Koordinator Keintiman, Profesi Unik Pengatur Adegan Dewasa di Film

– Bagaimana koordinator keintiman mengatur adegan dewasa dalam Film?
– Apa saja tantangan profesi ini, terutama di masa pandemi?

Apakah pengarah akting dalam film hanyalah sutradara? Ternyata enggak. Ada satu profesi pengarah lain yang enggak diketahui oleh banyak orang. Namanya adalah intimacy coordinator atau koordinator keintiman.

Di negara lain, belum diketahui apakah profesi ini dipakai atau enggak. Namun di Hollywood, para koordinator adegan intim ini udah sering banget dikontrak untuk berbagai film porno atau seenggaknya, film yang memuat adegan seks.

Di Netflix dan platform video on demand lainnya, kalian pasti udah enggak asing lagi sama adegan dewasa. Bahkan, hampir semua film percintaan sempat memuat adegan “panas”, seenggaknya adegan bercumbu. Lalu, adegan dewasa seperti apa yang diatur oleh koordinator keintiman?

Yuk, simak seluk beluk profesi koordinator adegan intim dalam film dewasa di bawah ini.

Harus Bikin Para Aktor Nyaman Lakukan Adegan Dewasa

Via Istimewa

Tugas mereka tentu berhubungan dengan mengarahkan para pemain dalam adegan dewasa. Namun, fungsi mereka bukanlah untuk membuat adegan seks terlihat semakin membara, melainkan menjaga supaya para aktor tetap nyaman dan enggak ada pelecehan seksual.

Berdasarkan aturan dari lembaga Intimacy Director International yang dibentuk pada 2016, tugas dari koordinator keintiman antara lain memastikan bahwa para staf dan aktor menyadari konteks dari keintiman sebagai bagian dari cerita. Para aktor memiliki konsensus untuk melakukan hal-hal sensual: segala koreografi telah melewati persetujuan, dan para aktor berhak memberikan tanda ketika adegan sudah selesai dan mereka mau balik ke "dunia nyata".

Pelecehan seksual di dalam film bernuansa erotis pernah terjadi, bahkan di film berkelas oleh aktor dan sutradara kelas A seperti Last Tango in Paris (1972). Film ini banyak menampilkan ketelanjangan frontal tanpa sehelai benang pun dari Maria Schneider. Namun, bukan itu yang menjadikan Schneider marah dan merasa dilecehkan.

Via Istimewa

Ada adegan pada saat Schneider, dengan baju, diperkosa oleh Marlon Brando secara anal dengan pelumas mentega. Schneider mengaku kalau meskipun adegan itu pura-pura, tetapi enggak pernah ada persetujuan dari dia terkait adegan tersebut. Sementara itu, Bernardo Bertolucci sengaja enggak memberitahukan adegan itu supaya terlihat nyata. “Saya mau Maria Schneider merasakannya, bukan hanya berakting”.

Bahkan dalam pembuatan film porno sekali pun, konsensus sangat diperlukan. Jika enggak, itu akan menjadi kasus pelecehan seksual bahkan pemerkosaan.

Pemerkosaan dan pelecehan seksual kepada banyak aktris oleh Harvey Weinstein, produser kawakan Hollywood, menjadi alasan kuat mengapa semakin banyak film yang menghadirkan koordinator untuk adegan dewasa. Kasus ini juga menimbulkan gerakan Me Too yang dibuat pada 2006 oleh Tarana Burke dan dipopulerkan oleh Alyssa Milano sebagai tagar Twitter #MeToo pada 2017.

Via Istimewa

Masih ada banyak sisi kelam Hollywood yang berhubungan sama pelecehan seksual. Thandie Newton, misalnya, pernah mengalami kejadian yang enggak enak. Thandie Newton dijanjikan pengambilan gambar dari bahu ke atas dalam sebuah adegan intim.

Namun, di tengah jalan, sang sutradara berubah pikiran, memintanya buat membuka kaos untuk kepentingan rating. Belum selesai sampai di situ, aktor yang menjadi lawan mainnya malah langsung menarik kaosnya. Bener-bener pelecehan seksual yang mengejutkan dan bikin trauma banyak orang.

Bukan cuma Thandie, sebenarnya ada banyak kasus di mana para aktor dan aktris enggan melakukan adegan intim. Di Belanda, misalnya. Negara ini cukup terbuka soal adegan telanjang. Namun, nyatanya ada beberapa aktor dan aktris yang keberatan melakukannya.

Kultur bahwa ketelanjangan dalam film adalah hal yang normal membuat beberapa aktor dan aktris seolah dipaksa untuk melakoni adegan tersebut. Nah, koordinator keintiman bertugas untuk membuat masalah "konsensus" ini sebagai sesuatu yang penting untuk diperhatikan –apapun nilai yang dianut di dalam dunia perfilman.

Tantangan Menjadi Koordinator Adegan Intim

Tak hanya Intimacy Director International. Ada beberapa ikatan koordinator keintiman dan jasa koordinator yang dibentuk untuk memfasilitasi para aktor dan aktris yang akan beradegan panas.

