Respons Positif Filmmaker Lokal soal Netflix Bikin Workshop Virtual

Sejak kehadirannya di Indonesia pada 2016, Netflix memang aktif menggandeng rumah produksi dan sineas lokal untuk bekerja sama. Baru-baru ini, Netflix menggelar workshop virtual bersama dengan lebih dari 300 sineas Indonesia (26/8).

Workshop ini pun jadi bentuk kerja sama Netflix dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Tujuannya, untuk mengembangkan kapasitas profesional pascaproduksi film Indonesia.

Via Istimewa

Tanpa dipungut biaya apa pun, para insan perfilman lokal ini bisa belajar mengenai manajemen pascaproduksi, lokalisasi, proses penyuntingan gambar dan suara, serta manajemen aset. Hal ini mewujudkan mimpi Indonesia selangkah lebih dekat untuk menghasilkan konten-konten berkualitas yang diproduksi dengan standar kelas dunia.

Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud RI, menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam menghasilkan cerita luar biasa untuk dinikmati penonton global sekaligus mempromosikan budaya Indonesia. “Kami berbahagia dapat bermitra dengan Netflix yang telah membagi praktik terbaik tentang proses pascaproduksi di Netflix untuk meningkatkan kapasitas komunitas kreatif lokal,” ujar Hilmar.

Via Istimewa

Director Post Production APAC Netflix, Gavin Barclay juga mengungkapkan semangatnya mengembangkan kemitraan jangka panjang dengan studio dan sineas Indonesia. “Kami ingin memainkan peran kami dengan cara membagikan praktik-praktik pascaproduksi terbaik kepada komunitas kreatif lokal sehingga mereka dapat membuat cerita Indonesia yang terbaik di kelasnya,” tambah Gavin.

Pelatihan virtual ini pun disambut respons positif dari pesertanya. Salah satunya, Salman Aristo, filmmaker lokal pemenang “Skenario Adaptasi Terbaik” FFI lewat film Athirah (2016). Pria yang juga merupakan CEO Wahana Kreator Nusantara ini mengatakan bahwa kegiatan workshop tersebut sangat penting dan dampaknya luar biasa. “Apalagi ditambah dengan keahlian mereka serta pengetahuan tambahan yang mereka peroleh dari diskusi-diskusi seperti hari ini,” kata Salman.

Via Istimewa

Tak hanya Salman, Ifa Isfansyah, produser dan sutradara dari Fourcolours Films juga mengapresiasi bagaimana Netflix dapat mengedukasi industri melalui workshop virtual ini. “Ketika pelatihan-pelatihan seperti ini dilakukan secara terus menerus akan menciptakan budaya perfilman yang baik dan menghasilkan konten yang berkualitas,” tambah pria yang menjadi “Sutradara Terbaik” FFI 2011.

Sepakat dengan Salman dan Ifa, Ketua Indonesian Film Editors (INAFEd), Cesa David Luckmansyah juga merasa workshop yang diselenggarakan Netflix tersebut merupakan langkah positif. Pemenang “Penyunting Film Terbaik” untuk film Get Married (2007) tersebut mengatakan bahwa dirinya mewakili asosiasi editor jadi semakin paham bahwa Netflix memiliki standard guideline untuk menjaga kualitas konten.

“Saya harap workshop seperti ini dapat diselenggarakan dengan topik yang lebih spesifik, tak hanya untuk para sineas, tetapi juga asosiasi perfilman Indonesia lainnya,” kata Cesa.

Greg Arya, salah satu penyunting film Kucumbu Tubuh Indahku (2019) yang menjadi anggota INAFEd juga berharap sesi-sesi pelatihan atau workshop untuk insan perfilman diperbanyak. “Sebagai bagian dari pascaproduksi, saya melihat proses ini sangat penting untuk menentukan hasil akhir dari sebuah konten. Lewat workshop ini, kita lebih memahami pentingnya menjaga kualitas dari hulu hingga hilir karena sebuah konten bisa ditonton di platform yang berbeda,” komentarnya.

Proses pascaproduksi untuk menjaga kualitas konten memang penting untuk dibudayakan di Indonesia. Dengan workshop bersama Netflix ini, diharapkan kapasitas pascaproduksi film Indonesia pun semakin meningkat hingga dapat dinikmati penonton dari seluruh dunia.

Nah, bagaimana pendapat kalian tentang workshop Netflix untuk para sineas lokal ini? Jadi makin optimis dengan kemajuan perfilman Indonesia? Ikuti terus KINCIR untuk informasi terkini dan menarik seputar perfilman lainnya, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.