh pendidikan doktor untuk human sexuality.

Dalam situsnya, PASS menyatakan bahwa mereka memberikan panduan dan layanan untuk industri film dewasa buat memastikan bahwa lingkungan syuting aman dan sehat, begitu pula para pemainnya. Program ini meliputi beberapa hal seperti informasi mengenai situs uji kesehatan nasional dengan biaya rendah, berkualitas tinggi, serta tepat waktu, juga akses elektronik ke hasil pengujian langsung dari laboratorium.

Ada pula rekomendasi penyedia layanan medis buat perawatan pemain yang butuh tindak lanjut medis, standar dan pedoman yang konsisten buat pengujian dan perawatan pemain dewasa, database lengkap dan aman, serta protokol untuk dukungan kesehatan pemain.

Intinya, para pemain dan juga kru-kru terkait punya flow jelas terkait kesehatan mereka. Protokol ini pun jadi bisa diandalkan untuk meminimalisir risiko penularan penyakit apapun. Para produser dan agen pun bisa mengetahui kondisi kesehatan pemain di PASS. Mereka cukup login ke PASS dan mereka bisa melihat database kesehatan para pemain.

Database ini sifatnya penting karena agen dan produser jadi enggak asal-asalan merekrut pemain. Para pemain yang bisa dipekerjakan dalam suatu proyek harus memenuhi standar kesehatan tertentu. PASS juga memberikan kontak yang jelas mengenai fasilitas tes kesehatan yang mereka rekomendasikan di Amerika Serikat. Hal tersebut bisa kalian lihat pada situs PASS.

Uniknya, siklus tes PASS ini berlaku setiap dua minggu sekali. Protokol ini tentu udah enggak asing lagi buat kalian di masa pandemi COVID-19, bukan? Soalnya, protokol kesehatan pekerjaan di masa COVID-19 pun kebanyakan mengikuti sistem dua minggu –merujuk pada masa inkubasi virus–. Inilah yang dimaksud oleh Mike Stabile soal “protokol penanganan virus yang sama”.

“Apakah kalian siap bekerja, atau tidak?” ucap Mike Stabile kepada The Star. Jika database menunjukkan bahwa seorang pemain dalam kondisi fit, maka dia bisa bekerja. Jika tidak, sang bintang pun enggak diperbolehkan ikut dalam suatu proyek.

Sama-sama Ditutup, tetapi Memiliki Inovasi Berbeda

Jika kalian bertanya apakah protokol kesehatan aja cukup buat memastikan industri film porno bisa bertahan saat COVID-19, jawabannya tentu enggak. Mereka juga disuruh untuk berhenti sejenak saat COVID-19 melanda. Namun, ada inovasi lain yang membuat industri ini masih bisa beroperasi, salah satunya adalah dengan melakukan pertunjukan solo.

COVID-19 memang membangkitkan kreativitas banyak orang. Lihat aja, di Instagram, ada banyak orang yang bisa bikin challenge bersama rekan-rekan walaupun cuma di kamar. Misalnya, make-up challenge, sport challenge, bahkan para musisi lintas negara juga bikin proyek bernyanyi dari rumah masing-masing.

Nah, beberapa rumah produksi memberikan ide buat melakukan syuting di rumah. Jadi, para pemain bisa tetap menjalankan profesi mereka, mendapatkan uang, tanpa terkena risiko tinggi penularan COVID-19 dan penyakit lainnya.

Aplikasi yang menjadi sarana bagi para kreator konten porno untuk melakukan pertunjukkan solo adalah Only Fans. Only Fans merupakan platform yang membuat para bintang film dewasa bisa berinteraksi, melakukan pertunjukkan, bahkan melakukan chat dengan penggemar.

Maitland Ward dan Sarah Vandella adalah dua bintang film porno yang menggunakan platform tersebut dan mendapatkan keuntungan dari konten solo. Namun, tentu saja ini enggak berlaku buat semua bintang. Sebab, kesuksesan konten tersebut dipengaruhi dengan besarnya fanbase yang dimiliki seorang bintang porno.

Beruntung, keduanya udah berkiprah selama belasan tahun di industri ini. Sehingga saat mereka melakukan pertunjukan, tentunya ada banyak fans yang menonton dan mencari nama mereka.