Salah satunya adalah Intimacy Professionals Association yang dibentuk sama Amanda Blumenthal. Sebelumnya, Blumenthal berprofesi sebagai sex and relationship coach. Jadi, dia udah punya dasar kuat buat melakoni pekerjaan ini.

Via Istimewa

Salah satu tantangan Blumenthal dalam mengkoordinasikan adegan dewasa adalah menciptakan berbagai penghalang yang enggak terlihat di layar, tetapi juga mampu menghindari kontak fisik berlebihan, seperti misalnya kontak kelamin. Dalam film-film non-porno, adegan seks enggak mencakup penetrasi. Untuk itu, perlu banget, nih, memberikan penghalang khusus.

Sebelum syuting dimulai, Blumenthal bakal menjadi “teman curhat” para aktor dan aktris, kemudian mencatat di bagian mana saja dari tubuh mereka yang enggak mau disentuh. Hal tersebut bakal dihindari pada proses syuting.

Hal tersebut terjadi karena saat ada koordinator keintiman, para aktor dan aktris ini merasa dilindungi. Mereka merasa bahwa enggak akan ada orang yang berani buat memaksa mereka melakukan adegan di luar konsensus. “Para pemain merasa lebih nyaman beradegan panas kalau ada kami,” ujar Blumenthal kepada Backstage.

Via Istimewa

Jangan dikira, semua aktor suka dan pasti mau melakukan adegan dewasa. Padahal belum tentu. Nah, kehadiran para koordinator adegan intim ini jadi tempat para aktor menegaskan batasan mereka.

Yap, mereka bukan hanya moderator, tapi juga konselor dan koreografer. Mereka juga berhak memberi usulan kepada sutradara dan penulis skenario, bahkan sampai aspek teknis soal merekam adegan seks.

Bahasa yang digunakan pun berbeda. Salah satu koordinator bernama Chelsea Pace mengungkapkan bahwa mereka membawa hal baru dalam syuting film, yakni bahasa nonseksual untuk menerjemahkan arahan sutradara. “Bahasanya bukan si aktor meraba, tapi si aktor melakukan kontak otot,” kata Pace kepada BBC.

Kata-kata seperti, “elus-elus pasanganmu”, Pace justru menginstruksikan si aktor untuk “sentuh bagian samping wajah pasanganmu”. Memang lebih spesifik, tapi hal itu juga bebas dari konotasi seksual.

Via Istimewa

Kehadiran para koordinator ini juga seolah menjadi "pembatas" sutradara dan penulis skenario. Menurut Ita O'Brien, seorang koordinator yang pernah bekerja di dalam proyek serial Normal People di Hulu, menjadi koordinator keintiman sama aja kayak koreografer. Mereka membantu buat membangun cerita, menyelaraskan adegan seks, dan tentu saja hal itu jadi membantu proses produksi film.

Bukan cuma mengatur adegan seks supaya berlangsung sesuai dengan konsensus aktor dan aktris yang berlawanan jenis kelamin. Para koordinator ini juga bekerja buat menjamin kenyamanan dan keamanan buat adegan queer, homoseksual, lesbian, dan lain sebagainya.

Mengingat, pelecehan seksual memang enggak mengenal kelamin. "Cuma, kalau ada ekspresi seksual yang berada di luar pengetahuan saya sebagai cewek heteroseksual, saya akan melakukan riset,” ujar O'Brien kepada Insider.

Perjuangan yang Cukup Panjang

Via Istimewa

Emily Meade, yang berperan sebagai PSK dalam serial HBO The Deuce, mengatakan bahwa pada satu titik dalam 15 tahun perjalanan kariernya, dia merasa bahwa ada sesuatu yang harus diubah.

Kepada HBO, dia pun mengatakan bahwa dia menginginkan ‘sejenis komunikasi yang lebih intens dan serius’ dalam adegan seks. Pada saat itu, dia mengaku bahwa dirinya bahkan enggak tahu ada profesi koordinator keintiman.

HBO kemudian memanggil pihak Intimacy Director International, menggelar sebuah wawancara. Berbeda dengan wawancara buat posisi lain, pada saat itu HBO malah bertanya: “apa yang bisa kalian lakukan buat kami?”

Via Istimewa

Hal tersebut terjadi lantaran profesi itu masih cukup asing di telinga para penggiat televisi. Padahal, Intimacy Director International aja udah berdiri selama 15 tahun. Ya, sosialisasi bukanlah proses yang mudah.

Claire Warden, seorang koordinator dari Intimacy Director International menekankan budaya berkata “ya” yang bikin para aktor dan aktris rentan mengalami pelecehan seksual. “Kalian selalu dikondisikan buat ngomong ‘ya’ karena kalau bilang ‘enggak’, (seolah bakal) ada aktor atau aktris lain yang menggantikan posisi kalian”.