Seorang bintang film porno biasanya dibayar per hari. Setelah melakukan adegan, mereka bisa syuting di tempat lain, dan begitulah mereka bisa mengumpulkan uang. Dengan “tidurnya” studio, tentu saja hal itu akan merugikan banyak orang. Hal yang sama juga dirasakan oleh para kru. Editor, sutradara, hingga kameramen tentu enggak bisa bertahan dengan cara yang sama, karena mereka bukanlah bintang utama.

Namun, berkat sistem tes yang udah berlangsung sejak 1990 tersebut, industri film dewasa seenggaknya masih bisa survive dan bangun, enggak mati total. Sistem tes dua mingguan, pengecekan kesehatan berkala, bisa memastikan bahwa elemen-elemen di dalam pembuatan film dewasa, terutama para pemain, berada dalam kondisi yang sehat.

Bagaimana Hollywood Bisa Bangkit dan Belajar dari Industri Film Porno?

Industri film porno dan industri film mainstream Hollywood memang enggak bisa disamain, tetapi, ada beberapa hal yang pada akhirnya dipelajari oleh industri film mainstream dari film ‘biru’. Ini membuktikan bahwa di mana saja, kreativitas enggak ada batasnya.

Studio-studio film di Hollywood, berbagai channel TV, dan juga agen-agen yang mewakili para aktor dan sutradara udah mendapatkan semacam brainstorming selama beberapa minggu tentang bagaimana mereka bisa memulai kembali produksi film yang produktif, tetapi aman buat para aktor, perias, hingga kru.

Beberapa ide “new normal” itu misalnya seperti karantina para aktor dan kru selama proses syuting, mempekerjakan tim medis, pengecekan suhu tubuh selama 12 jam, bahkan sampai menggunakan CGI!

Via Istimewa

Ide yang terakhir tersebut khususnya berlaku untuk adegan seks. Ya, berbagai film Hollywood memuat adegan seks, yang meskipun tanpa penetrasi, tapi tetap membutuhkan ciuman dan anggota tubuh yang saling melekat. Tanpa penetrasi sekali pun, virus Corona jelas bisa menular.

Ide-ide itu diberlakukan setelah gubernur California melakukan pelonggaran pada tanggal 12 Juni dengan mengizinkan kembali proses syuting. Memang syuting juga akan berlangsung dengan sutradara dan kru. Akan tetapi, mereka wajib mengenakan masker dan mencuci tangan.

Ada pula gagasan lain yang enggak kalah unik, yakni mengadakan casting di balik kaca. Peserta dan para juri enggak akan berinteraksi langsung, dan ini tentu mengurangi risiko penularan COVID-19.

Dengan adanya pandemi COVID-19 ini, seenggaknya ada sedikit pengaruh positif bagi industri film, terutama Hollywood. Sebelumnya, standar kesehatan buat pembuatan film mainstream Hollywood enggak sejelas film porno.

Hollywood sendiri belum ada rencana buat bikin protokol kesehatan khusus seperti PASS, lantaran enggak semua film mengharuskan kontak fisik. So, mereka hanya menerapkan protokol kesehatan standar sesuai dengan imbauan pemerintah California yang sudah memperbolehkan aktivitas pekerjaan dalam new normal, termasuk berakting dan produksi film.

Kelihatannya, protokol kesehatan film mainstream Hollywood belum akan menyamai produksi film porno. Hanya saja, pengurangan kontak fisik dan penggunaan masker serta kebiasaan cuci tangan bisa menjadi harapan cerah buat Hollywood yang lebih sehat dan enggak "seenaknya".

Seperti yang kalian ketahui, ada banyak hal yang mengindikasikan kurangnya perhatian akan kesehatan di Hollywood, seperti tekanan para sutradara buat para aktris dan kru demi mendapatkan film yang baik, enggak peduli bagaimana kesehatan fisik dan mental mereka.

***

Ide-ide yang digunakan oleh para pelaku industri film Hollywood cukup aman dan realistis. Namun, saat ini, ide-ide tersebut sedang dalam proses penerapan, dan hasilnya belum kelihatan.

Nah, kalau memang semuanya lancar, mungkin kita bakal mendapatkan “kejutan-kejutan” baru dalam perfilman Hollywood. Siapa yang tahu kalau ternyata adegan seks dan perkelahian bakalan lebih unik dengan CGI? Atau mungkin, ada beberapa ide syuting jarak jauh dan solo seperti industri film biru? Yuk kita tunggu bareng-bareng.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.