Kadang, para kru film pun enggak bermaksud melakukan pelecehan seksual. Dalam La Vie d’Adèle (2013) misalnya. Film tentang lesbian ini memberikan adegan seks yang sangat nyata dan intens.

Kedua aktris, Lea Seydoux dan Adèle Exarchopoulos, diharuskan telanjang dan melakukan foreplay sampai berpura-pura cunnilingus serta penetrasi dengan jari. Dalam sebuah kesempatan, Léa Seydoux mengatakan bahwa dia merasa seperti PSK, saat adegan itu diulang dan diulang lagi atas permintaan sutradara, Abdellatif Kechiche.

Kechiche bukannya mau memanfaatkan adegan itu. Dia adalah pria yang sangat perfeksionis. Bahkan, adegan Adele dan Emma berpapasan untuk pertama kalinya, yang cuma berlangsung dua puluh detik di layar, diulang selama seratus kali, berlangsung hingga berjam-jam.

Menanggapi keluhan Seydoux, Kechiche membalasnya dengan kalimat yang cukup pedes. “Kalau memang Seydoux merasa begitu, kenapa dia datang ke Cannes dengan kegembiraan, berjalan, mencoba banyak perhiasan?”

Nah, persepsi semacam inilah yang sebetulnya ingin didamaikan oleh para koordinator keintiman. Pelecehan seksual terkadang datang bukan karena niat jahat, tetapi karena perbedaan pandangan.

Via Istimewa

Pada Maret 2020 lalu, Intimacy Director International memutuskan buat berhenti melanjutkan program-program mereka. Alasannya bukan karena COVID-19 atau hal buruk lainnya. Justru mereka berhenti karena di berbagai produksi perfilman, terutama Hollywood, udah mulai menyadari pentingnya konsensus dan peran koordinator di dalam adegan yang panas.

Bahkan, bukan cuma di Amerika Serikat. Sebelumnya, mereka sudah punya banyak cabang di berbagai negara lain, dan para koordinator ini sudah mulai bekerja lepas, enggak melalui mereka lagi.

Sayangnya, ada juga yang masih ada enggan mempekerjakan peran koordinator keintiman ini. Gabrielle Carteris dari serikat pekerja film SAG-AFTRA mengatakan bahwa para sutradara dan produser khawatir proses syuting bisa melambat. Selain itu, ada juga kekhawatiran masalah keuangan, terutama produksi film yang anggaran minim.

Via Istimewa

Chelsea Pace juga mengungkapkan bahwa masih ada sutradara dan produser yang berpikir bahwa koordinator keintiman bisa mengganggu visi misi sutradara. "Kami bukan polisi seks. Terkadang sutradara berpikir tugas kami melarang adegan telanjang dalam film. Bukan itu," tegas Pace.

Begitu juga dengan pandangan Yarit Dor, Direktur Koordinator Keintiman pertama di West End London. Yarit Dor mengatakan bahwa ketika sutradara bekerja dengan pakar keintiman, mereka bukan hanya mengurangi beban, tapi juga perlindungan, terutama para aktor yang enggak berani menyuarakan ketidaknyamanan dalam beradegan dewasa.

Pedoman Baru Adegan Seks di Masa Pandemi

Via Istimewa

Masa pandemi memang mengubah segalanya, termasuk industri perfilman yang menjadi salah satu sektor kreatif yang paling terdampak. Tak hanya protokol syuting yang diperbarui, tapi juga produksi adegan ciuman atau seks yang melibatkan kontak fisik antara aktornya.

Dilansir The Sun, asosiasi perdagangan editor film Hollywood telah menyusun protokol syuting di masa pandemi virus Corona. Dalam salah satu poinnya, disebutkan bahwa adegan seks atau yang melibatkan kontak fisik secara dekat harus ditulis ulang, dihapus, atau diberikan efek visual CGI. Hal ini tentunya dilakukan untuk mencegah penularan virus. Lalu, bagaimana nasib profesi koordinator keintiman di masa pandemi?

Via Istimewa

Dewan pemerintahan Inggris, Bill Anderson menggandeng sutradara Susanna White dan juga koordinator keintiman, Vanessa Coffy, dalam merancang dan merilis pedoman syuting adegan seks di masa pandemi. Dalam pedoman berjudul “Intimacy in the Time of COVID-19” ini terdapat pembaruan mengenai kebersihan dan sanitasi, serta physical distancing. Selain itu, ada juga pertimbangan pengambilan gambar dari jarak dekat.

Secara keseluruhan, pedoman ini menawarkan cara-cara kreatif bagi para sutradara maupun koordinator keintiman dari berbagai aspek pengambilan gambar dan koreografi adegan dengan cara yang lebih aman.

***

Koordinasi di dalam adegan seks memang penting banget, karena dia merupakan adegan yang melibatkan bagian-bagian intim seseorang. Ada rasa trauma berlebihan ketika bagian intim manusia disentuh atau diperlihatkan tanpa adanya konsensus.

Nah, kalau menurut kalian, Indonesia butuh koordinator keintiman enggak, sih?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.